Bakauheni-Merak Penumpu Transportasi Jawa-Sumatera Perlu Pembenahan

id arus balik pejalan kaki, arus balik 2017, pelabuhan bakauheni, lampung selatan

 Bakauheni-Merak Penumpu Transportasi Jawa-Sumatera Perlu Pembenahan

Pemudik arus balik pejalan kaki antri memasuki kapal di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Minggu (2/7) (FOTO:ANTARA Lampung/Ardiansyah)

Bakauheni, Lampung (ANTARA Lampung) - Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni (Lampung)-Merak (Banten) menjadi penumpu transportasi Jawa ke Sumatera dan sebaliknya, terutama saat arus mudik dan balik Lebaran.

Pada 2016 sekitar dua juta orang diseberangkan melintasi Selat Sunda melalui Bakauheni-Merak untuk berlebaran bersama keluarga di kampung halaman masing-masing.

Pada 2017 ini begitu pula, jutaan orang menyeberang Selat Sunda untuk berlebaran di Lampung dan kota yang lain di Pulau Sumatera, serta harus kembali usai Lebaran.

Selain menjadi penumpang pejalan kaki atau mereka yang menggunakan bus umum, angkutan travel, maupun sepeda motor dan mobil pribadi, pemudik via jalan darat pastilah harus melintasi Selat Sunda melalui Pelabuhan Bakauheni-Merak untuk merayakan Lebaran atau melakukan perjalanan dari Jawa ke Sumatera dan sebaliknya.

Tersedia moda transportasi lain, yaitu dengan pesawat udara melalui Bandara Radin Inten II di Branti, Lampung Selatan ke sejumlah kota di Pulau Jawa dan Sumatera, namun dengan kapasitas penumpang terbatas, jauh di bawah kapasitas angkut melalui kapal feri (roll on roll off/ro-ro) lewat Pelabuhan Bakauheni-Merak.

Tersedia pula angkutan kereta api dari Stasiun KA Tanjungkarang, Lampung ke Stasiun Kertapati di Palembang, Sumatera Selatan, namun saat tiba di Stasiun Tanjungkarang untuk menyeberang ke Pulau Jawa tetaplah harus melalui Pelabuhan Bakauheni atau melalui Bandara Radin Inten II Lampung.

Oleh karena itu, keberadaan Pelabuhan Bakauheni-Merak adalah penumpu utama sarana transportasi Jawa-Sumatera bolak-balik dengan daya angkut lebih besar meski dengan risiko tinggi.

Setiap kali terjadi masalah terhadap dermaga, kapal feri, cuaca buruk di Selat Sunda, atau gangguan lainnya, dipastikan kelancaran arus transportasi manusia dan barang Jawa-Sumatera tersendat.

Kelancaran dan efektivitas perjalanan laut Bakauheni-Merak menjadi sebuah keharusan, diharapkan tidak molor dari waktu pelayaran normal kisaran dua jam. Saat terjadi gangguan, lama pelayaran bisa lebih panjang lagi.

Pemerintah pusat menyadari kondisi tersebut, sehingga pernah muncul gagasan untuk membangun Jembatan Selat Sunda dan masuk perencanaan pembangunan nasional hingga era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun, saat Joko Wiodo memerintah, rencana itu pupus, minimal tertunda. Jokowi lebih menghendaki perbaikan sarana dan prasarana pelayaran Merak-Bakauheni diperbaiki dan dibenahi menjadi lebih baik lagi.

Upaya pemerintah antara lain menambah dermaga menjadi lebih banyak, baik di Merak maupun Bakauheni, menambah kapal feri yang beroperasi di Selat Sunda, dan menyiapkan fasilitas pendukung lain untuk meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan dalam pelayaran di Selat Sunda itu.

Pelabuhan Merak dan Bakauheni merupakan pelabuhan utama yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Pelabuhan Merah terletak di Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda melalui perusahaan pengelolaan kereta api (Staatsspoorwegen) pada 1912.

Pelabuhan Bakauheni merupakan pelabuhan yang terletak di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan, berada di ujung selatan Jalan Lintas Sumatera. Posisi Pelabuhan Bakauheni strategis berada di ujung Pulau Sumatera yang menjadi gerbang memasuki wilayah Pulau Sumatera melalui Provinsi Lampung.

Berdasarkan berbagai sumber, pelabuhan itu mulai dibangun oleh Departemen Perhubungan pada 1970. Saat Pelabuhan Bakauheni dibangun, dioperasikan Pelabuhan Srengsem di Panjang, Kota Bandarlampung sebagai pelabuhan bayangan.

Transportasi di Selat Sunda memiliki posisi yang strategis untuk menyatukan dua pulau besar di Indonesia, yaitu Sumatera dan Jawa. Transportasi penunjang aktivitas perpindahan komoditas saat ini adalah kereta api.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu memberikan kekuasaan kepada perusahaan kereta api Staatsspoorwegen untuk mengelola bidang transportasi di wilayah Banten pada 1912.

Pada masa tersebut Pelabuhan Merak digunakan Pemerintah Hindia Belanda sebagai pendukung jalur kereta api Tanah Abang (Jakarta) dengan Banten. Pelabuhan ini menunjang kegiatan ekspor dan impor barang dari Indonesia oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Pascakemerdekaan Indonesia, pengelolaan pelabuhan berganti-ganti mengikuti perkembangan politik pemerintahan, hingga 1952 Pemerintah Republik Indonesia membuka secara resmi Pelabuhan Merak di Banten dan Pelabuhan Panjang di Lampung.

Belanda menyerahkan pengelolaan pelabuhan kepada Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada 1956. Pada 1970, Departemen Perhubungan mulai membangun Pelabuhan Bakauheni di Lampung menggantikan Pelabuhan Panjang. Pelabuhan Bakauheni beroperasi pada 1980 sebagai pelabuhan khusus kapal feri, sedangkan Pelabuhan Panjang menjadi pelabuhan untuk kegiatan ekspor dan impor barang hingga kini.

Belakangan, pada era Presiden Jokowi, dibangun pula Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dari Provinsi Lampung hingga Aceh. Keberadaan jalan tol ini diharapkan makin mendukung kelancaran transportasi darat dari Jawa ke Sumatera menembus JTTS dari Bakauheni hingga Aceh saat sudah rampung dibangun.

Hingga sepekan usai Lebaran 2017, Minggu (2/7), sudah sekitar 65-70 persen pemudik yang melintas Selat Sunda dari Jawa ke Sumatera. Diperkirakan sisa pemudik itu masih akan kembali secara bergelombang pada tahap selanjutnya. Mereka adalah para pekerja di kawasan Jabodetabek, keluarga yang mudik ke Sumatera, pelajar dan mahasiswa yang menempuh pendidikan di Pulau Jawa.



Kelancaran Mudik-Balik

Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri menegaskan berbagai persiapan telah dilakukan pemerintah melalui instansi terkait dalam menghadapi Lebaran 2017, terutama untuk menjamin keamanan, kelancaran, dan kenyamanan arus mudik dan balik Lebaran 2017.

"Bersama dengan instansi terkait, seperti Polda, Pertamina, PT ASDP, dan satuan kerja terkait di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung, pihaknya terus bersinergi untuk melakukan persiapan Lebaran 2017," ujar Wagub Bachtiar pada rapat koordinasi kesiapan akhir Operasi Ramadniya Krakatau 2017 Polda Lampung dalam rangka pengamanan Idulfitri 1438 Hijriah.

Pemprov Lampung, baik melalui Dinas Perhubungan dan PT ASDP yang bertanggung jawab atas moda transportasinya maupun melalui Kepolisian Daerah Lampung mengambil langkah pengamanan dan suasana yang kondusif saat pelaksanaan mudik.

Masyarakat dalam merayakan Hari Kemenangan akan terganggu apabila menghadapi kondisi kemacetan, kehabisan BBM, kesulitan moda transportasi, dan masih banyak lagi masalah yang selalu muncul setiap tahun.

Oleh karena itu, Pemprov Lampung terus meningkatkan sinergi dengan jajaran terkait dalam mengupayakan momentum mudik Idul Fitri 1438 Hijriah agar aman dan nyaman bagi para pemudik, khususnya di Provinsi Lampung.

Kapolda Lampung Irjen Sudjarno mengatakan pihaknya melakukan operasi kepolisian terpusat "Ramadniya Krakatau 2017" dengan total kekuatan 4.952 personel gabungan dari seluruh instansi terkait. Operasi diadakan selama 16 hari dimulai sejak 19 Juni hingga 4 Juli 2017 guna mewujudkan situasi Idul Fitri dengan rasa aman dan nyaman.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menyiapkan rumah sakit keliling dan pos pelayanan kesehatan yang terbagi pada tiga jalur lintas utama, yakni Jalan Lintas Timur Sumatera, Lintas Tengah dan Barat dengan total 74 posko kesehatan.

PT Pertamina juga telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi, di antaranya penambahan BBM ke SPBU dengan stok premium 50 persen, solar 5 persen, pertamax 65 persen, dan pertalite 55 persen.

Pertamina juga menambah waktu pelayanan di Terminal BBM Panjang menjadi 24 jam, penyiapan RAE suplai dari TBBM dan suplai ke SPBU, membentuk SPBU kantong dan SPBU buffer untuk memperpendek jarak dan waktu tempuh mobil tangki.

Untuk kesiapan moda transportasi, Dinas Perhubungan Provinsi Lampung bersinergi dengan PT ASDP Cabang Bakauheni menyiapkan bantuan 40 bus di Pelabuhan Bakauheni dan Terminal Induk Rajabasa, menyiapkan 56 kapal yang siap beroperasi serta posko-posko terpadu untuk memberikan pelayanan kepada pemudik.

Otoritas Bandara Radin Inten II Lampung juga menambah jadwal penerbangan saat arus mudik dan balik Lebaran 2017, setelah merenovasi bandara dan melengkapi berbagai fasilitas pendukung di dalamnya.

Berbagai persiapan telah dilakukan itu tidak hanya untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pemudik, tetapi juga mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat yang merayakan Lebaran agar penuh suka cita.

Kini, para pemudik dari Lampung yang akan kembali bekerja ke Jabodetabek di Pulau Jawa maupun kota besar lain di Sumatera dan wilayah lainnya memiliki lebih banyak alternatif moda transportasi. Mereka tinggal menyesuaikan dengan kemampuannya.

Sejumlah pemudik mengaku pilihan moda transportasi saat mudik dan arus balik Lebaran 2017 selain menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi, juga mempertimbangkan keamanan dan kenyamanan dalam perjalanan.

"Pilihan pertama adalah moda transportasi yang aman dan nyaman, baru soal tarif," ujar Wawan, salah satu pemudik asal Tangerang yang berlebaran di Lampung.

Biasanya, dia mudik menggunakan sepeda motor, tapi kali ini mudik lebih cepat dengan menggunakan bus dan angkutan umum.

"Memang lebih murah mudik pakai sepeda motor, tapi risiko keselamatan dan keamanan dalam perjalanan lebih besar," ujarnya.

Apalagi, saat ini hujan masih terus mengguyur di wilayah Lampung dan sekitarnya, sehingga akan menyulitkan dan membahayakan mudik bersepeda motor.

Kendati begitu, para pemudik bersepeda motor masih memadati Pelabuhan Merak, Banten menuju Bakauheni, Lampung.

PT ASDP Indonesia Ferry bahkan menyediakan kapal feri khusus untuk mengangkut pemudik bersepeda motor agar tidak bercampur dengan kendaraan roda empat lainnya.

Dedy, pemudik di Lampung asal Palembang, Sumatera Selatan, mengaku sengaja memilih moda transportasi bus umum untuk menyesuaikan dengan kemampuan, mengingat dua anggota keluarganya ikut mudik pula.

"Kalau naik travel antarjemput ongkosnya bisa dua kali lipatnya," ujarnya.

Semula, dia berencana mudik menggunakan kereta api, namun karena sudah kehabisan tiket, akhirnya beralih naik bus umum.

"Sebenarnya lebih nyaman dan aman naik kereta api. Ongkosnya juga tidak mahal. Tapi tiketnya sudah habis duluan, mau gimana lagi," ujar dia.

Sejumlah pelajar dan mahasiswa asal Lampung yang kuliah di beberapa universitas di Pulau Jawa sebagian mudik ke Lampung menggunakan moda transportasi udara, dan sebagian lain menggunakan bus angkutan umum.

Ada pula yang memilih mudik gratis dengan bus dengan biayanya disubsidi pemerintah, namun waktu mudiknya belakangan.

"Saya pilih naik pesawat saja dari Semarang mudik ke Lampung karena lebih cepat dan aman serta nyaman walaupun perlu biaya lebih tinggi," ujar Ado, mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Semarang.

Banyak pula pemudik ke Lampung memilih menggunakan mobil pribadi, seperti Ida dan Kusnen asal Tangerang yang mudik ke rumah orang tuanya di Bandarlampung.

"Anak-anak bisa ikut dan di jalan bisa mengatur perjalanan serta waktu istirahat sendiri kalau pakai mobil pribadi," ujar dia.

Pada jasa penerbangan, otoritas Bandara Radin Inten II di Branti, Lampung Selatan menyiapkan 12 penerbangan tambahan sejak 25 Juni hingga 11 Juli 2017 dengan total 1.703 kursi tambahan per hari.

"Selama arus mudik dan balik Lebaran 2017, total dari dan ke Lampung mencapai 41 penerbangan dengan jumlah kursi tambahan 4.227," kata Kepala Bandara Radin Inten II Satimin.

Sebanyak empat maskapai penerbangan telah mengajukan tambahan penerbangan, yakni Sriwijaya Air tujuan Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya sebanyak tiga kali sehari.

Selain itu, Lion Air dua kali tambahan penerbangan ke Jakarta, Batik Air empat kali tambahan penerbangan yakni tiga ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan satu ke Bandara Halim Perdanakusuma, Wings Air juga menambah penerbangan dua kali ke Bandung dan sekali ke Bengkulu.

Penerbangan tambahan itu, kata Satimin, untuk memperkuat 31 penerbangan reguler yang dilayani Garuda Indonesia sebanyak sembilan kali, Sriwijaya Air (10), Lion Air (4), Batik Air (2), Wings Air (4), dan Express Air dua kali penerbangan, sehingga total "seat" penerbangan reguler mencapai 4.227 kursi per hari.

"Tahun ini, ASDP mengoperasikan enam dermaga, sehingga pelayaran bertambah menjadi 2.416 atau naik dari 2016 sebanyak 2.346 pelayaran dengan 58 armada kapal roro," ujar Dirut PT ASDP Indonesia Ferry Faik Fahmi.

ASDP memprediksi jumlah penumpang Lebaran 2017 dari Merak ke Bakauheni 1,43 juta orang, kendaraan roda dua 105.601 unit, dan kendaraan roda empat 186.182 unit

Selain itu, Bakauheni ke Merak sebanyak 1,33 juta penumpang, 3.931 roda dua, dan 180.846 roda empat.

Pihaknya memprediksi kenaikan penumpang 3 persen, kendaraan roda dua 5 persen, dan roda empat 4 persen, sehingga pelayaran dinaikkan 3 persen.

PT ASDP banyak melakukan perubahan dengan menambah lima "buffer zone" dari semula dua dan menjual tiket tunai maupun secara dalam jaringan.

"Kalau dulu penumpang tidak tahu jam berapa menyeberang, dengan tiket `online` tahu jam berapa menyeberang. Kemudian, ada petugas berseragam mencolok yang berkeliling membantu pemudik," katanya.

Dalam menjamin keamanan para pemudik, Pemerintah Provinsi Lampung bersama Polda Lampung memberikan pengawalan pada malam hari saat melewati daerah rawan tindak kriminal.

"Pemerintah juga memastikan kesiapan lampu penerangan jalan, posko kesehatan, dan fasilitas pendukung lainnya," ujar Asisten I Sekdaprov Lampung Heri Suliyanto.

Pemprov Lampung juga menyiagakan 40 bus bantuan milik PT Translampung Utama pada Dermaga VI rute Bakauheni-Rajabasa.

Bus Translampung tersebut beroperasi mulai pukul 02.00 hingga 06.00 WIB untuk mengantisipasi penumpukan penumpang di Pelabuhan Bakauheni.

Selain bus milik Pemprov Lampung tersebut, Bakauheni-Rajabasa juga diperkuat armada tambahan Bus Damri.

Semua itu membuktikan Pelabuhan Bakauheni-Merak penumpu utama transportasi Jawa-Sumatera, sehingga perlu dukungan pembenahan selanjutnya agar tak lagi menghadapi masalah sekecil apapun yang dapat mengganjal kelancaran arus barang maupun transportasi warga dalam melintasi Selat Sunda.


(ANTARA)