Kalianda, Lampung, (ANTARA LAMPUNG) - Petugas pemantau gunung api menyatakan potensi kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau untuk memicu timbulnya tsunami sangat kecil hingga warga tidak perlu khawatir dengan aktivitas gunung di perairan Selat Sunda itu.
"Kegempaan Gunung Anak Krakatau memiliki kekuatan rendah sehingga sangat kecil berpotensi menimbulkan tsunami," kata Petugas Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andisuardi.
Ia mengatakan, meskipun saat ini kegempaan cukup rapat namun berkekuatan rendah yang berasal dari dapur magma gunung tersebut namun jika terjadi erupsi kecil maka kegempaan tersebut tidak akan serapat saat ini lagi.
"Kegempaan karena dapur magma tertutup hingga tidak mengeluarkan letusan-leusan dan lava pijar seperti tahun lalu," terangnya.
Namun, katanya, penduduk terdekat dari gunung tersebut tetap waspada karena kemungkinan-kemungkinan apapaun hari diantisipasi demi keselamatan bersama dan para nelayan tetap menjaga jarak aman radius tiga kilometer dari gunung tersebut.
Ia menerangkan, kemungkinan besar yang terjadi saat erupsi adalah lontaran-lontaran material vulkanik dan awan panas dari perut gunung tersebut yang jangkauannya biasanya hanya sekitar gunung itu.
"Meskipun gunung tersebut meletus namun kemungkinan letusan besar juga sangat kecil mengingat tahun lalu rutin mengeluarkan material vulkaniknya," terangnya.
"Sementara itu, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda masih stagnan dalam dua hari terakhir pada kisaran antara empat sampai lima kali per menit.
"Gempa vulkanik GAK masih pada hitungan 5.760 per hari atau selama 24 jam," katanya.
Ia menerangkan, aktivitas gunung tersebut biasanya cenderung fluktuatif yang terkadang turun dalam beberapa hari kemudian naik dalam beberapa hari dan hal tersebut sudah menjadi aktivitas biasa.
"Status gunung tersebut masih tetap pada level siaga dari sebelumnya dengan level waspada sejak akhir bulan lalu," katanya.
Menurut dia, sampai saat ini gunung tersebut tidak menunjukkan adanya aktivitas letusan dan semburan-semburan material vulkanik berupa batu atau debu dari dalam dapur magma gunung setinggi sekitar 230 meter dari permukaan laut itu.
Ia menambahkan, sampai saat ini pihaknya belum dapat memastikan aktivitas selanjutnya, apakah akan terjadi letusan dan semburan-semburan material vulkanik yang jelas aktivitas dapur magma masih cukup tinggi. (ANTARA)
"Kegempaan Gunung Anak Krakatau memiliki kekuatan rendah sehingga sangat kecil berpotensi menimbulkan tsunami," kata Petugas Pos Pemantau Gunung Anak Krakatau di Desa Hargopancuran Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andisuardi.
Ia mengatakan, meskipun saat ini kegempaan cukup rapat namun berkekuatan rendah yang berasal dari dapur magma gunung tersebut namun jika terjadi erupsi kecil maka kegempaan tersebut tidak akan serapat saat ini lagi.
"Kegempaan karena dapur magma tertutup hingga tidak mengeluarkan letusan-leusan dan lava pijar seperti tahun lalu," terangnya.
Namun, katanya, penduduk terdekat dari gunung tersebut tetap waspada karena kemungkinan-kemungkinan apapaun hari diantisipasi demi keselamatan bersama dan para nelayan tetap menjaga jarak aman radius tiga kilometer dari gunung tersebut.
Ia menerangkan, kemungkinan besar yang terjadi saat erupsi adalah lontaran-lontaran material vulkanik dan awan panas dari perut gunung tersebut yang jangkauannya biasanya hanya sekitar gunung itu.
"Meskipun gunung tersebut meletus namun kemungkinan letusan besar juga sangat kecil mengingat tahun lalu rutin mengeluarkan material vulkaniknya," terangnya.
"Sementara itu, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau di Perairan Selat Sunda masih stagnan dalam dua hari terakhir pada kisaran antara empat sampai lima kali per menit.
"Gempa vulkanik GAK masih pada hitungan 5.760 per hari atau selama 24 jam," katanya.
Ia menerangkan, aktivitas gunung tersebut biasanya cenderung fluktuatif yang terkadang turun dalam beberapa hari kemudian naik dalam beberapa hari dan hal tersebut sudah menjadi aktivitas biasa.
"Status gunung tersebut masih tetap pada level siaga dari sebelumnya dengan level waspada sejak akhir bulan lalu," katanya.
Menurut dia, sampai saat ini gunung tersebut tidak menunjukkan adanya aktivitas letusan dan semburan-semburan material vulkanik berupa batu atau debu dari dalam dapur magma gunung setinggi sekitar 230 meter dari permukaan laut itu.
Ia menambahkan, sampai saat ini pihaknya belum dapat memastikan aktivitas selanjutnya, apakah akan terjadi letusan dan semburan-semburan material vulkanik yang jelas aktivitas dapur magma masih cukup tinggi. (ANTARA)