Media harus aktif tangkal penyebaran "hoax"

id Berita hoax, medsos

Media harus aktif tangkal penyebaran "hoax"

Sejumlah wartawan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menggelar aksi di Blitar, Jawa Timur, Kamis (9/2). (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

Bandarlampung (Antara Lampung) - Ketua Presidium Jaringan Wartawan Anti-Hoax (Jawah) Agus Sudibyo mengajak media konvensional berperan menangkal berita bohong atau 'hoax' terutama di media sosial.
         
"Penyebaran 'hoax' di media sosial cukup banyak dan meresahkan. Menyikapinya, media konvensional harus memberikan berita yang lebih baik, mencerahkan dan beradab," katanya, dalam diskusi publik "Tantangan Pers 'News or Hoax'" di Swiss Belroom Hotel, Bandarlampung, Rabu.
         
Ia mengatakan bahwa hubungan media sosial dan media konvensional adalah kawan sekaligus lawan, mengingat keduanya hidup dari sumber yang sama, yakni iklan.
         
Pada sisi lain, menurutnya, media sosial juga menjadi sarana penyebaran berita hoax termasuk melalui media konvensional.
         
"Media sosial menjadi tantangan tersendiri, mengingat saat ini semua orang bisa menjadi wartawan, tapi jurnalis beneran malah mati. Lantaran perusahaannya gulung tikar," katanya pula.
         
Agus mengatakan media sosial sekarang justru diuntungkan oleh penyebaran berita tidak benar atau hoax. Semakin banyak hoax kontroversial yang menyebar, semakin banyak pengguna media sosial itu.
         
Dampaknya, lanjutnya, berimbas pada kenaikan saham dan iklan yang masuk ke perusahaan raksasa seperti Google, Facebook, Yahoo, dan Twitter.
         
Ia menjelaskan, semakin banyak hoax, semakin ramai pengguna media sosial. Data menunjukkan bahwa Rp8,4 trilun atau 70 persen dari total iklan digital, disedot oleh perusahaan raksasa media sosial.
         
"Jawah harus membantu masyarakat menangani hoax dengan memberikan klarifikasi terhadap hoax yang beredar, agar masyarakat tercerahkan dan tidak dikelabui berita bohong," katanya pula.

ANTARA