Empat Petani dengan Kaki Disemen Diterima Istana

id aksi petani tolak pabrik semen

 Empat Petani dengan Kaki Disemen Diterima Istana

Sejumlah Petani Kendeng memberikan keterangan kepada awak media hasil pertemuan dengan Kepala Staf Presiden Teten Masduki di Kompleks Istana Kepresidenan di depan Istana Merdeka, Jakarta, Senin (20/3). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama/17)

...Jadi memang aspek ekonomi dan sosial harus ada titik temunya, kata Teten...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Sebanyak empat petani asal Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah yang kakinya disemen sebagai bentuk penolakan terhadap keberadaan pabrik Semen Indonesia pada akhirnya diterima masuk ke Istana.

Empat petani tersebut diterima oleh Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di Gedung Bina Graha Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin sore.

Keempat petani yang kakinya disemen dan dilapisi kayu triplek tipis tersebut diangkut dengan menggunakan mobil Toyota Innova lalu diturunkan dan didorong menggunakan troli barang menuju ruangan untuk diterima Teten Masduki.

Pada kesempatan itu empat petani tersebut didampingi oleh Tim Advokasi dan Kuasa Hukum mereka yakni Koordinator KontraS Haris Azhar.

Sementara Teten Masduki didampingi oleh Deputi Kementerian LHK dan Deputi Menteri BUMN.

Mereka tiba di Bina Graha sekitar pukul 16.40 WIB dan hingga saat ini pertemuan masih berlangsung.

Sebelumnya, masyarakat Rembang yang terdiri dari para petani menggelar aksi menyemen kaki mereka di depan Kompleks Istana Kepresidenan.

Para petani itu berkeras menolak keberadaan pabrik semen di lingkungan mereka.

Menanggapi hal itu Teten Masduki sebelumnya juga sudah meminta semua pihak untuk menunggu Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terkait keberadaan pabrik PT Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.

Teten menyadari memang harus ada solusi terkait permasalahan tersebut ketika ada sebagian masyarakat yang menolak keberadaannya atas alasan kerusakan lingkungan di sisi lain keberadaan pabrik semen diniliainya bisa membawa kesejahteraan warga sekitar.

"Jadi memang aspek ekonomi dan sosial harus ada titik temunya," kata Teten pekan lalu.  (Ant)