China promosikan Jenderal yang bertempur melawan Vietnam (1)

id China, Jenderal China, Tiongkok

China promosikan Jenderal yang bertempur melawan Vietnam (1)

File/Jenderal AD China, Li Zuocheng (tengah), berbicara dalam suatu pertemuan dengan Kepala Staf AD AS Jenderal Mark Milley (tak tampak), di Beijing, Selasa (16/08/16). (Reuters/Mark Schiefelbein/Pool)

Beijing (Antara/Reuters) - Militer China telah mempromosikan seorang jenderal angkatan darat yang bertempur dalam perang perbatasan melawan Vietnam tahun 1979, Kementerian Pertahanan mengatakan.
        
Promosi tersebut merupakan bagian dari pergantian besar sebagai rangkaian dari Kongres Partai Komunis China pada musim gugur tahun ini.
        
Dalam pernyataan singkat Sabtu malam, pihak militer mempromosikan komandan AD, Li Zuocheng, 63, sebagai Kepala Departemen Staf Gabungan yang baru Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), menggantikan Fang Fenghui. Belum jelas apakah Li juga masih komandan AD.
        
Kementerian itu tidak langsung mengumumkan promosi Li, hanya menyebut jabatannya yang baru dalam pertemuan dengan Kepala Staf AD Pakistan Qamar Javed Bajwa di Dushanbe, ibu kota Tajikistan.
        
Pernyataan itu tidak menyebutkan apa yang terjadi atas Fang, yang akan berusia 67 tahun depan dan sepertinya akan pensiun.
        
Langkah itu terjadi ketika Presiden Xi Jinping membangun sebuah program modernisasi militer yang ambisius, termasuk kapal induk yang membawa pesawat baru dan mengembangkan pesawat tempur siluman, dan mengambil sikap asertif di wilayah Laut China Selatan dan Timur yang dipersengketakan.
        
Tahun lalu profil Li diberitakan di surat kabar resmi Harian Beijing yang melukiskan waktu itu ia bertempur melawan pasukan Vietnam, menunjukkan foto-foto berwarna hitam-putih dalam usia 26 tahun saat itu di sebuah parit perlindungan dan menunjuk posisi-posisi di sebuah peta.
        
Media pemerintah Global Times melaporkan pada Ahad bahwa Li menderita cedera dalam perang itu tetapi bertempur dengan gagah berani sehingga diberi gelar "pahlawan perang".

Antara/Reuters
M. Anthoni