Khofifah Wanti-wanti Penyebaran Radikalisme Sasar Pelajar-mahasiswa

id menteri sosial, khofifah indar parawansa, sayangkan anak salah jawab ikan dibully

Khofifah Wanti-wanti Penyebaran Radikalisme Sasar Pelajar-mahasiswa

Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa ((ANTARA FOTO/Reno Esnir))

...Umumnya pelajar yang dimaksud siswa SMA dan mahasiwa atau di kalangan perguruan tinggi. Bahaya kalau ini terus dibiarkan, ujar Khofifah...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mewanti-wanti atau memperingatkan bahaya gerakan antipancasila dan radikalisme yang juga merebak serta menyasar kalangan pelajar dan mahasiswa.

Khofifah dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu mengatakan, sejumlah survei memaparkan hasil yang cukup mencengangkan.

Penelitian antara lain dari Saiful Mujani yang menyebutkan benih radikalisme di kalangan remaja Indonesia dalam tahap mengkhawatirkan. Sebanyak 6,12 persen menyatakan setuju bahwa pengeboman yang dilakukan Amrozi cs karena merupakan perintah agama.

Sebanyak 40,82 persen responden menjawab "bersedia", dan 8,16 persen responden menjawab "sangat bersedia" melakukan penyerangan terhadap orang atau kelompok yang dianggap menghina Islam.

"Umumnya pelajar yang dimaksud siswa SMA dan mahasiwa atau di kalangan perguruan tinggi. Bahaya kalau ini terus dibiarkan," ujar Khofifah saat silaturahim dan halal bihalal di Yayasan Taman Pendidikan Sosial NU Khadijah, Kota Surabaya, Sabtu (15/7).
 
Sementara survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) disebutkan ada 9,2 persen responden yang setuju NKRI diganti menjadi negara khilafah atau negara Islam.

Ada pun dalam survei Wahid Foundation, lanjut Khofifah, sebanyak 7,7 persen responden bersedia melakukan tindakan radikal bila ada kesempatan dan sebanyak 0,4 persen justru pernah melakukan tindakan radikal.

Khofifah mengatakan, angka yang disebutkan tersebut mungkin terbilang kecil. Namun demikian, tetap merupakan suatu ancaman. Karena bukan tidak mungkin jumlahnya semakin besar dan menganggu stabilitas keamanan dan politik bangsa.

"Bom waktu" Khofifah khawatir, lantaran yang disasar adalah pelajar dan remaja yang masih dalam tahap perkembangan, maka bisa jadi benih-benih radikalisme yang tertanam menjadi bom waktu di masa mendatang.

Menurut dia, paham tersebut disebarkan antara lain oleh guru atau pengajar yang berafiliasi atau bersimpati terhadap organisasi yang berkeinginan mengganti Pancasila dengan ideologi transnasional. Arahnya adalah doktrinisasi anak-anak untuk mendukung khilafah.

"Pergerakan mereka tidak statis. Penyebaran pengaruh juga dilakukan dengan serangkaian perekrutan anggota baru, pelatihan dan pendidikan kader yang dilakukan secara masif," katanya.

Oleh karena itu, tambah Khofifah, evaluasi atau uji kompetensi terhadap pengajar pun harus diperketat. Dengan begitu, deteksi terhadap pengajar yang berpaham radikal tidak terjadi belakangan, melainkan sejak awal.

Khofifiah menuturkan, selain karena pengaruh pengajar, radikalisme juga terjadi akibat derasnya arus informasi yang beredar di media sosial dan intermet. Lantaran tidak ada filter, informasi yang beredar pun menjadii tidak terkendali.

Menurut Khofifah, perspektif kemaslahatan umum harus ditata kembali, termasuk dalam hal berguru dan mencari ilmu. Saat ini, tambah dia, mayoritas orang mencari ilmu lewat gadget sehingga banyak yang menjadi sesat karena tidak mengetahui asal dalil dan sumber informasi tersebut.

"Sanadnya tidak jelas. Jadi kalau mau berguru atau mencari ilmu harus jelas siapa yang menjadi rujukan sehingga tidak salah ajar" tuturnya.
 

(ANTARA)