Kurdi tetap gelar referendum kemerdekaan

id Kurdi, Peshmerga, Turki

Kurdi tetap gelar referendum kemerdekaan

File/Seorang tentara khusus Francis sedang melatih prajurit Peshmerga Kurdi dalam hal identifikasi dan menetralkan bahan peledak IED (improvised explosive devices), di kawasan otonom Kurdi di bagian utara Irak (AFP)

Erbil, Irak (Antara/Xinhua-OANA) - Orang Kurdi Irak pada Senin memberi suara mereka dalam referendum yang akan menentukan kemerdekaan Wilayah Kurdistan dan daerah sengketa yang saat ini secara de fakto berada dalam kendali Kurdi.


Sebanyak 5,2 juta orang yang memenuhi syarat sebagai pemilih di tiga provinsi Irak Utara --Erbil, Sulaimaniyah dan Dohuk-- serta daerah lain di luar wilayah itu, yang dikenal sebagai daerah sengketa, diperkirakan memberi suara mereka di 12.000 kotak suara di 2.000 tempat pemungutan suara di seluruh Wilayah Kurdi dan daerah sengketa.


Pemberi suara dijadwalkan memilih "Ya" bagi Negara Kurdi Merdeka atau "Tidak" untuk tetap menjadi bagian wilayah otonomi Negara Irak.


Komite Pemilihan Regional sebelumnya mengumumkan pemberian suara dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat (12.00 WIB)( dan berakhir pada pukul 18.00 waktu setempat (22.00 WIB).


Pemerintah Irak telah berulangkali menolak referendum itu dan hasilnya, dan menggambarkannya sebagai tidak konstitusional.


"Mengambil keputusan secara sepihak yang akan mempengaruhi persatuan Irak dan melakukan pemisahan dari satu pihak bertolak-belakang dengan hukum dan tidak konstitusional. Dan kami takkan berhubungan dengannya atau dengan hasilnya," kata Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi sehari sebelumnya di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantai Antara di Jakarta, Senin malam.


Pada 7 Juni, Presiden Wilayah Kurdistan Masoud Barzani mengumumkan keinginannya untuk menyelenggarakan referendum pada 25 September mengenai kemerdekaan Wilayah Kurdistan dari Irak.


Kemerdekaan Kurdistan ditentang oleh banyak negara sebab itu akan mengancam keutuhan Irak dan sebab itu dapat merusak perang melawan gerilyawan IS.


Selain itu, negara tetangga Irak --Turki, Iran dan Suriah-- juga menentang referendum tersebut.

Antara/Xinhua
Chaidar