Melepas Lelah Ala Pemudik di Kapal Penyeberangan

id ilustrasi penumpang kapal

Melepas Lelah Ala Pemudik di Kapal Penyeberangan

Ilustrasi Pemudik di kapal penyeberangan Merak-Bakauheni. (FOTO: ANTARA Lampung/ist)

Semerbak aroma makanan berbaur dengan udara pengap dan suara bising musik dangdut di dek ekonomi Kapal Motor Safira yang melayani penyeberangan Merak-Bakauheni, Jumat siang.

Para pemudik tujuan Sumatera duduk tak beraturan di dek ekonomi. Sebagian di antara mereka ada yang bersandar pada dinding kapal dan sebagian lainnya menyantap bekal makanan yang mereka bawa dari rumah.

Meski masih terbilang bulan puasa (Ramadan), para pemudik tak malu-malu menyantap makanan.

Di hadapan mereka, seorang biduanita menyanyikan lagu dangdut populer dengan diiringi orkes.

Para pemudik ada yang memperhatikan nyanyian tersebut dan sebagian lagi menyantap makanan.

Perjuangan para pemudik menuju kampung halaman di tanah seberang terbilang cukup berat. Bagaimana tidak, untuk masuk ke dalam kapal, mereka harus mengantre selama kurang lebih dari 5 jam.

Perjuangan tersebut harus ditambah lagi lamanya penyeberangan yang memakan waktu hingga 3 jam.

"Dari Bakauheni, masih 2 jam lagi," kata pemudik tujuan Pringsewu, Lampung, Amin.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menurut Amin, antrean masuk kapal pada tahun ini terbilang lebih lama.

Jika tahun sebelumnya, antre masuk kapal hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam.

Beratnya perjuangan para pemudik tersebut membuat banyak di antara pemudik tujuan Sumatera tersebut kelelahan.

Penumpukan penumpang tidak hanya terjadi di dek ekonomi, tetapi juga di ruang eksekutif yang dilengkapi pendingin ruangan.

Untuk masuk ke ruangan tersebut, para pemudik harus merogoh kocek sebesar Rp10 ribu per orang.

Para pemudik juga menyesaki dek bagian luar kapal. Dengan beralaskan koran seadanya, mereka duduk lesehan sambil memandangi Selat Sunda.

"Di dalam panas dan pengap, lebih enak di luar banyak angin," kata Liza, pemudik tujuan Palembang.

Beruntung, cuaca terbilang bersahabat. Tidak panas dan tidak pula hujan. Liza bersama orang tua, suami, dan dua orang anaknya duduk lesehan di bagian luar kapal sambil menyantap makanan.

Para pemudik yang membawa kendaraan roda empat memanfaatkan waktu di kapal untuk tidur, mengisi ulang tenaga yang terkuras dalam perjalanan mudik.

Tidak hanya ke Lampung dan Palembang, para pemudik banyak ke daerah yang lebih jauh, seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, dan lainnya.

Para pemudik beralasan menggunakan jalur darat karena biaya yang mereka keluarkan lebih murah daripada naik pesawat.

"Kalau musim Lebaran begini, tiket pesawat ke Palembang mencapai Rp1 juta. Anggota keluarga ada enam, paling tidak harus menyiapkan uang Rp12 juta cuma untuk tiket saja. Belum untuk biaya lainnya," terang Liza.

Jika dengan menggunakan kendaraan pribadi, dia hanya merogoh kocek sekitar Rp2,5 juta untuk biaya bahan bakar minyak, penyeberangan, dan juga makan.

"Cuma lebih lama. Untuk ke Palembang, paling tidak butuh waktu sekitar 15 jam. Naik pesawat, 1 jam sampai," katanya lagi.

Awak kapal Herdiansyah mengatakan bahwa jumlah penumpang hanya sepertiga saja jika tidak musim mudik Lebaran.

"Kalau musim mudik begini, kapal selalu penuh. Bahkan, masih kurang untuk mengangkut pemudik," jelas Herdiansyah.

Padahal, pihak ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak mengoperasionalkan enam dermaga dan juga memisahkan pemudik yang menggunakan kendaraan roda dua dan empat.

Khusus untuk kendaraan roda dua, menggunakan dermaga enam. Sementara itu, untuk kendaraan roda empat, menggunakan dermaga satu hingga lima.

Puncak Arus Mudik Kanit Binmas Polsek Pelabuhan Merak Ipda Agus Supardi menjelaskan bahwa puncak arus mudik menuju Pulau Sumatera terjadi pada H-2.

"Hari ini merupakan puncak arus mudik karena perusahaan juga sudah meliburkan karyawannya mulai 23 Juni," kata Agus yang mengaku sudah 27 tahun tidak mudik Lebaran tersebut.

Kemacetan sudah terjadi dari keluar Pintu Tol Merak yang berjarak sekitar 5 kilometer dari pelabuhan.

Pihak kepolisian juga menerapkan sistem buka tutup di jalan Cikuasa Atas menuju Pelabuhan Merak.

Untuk menuju Pelabuhan Merak, terdapat dua jalur, yakni kendaraan roda empat yang keluar tol Jakarta-Merak bisa menggunakan ruas jalan Cikuasa Atas, sementara kendaraan roda dua dan empat dari arah Cilegon dapat menggunakan ruas Jalan Raya Merak.

Agus mengatakan bahwa pada H-3 Lebaran, kemacetan sudah terurai pada siang hari. Namun, pada H-2 tersebut arus kemacetan baru terurai pada malam hari.

"Harus sabar dalam menangani arus mudik ini. Kalau tidak, bisa-bisa emosi. Pemudik inginnya buru-buru, sementara kami sibuk mengatur agar semuanya bisa masuk kapal," terang Agus.

Pihak kepolisian menerjunkan sekitar 340 personel untuk pengamanan di Pelabuhan Merak.

Untuk melayani para pemudik, pihak ASDP Indonesia Ferry Cabang Merak menurunkan sekitar 58 kapal pada puncak arus mudik.

"Satu kapal muatannya sekitar 350 hingga 400 kendaraan roda empat," kata Agus.

Dalam kesempatan itu, Agus meminta para pemudik untuk memperhatikan barang bawaannya, terutama di dalam kapal. Apalagi, sebagian besar pemudik memanfaatkan waktu untuk beristirahat.

Agus mengatakan bahwa banyak pemudik yang lengah, yang kehilangan barang berharganya ketika berada di kapal.



(ANTARA)