Bupati Targetkan Lampung Tengah Sebagai Bumi Agrobisnis

id bupati mustafa dan perajin sepatu, bupati lampung tengah, mustafa

Bupati Targetkan Lampung Tengah Sebagai Bumi Agrobisnis

Bupati Lampung Tengah Mustafa (FOTO: ANTARA Lampung/Humas Pemkab Lampung Lampung Tengah)

...Jika petani sejahtera maka daerah akan lebih maju dan ekonomi tertata dengan baik. Petani bukan untuk dijadikan alat, tapi harus dijadikan pelopor kemajuan daerah, kata Mu.stafa..
Bandarlampung,  (ANTARA Lampung) - Bupati Lampung Tengah, Mustafa menargetkan menjadikan daerahnya sebagai bumi agrobisnis dengan lebih memberdayakan para petani agar menjadi lebih sejahtera.

"Jika petani sejahtera maka daerah akan lebih maju dan ekonomi tertata dengan baik. Petani bukan untuk dijadikan alat, tapi harus dijadikan pelopor kemajuan daerah," kata Bupati menanggapi upayanya untuk pemberdayaan petani, dalam siaran persnya yang diterima di Bandarlampung, Kamis (27/4).

Mustafa yang juga Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Lampung Tengah menyatakan pembangunan harus dimulai dari tingkat desa, sehingga perlu adanya kesinambungan untuk mewujudkan kemajuan daerah dan wajib memperhatikan kesejahteraan di tingkat bawah.

"Saya akan bawa Lampung Tengah sebagai bumi agrobisnis yang maju, aman, sejahtera, dan berwawasan lingkungan, dengan pelayanan publik yang berkualitas prima. Karena itu, saya menganggap untuk pengembangannya dimulai dari tingkat desa," ujarnya.

Ketika ditanya, ia menjelaskan, salah satu upaya yang ditempuh untuk mewujudkannya kesejahteraan petani ialah melalui pengembangan Gapoktan tingkat desa dan kecamatan.

Desa merupakan sumber kehidupan masyarakat yang didominasi sektor pertanian. Keberhasilan sektor tersebut akan mengangkat percepatan peningkatan ekonomi masyarakat di perdesaan dan berdampak untuk mendorong sektor lain. Sebab, lembaga tersebut memiliki anggota yang tergabung dalam beberapa kelompok tani di setiap kampung, ujarnya.

Menurut Mustafa, pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok pembangunan pertanian dan pedesaan. Namun, selama ini, kelembagaan petani cenderung hanya diposisikan sebagai alat untuk mengimplementasikan proyek belaka, belum sebagai upaya untuk pemberdayaan yang lebih mendasar.

"Ke depan, petani harus dapat berperan sebagai aset komunitas masyarakat desa yang partisipatif. Pengembangan kelembagaan harus dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kapasitas masyarakat itu sendiri sehingga menjadi mandiri," kata dia.

Pembentukan dan pengembangan Gapoktan perlu dilakukan di setiap desa dan harus menggunakan basis sosial kapital setempat, dengan prinsip kemandirian lokal, yang dicapai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan.

Lemahnya kelembagaan pertanian, seperti perkreditan, lembaga input, pemasaran, dan penyuluhan, telah menyebabkan belum dapat terciptanya suasana kondusif untuk pengembangan agroindustri pedesaan, yang berakibat sistem pertanian menjadi tidak efisien dan keuntungan yang diterima petani relatif rendah. Biaya produksi yang harus ditanggung para petani cukup tinggi, sebaliknya harga jual hasil panen mereka justru rendah.

Keprihatinan itu masih ditambah lagi dengan kendala fungsional. Pendekatan strategi revitalisasi pertanian selama ini terkesan sektoral. Padahal, jika tujuan utama revitalisasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani, peningkatan produksi, dan produktivitas komoditas haruslah dilakukan secara menyeluruh.

Pencapaian yang harus segara dilakukan, menurut Mustafa adalah dengan meringankan beban petani terutama masalah pupuk dan harga jual.

"Pemimpin itu harus bisa berkiprah, bagaimana mencarikan solusi untuk pupuk petani, harga jual mereka sesuai. Ini yang akan saya lakukan, mendobrak harga di pasaran, dan menghentikan tengkulak yang mempermainkan harga hasil pertanian," katanya.

Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki potensi cukup besar bagi upaya pengembangan sektor pertanian, perlu adanya dorongan dari pemimpin yang mumpuni. Di daerah ini ketersediaan lahan basah untuk tanaman pangan mencapai 69.942 Ha dan lahan kering 382.993,59 Ha.

Komoditas unggulan tanaman pangan adalah padi, jagung kedelai dan ubi kayu. Pada tahun 2008 luas panen padi (sawah dan ladang) berjumlah 112.000 Ha dengan produksi mencapai 591.160 ton, jagung mencapai 535.361 ton, kedelai 1.414 ton dan ubi kayu mencapai 2.768.269 ton.

Mustafa menjelaskan, kata kunci untuk keberhasilan membangun ketahanan pangan tidak hanya bertumpu pada kebutuhan finansial dan ketersediaan sumberdaya alam, tetapi juga dibutuhkan kebersamaan dan kekompakan dalam meningkatkan sinergitas.   (Ant)