Revisi UU Terorisme ditargetkan tuntas sebelum November

id UU Terorisme, TNI

Revisi UU Terorisme ditargetkan tuntas sebelum November

Beberapa prajurit antiteror melakukan penyergapan teroris dan pembebasan sandera dalam simulasi gabungan Kopassus-SAS Australia dalam penanggulangan terorisme di Bandara Ngurah Rai, Bali, Selasa (28/9). (FOTO ANTARA/Nyoman Budhiana)

Jakarta (Antara Lampung) - Panitia Khusus revisi Undang-Undang no 15 tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme menargetkan revisi tersebut selesai sebelum November 2017, karena berusaha mempercepat prosesnya pasca serangan bom di Kampung Melayu pekan lalu.
        
"Sekarang sudah sampai tahap pembahasan Daftar Inventarisir Masalah oleh Panitia Kerja dengan pemerintah. Dengan dinamika pasca bom Kampung Melayu, kami akan berusaha mempercepat proses penyelesaian yang terakhir dijadwalkan selesai sblm bulan November 2017," kata anggota Pansus Terorisme Bobby Rizaldy di Jakarta, Senin.
        
Dia mengatakan Pansus ingin revisi UU tersebut diselesaikan sehingga bisa memperkuat upaya deteksi dini dan pencegahan aksi teroris tapi juga tetap tidak melanggar HAM.
        
Menurut politisi Partai Golkar itu, memang kelihatannya mudah namun dari struktur, sinkronisasi dan harmonisasi UU ini, ada beberapa hal teknis yang perlu disempurnakan.
        
"Misalnya definisi terorisme yang tidak ada sebelumnya yaitu diseluruh dunia ternyata berbeda-beda," ujarnya.
        
Selain itu menurut dia, pasal mengenai penahanan preventif dari tujuh hari menjadi 30 hari, lalu ramai diberitakan publik akan melanggar HAM.
        
Anggota Komisi I DPR itu menjelaskan lantas apabila anak-anak terlibat terorisme apakah mengacu ke UU Sistem peradilan Anak atau lex specialist.
        
"Belum lagi soal koordinasi, karena dalam UU ini belum dimasukan Tugas, Pokok, dan Fungsi serta kewenangan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme yang kelembagaan belum dibentuk dengan UU," katanya.
        
Karena itu menurut dia bukan hanya membahas DIM namun sistematika perubahan-perubahan UU itu yang memerlukan kajian referensi, masukan publik yang luas dari para stakeholder.
        
Dia meyakinkan bahwa UU itu bisa efektif tanpa mengurangi rasa keadilan dan tetap terlindungi HAM.
        
"Seluruh fraksi belum sepakat terkait seluruh poin teknis tersebut jadi tahapannya setelah disampaikan pemerintah, pansus menggelar kajian dengan mengundang banyak stakeholder, mengunjungi semua gugus tugas penindakan teroris," ujarnya.
        
Setelah itu menurut Bobby, masing-masing fraksi mempelajari dan memberikan posisi politiknya dalam DIM yang tentunya berbeda2.
        
Dia mengatakan saat ini DIM revisi UU Terorisme dibahas Pansus dengan pemerintah seperti dari Kemenkumham, Polri, Kejaksaan Agung, dan TNI

ANTARA