Sebagian Besar Penderita Anemia perempuan dan Anak-anak

id penyakit anemia

Sebagian Besar Penderita Anemia perempuan dan Anak-anak

Ilustrasi anak anemia ( Photo : Pixabay)

Jakarta (ANTARA Lampung) - Penderita anemia secara global sebesar 2,3 miliar dan untuk Asia Tenggara sebagian besar dari penderita adalah perempuan dan anak-anak.

"Secara numerik, data wanita usia subur antara 15 dan 49 tahun, angkanya sedikit lebih dramatis. Di Asia Tenggara, ada 202 juta wanita yang terkena anemia sedangkan di Pasifik Barat, ada sekitar 100 juta jiwa," ujar Direktur Pusat Keunggulan Kesehatan Perempuan dan Anak Universitas Aga Khan Prof Zulfiqar Ahmed Bhutta dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (16/8).

Ia mengatakan 41,8 persen ibu hamil dan kurang lebih 600 juta anak sekolah dasar dan anak usia sekolah di seluruh dunia adalah penderita anemia.

Efek jangka panjang dari kekurangan zat besi dengan atau tanpa anemia pada anak-anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, kekebalan tubuh serta perkembangan otak yang menyebabkan fungsi kognitif menurun sesuai dengan derajat anemia.

Namun, semua itu tergantung pada tingkat anemia yang diderita. Ia menegaskan meski anemia dapat disembuhkan, tetapi dampaknya tidak dapat diubah lagi.

Peta pola distribusi anemia pada bayi dan anak-anak, ucap Bhutta, sebagian besar di Asia Selatan, Asia Tengah Selatan, Asia Tenggara dan Afrika.

Ada pun pada tingkatan global di antara 1990 dan 2010, beban dunia terkait anemia defisiensi besi dan yang berkaitan dengan faktor gizi tetap besar.

Kekurangan zat besi adalah kekurangan nutrisi yang paling umum terjadi di seluruh dunia dengan kurang lebih 4-5 miliar penderita, berdasarkan data WHO.

Data tren anemia global juga menunjukkan bahwa diantara 1995 dan 2013, tidak ada perubahan dramatis pada statistik anemia meskipun terdapat berbagai intervensi.

Apabila Anemia defisiensi besi tidak diobati, kualitas dan harapan hidup terpengaruh secara signifikan. Anemia Defisiensi Besi (ADB) telah bertahun-tahun menjadi penyebab utama disabilitas pada anak-anak dan remaja serta dapat menyebabkan penurunan kinerja, gangguan fungsi kognitif dan kelelahan jangka panjang.

 
(ANTARA)