Upaya Menangkal Hoax dengan Kemuliaan Akhlak

id ilustrasi hoax

Upaya Menangkal Hoax dengan Kemuliaan Akhlak

ilustrasi hoax (ANTARA News/Handry Musa/2017)

...Nabi saja sempat dibuat ragu dengan hoax. Apa lagi kita, di zaman modern dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, ujar Abd. Rahman...
Berita hoax berisi fitnah lebih kejam dari pembunuhan, bahkan jauh sebelumnya, -pada zaman rasul, - sudah ada dengan berbagai versinya. Cerita bohong yang dikemas atau direkayasa untuk menjatuhkan seseorang sudah terjadi sejak lama.

"Nabi saja sempat dibuat ragu dengan hoax. Apa lagi kita, di zaman modern dengan kemajuan teknologi informasi saat ini," ujar Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Abd. Rahman Mas'ud, Ph.D.

Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin - pada acara refleksi akhir tahun, Jum'at (30/12), - pun mengakui bahwa peran media sosial dalam penyebaran berita bohong saat ini 'luar biasa'. Karena itu ia mengingatkan pesan Nabi bahwa berbohong merupakan perbuatan dosa.

"Nabi pernah mengatakan, kita ini bisa tergolong orang yang berbohong, orang yang berdosa, ketika kita menyampaikan apa saja yang kita tidak yakin benar. (Itu Hadits) riwayat Muslim. Semua yang kita dengar lalu kita ceritakan, itu artinya kita bisa termasuk golongan orang-orang yang berbohong, berbuat dosa", ucap Lukman.

Ia mengimbau, pengguna media sosial hendaknya lebih kritis dalam menyebarkan suatu informasi. Jangan menyebarkan sebuah berita jika kebenarannya belum terkonfirmasi secara pasti.

"Kritislah kita dalam menggunakan medsos. Kalau ada posting yang tidak jelas, hentikan! Itu di tangan kita. Jangan biarkan diri kita menyebarluaskan hal yang tidak benar," kata Lukman.

Senada dengan pernyataan Lukman, Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar menilai hoax kini tidak bisa lagi dipandang enteng karena jika penggunaannya di media sosial dibiarkan dapat menghancurkan suatu negara.

Hoax dapat dimaknai sebagai berita atau informasi bohong dengan maksud mengakali pembaca/pendengar untuk mempercayainya, sesungguhnya merupakan fitnah.

"Jelas saja informasi berisi kebohongan tentu mengandung fitnah. Kita tahu, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dari sisi negara, jelas saja fitnah atau hoax itu bisa menghancurkan suatu negara," katanya.

Kejamnya Hoax Betapa kejamnya berita hoax dapat ditilik dari kisah Nabi Muhammad SAW yang sempat mengubah sikap kepada Siti Aisyah lantaran munculnya fitnah bahwa isterinya itu berselingkuh dengan Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani ra. Akibat fitnah itu, kegoncangan di kalangan kaum Muslimin tak dapat dihindari dan Siti Aisyah bersedih hingga sakit.

"Saat itu yang membuatku bingung ketika aku sakit, aku tidak melihat kelembutan dari Nabi SAW seperti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya, Bagaimana keadaanmu, kemudian pergi," kata Siti Aisyah yang terdapat pada kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits.

Percintaan Rasulullah dengan Siti Aisyah - dalam berbagai literatur - dikisahkan penuh dengan romantika. Percintaan indah itu bukan tanpa cobaan. Seperti juga layaknya manusia biasa, perjalanan hidupnya pun tidak lurus-lurus sekali karena tidak semua jalan tanpa belokan ke kiri dan kanan.

Seperti banyak dikutip dari "kisah islamiah", ketika Siti Aisyah pulang bersama rombongan dari peperangan sempat berhenti di dekat kota Madinah. Bersamaan dengan itu, Aisyah menyadari bahwa kalungnya telah putus dan hilang. Maka, ia pun yang biasanya ditandu, segera kembali ke tendanya mencari kalung yang hilang tersebut. Sementara, orang-orang yang membawa tandu Siti Aisyah tidak menyadari bahwa beliau tidak berada di dalamnya.

Cukup lama ia mencari kalung, tapi barang yang dicari tak dijumapai. Siti Aisyah kembali ke tandunya. Namun ia telah ditinggalkan rombongannya. Siti Aisyah tak bisa berbuat banyak. Pasrah. Satu-satunya harapan adalah ada rombongan kaum muslimin yang kembali. Lama ia menanti. Karena lelah, Siti Aisyah ngantuk dan akhirnya tertidur.

Shafwan dan Aisyah Saat itu muncullah salah seorang anggota rombongan, Shafwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani ra lewat. Shafwan memang punya tugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata: "Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji'un," ujar Shafwan.

Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah ra. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah ra. Mereka berdua akhirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.

Kejadian tersebut kemudian memunculkan berita fitnah, yang sekarang dikenal sebagai hoax terkait kedatangan Ummul Mukminin Siti Aisyah bersama Shafwan. Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan. Hoax tersebut kemudian cepat beredar hingga di Madinah. Diceritakan Aisyah, karena peristiwa itu dirinya akhirnya jatuh sakit.

Berita fitnah itu menyebar hingga sebulan lamanya. Selama itu pula, tak ada wahyu yang diterima Nabi Muhammad SAW. Sampai kemudian, Allah SWT mengabarkan berita gembira kepada Nabi SAW yang menyatakan bahwa Aisyah ra terbebas dari segala tuduhan perselingkuhan dan fitnah itu.

Penegasan Allah SWT itu terangkum dalam Al Qur'an, Surat An-Nur ayat 11-26. Dengan turunnya ayat tersebut, terbebaslah Siti Aisyah ra dari tuduhan keji itu, hingga berbahagialah Rasululah SAW beserta sahabat-sahabat setianya.

Menangkal Hoax Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Prof. Dr. Abd. Rahman Mas`ud, Ph.D memngatakan, fenomena hoax yang diarahkan kepada keluarga Nabi Muhammad SAW merupakan pembelajaran yang amat berharga. Ia mengatakan, Nabi Muhammad SAW saja bisa dibohongi. Orang suci dan terpelihara perilakunya bisa terkena hoax. Isterinya, Siti Aisyah difitnah berselingkuh dengan orang lain.

Sikap Nabi Muhammad kembali kepada semula terhadap Siti Aisyah setelah turun Surat An-Nur. Terkait kisah itu, ia berharap, masyarakat yang kini pendidikannya makin baik penting pula diberi penyadaran, edukasi dan pencerahan dalam menghadapi hoax.

Masyarakat harus diajak bersikap kritis menghadapi hoax. Melakukan konfirmasi terhadap sumber-sumber resmi menjadi penting. Gunakan akal sehat. Penting mengembangkan daya kritis dengan melakukan konfirmasi terhadap sumber resmi lainnya.

"Bisa ditanyakan kepada orang yang berkompeten dengan mengedepankan akhlak mulia," harapnya.

Belakangan ini Mas'ud melihat jika ada berita baru cepat-cepat disebarluaskan. Seolah informasi A-1, paling aktual dengan ditambahi komentar sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi pembaca lainnya. Padahal dari sisi kandungan atau substansi informasinya dangkal dan menyesatkan karena belum terkonfirmasi.

Ia mengajak memerangi hoax dengan akhlak mulia, akal sehat, kritis dan mau melakukan konfirmasi kepada pihak kompeten. Menyebarkan informasi atau berita harus mengedepankan kehati-hatian. Terutama di media sosial, dengan memperhitungkan aspek manfaatnya. "Bukan menggelontorkan suatu informasi bagai air bah, tanpa filter sama sekali," harapnya. (Ant)