Bertanam Padi Organik di Lembah Suoh

id Bertanam Padi Organik di Suoh, Padi Organik Lembah Suoh, Padi Organik Suoh, Suoh

Bertanam Padi Organik di Lembah Suoh

Areal persawahan di Suoh, kawasan lembah yang subur, di lereng Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Kabupaten Lampung Barat. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Suoh, Lampung Barat (ANTARA Lampung) - Sejumlah petani memeriksa hamparan areal persawahan baru saja disemai di Pekon Tuguratu, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Areal persawahan itu berada di lembah Suoh yang dinaungi lereng perbukitan dikelilingi kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang menghijau dan subur.

Petani setempat berupaya menjaga kelestarian lingkungan dengan sumber air dari pegunungan tiada henti mengalir, sehingga di sejumlah pekon (desa) itu beberapa tahun terakhir berinisiatif mengembangkan budi daya padi organik atau padi sehat berkualitas. Petani itu kemudian mendapatkan dukungan dari WWF Indonesia di Lampung dan Rumah Kolaborasi (Ruko), konsorsium pemberdayaan masyarakat di Lampung.

Padi yang merupakan bahan dasar pembuat nasi dan menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia harus terus diproduksi oleh petani. Namun belakangan sempat marak isu peredaran beras plastik, sehingga sempat menimbulkan keresahan publik, termasuk di Provinsi Lampung.

Karena itu, menurut salah satu pengembang budi daya padi organik di Suoh, Sugihartono (38), petani setempat menyiasatinya dengan menanam padi tanpa banyak bergantung pada bahan kimia seperti berlaku selama ini.

Selain menghindarkan dari konsumsi beras yang tidak sehat tersebut, ternyata budi daya padi organik itu bisa mendapatkan beras yang kualitasnya lebih baik jika ditanam secara organik. Rasanya lebih enak, harum, dan lebih tahan lama.

Padi ditanam secara organik tidak menggunakan bahan kimia dalam proses budidayanya, sehingga kesehatan keluarga dapat terjaga, katanya lagi. "Silakan buktikan sendiri," ujar Tono, panggilan akrab Sugihartono itu pula.

Kendati harga beras organik sehat itu le bih mahal dibandingkan beras biasa, namun belakangan konsumen yang mengerti telah mencarinya untuk dikonsumsi.

Menurut Tono, selain lebih mudah dan biayanya lebih murah tentunya akan menghasilkan padi yang baik bagi kesehatan keluarga yang mengkonsumsi. Kualitas padi yang ditanam secara organik juga tidak kalah dengan padi yang ditanam menggunakan pupuk kimia.

Suoh adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Barat, merupakan daerah yang dulu pernah menjadi wilayah terisolir di Lampung, terutama saat gempa kuat melanda wilayah ini pada 15 Februari 1994 yang menewaskan ratusan warga serta melukai ribuan orang, termasuk memporak-porandakan wilayah di kecamatan ini.

Jalan menuju Suoh, bisa menempuh tiga jalur utama, yaitu melalui Sukabumi, Sekincau atau Wonosobo, Kabupaten Tanggamus.

Namun untuk sampai Suoh diperlukan perjuangan yang lumayan berat, apalagi di musim hujan, mengingat jalur yang akan dilalui bukanlah jalan yang mulus seperti di kawasan perkotaan. Walaupun beberapa tahun ini kondisi jalan sudah lebih baik, tapi tetap saja perlu upaya ekstra hati-hati dan waspada agar sampai Suoh dengan selamat. Paling praktis menggunakan sepeda motor trail dengan dilengkapi rantai ganda pada rodanya, untuk mengantisipasi jalanan yang berlubang dan penuh lumpur.

Pada musim hujan seperti sekarang ini, perjuangan menuju Suoh akan lebih sulit lagi. Bagi sepeda motor harus menyiapkan rantai ban agar tidak mudah terpeleset. Kendaraan roda empat yang digunakan sebaiknya telah dimodifikasi untuk jalur off road atau kendaraan yang memang diperuntukkan untuk off road.

Namun Suoh memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan dalam berbagai sektor, seperti pertanian, perkebunan, maupun pariwisata.

      Lumbung Padi Lampung Barat
Hingga saat ini, Suoh merupakan salah satu lumbung padi di Kabupaten Lampung Barat.

Begitupula dengan hasil perkebunan berupa kopi dan kakao menjadi andalan produksi petani Suoh. Selain itu, Suoh memiliki potensi panas bumi (geothermal) yang sangat besar namun belum dikelola sebagaimana mestinya.

Suoh juga cocok dijadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata dengan daya tarik objek wisata alami eksotis di dalamnya. Kondisi saat ini, sebenarnya bagi pecinta off road sudah merupakan tantangan tersendiri, termasuk bagi para pelancong yang menyukai tantangan selama perjalanan.

Di Suoh juga terdapat tiga buah danau yang masih sangat alami, yaitu Danau Lebar, Danau Asam, dan Danau Belibis. Ketiga danau ini letaknya berdampingan satu sama lain dikelilingi padang savana dan perbukitan yang disebut dengan "Bukit Teletubbies".

Pada dua tahun terakhir, Provinsi Lampung menargetkan 1 juta ton beras, dan untuk mencapai target itu, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Barat harus menggenjot produksi padi agar target tercapai.

Sebelumnya, Lampung Barat mencapai produksi beras 120 ribu ton/tahun, sehingga untuk meningkatkan hasil produksi itu maka target selama dua tahun paling tidak harus naik 30 ribu ton.

Upaya untuk menggenjot produksi itu, maka pemerintah akan menyalurkan bantuan dan sejumlah sarana dan prasarana, baik untuk mengolah padi maupun tata cara tanam padi.

Produksi padi daerah itu pada tahun 2014 lalu mencapai 120 ribu ton dan ditarget sebesar 30 ribu ton dalam kurun waktu dua tahun ini, yaitu tahun 2015 sampai 2016, artinya dari hasil sebelumnya paling tidak harus menambah 30 ribu ton.

Dengan adanya target tersebut maka berbagai program pendukung kegiatan yang akan diberikan kepada para petani berupa sarana produksi berupa alat pengolah tanah dan mesin penggiling padi. Selain itu, pemerintah pusat juga akan memberikan bantuan dana kepada setiap anggota kelompok dan bantuan benih unggul serta pupuk," kata Kadis Pertanian setempat Amirian.

Amirian menyebutkan, daerah produksi padi terbesar saat ini, yakni Kecamatan Kebuntebu, Waytenong, Bandar Negeri Suoh (BNS), dan Kecamatan Suoh, serta Kecamatan Sukau. Sedangkan untuk luas areal sawah sebanyak 13.128 hektare dan luas tanam 25 ribu hektare lebih.

Karena itu, upaya petani di Pekon (Desa) Tuguratu, Sumberagung, dan beberapa desa sekitar di Kecamatan Suoh maupun Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat juga terus berupaya mengembangkan budi daya padi nonkimia (organik) untuk menghasilkan beras sehat berkualitas sekaligus mendukung pencapaian target produksi pangan di daerahnya.

Menurut Sugihartono atau Tono, petani penggerak budi daya padi nonkimia di Suoh, pengembangan beras sehat nonkimia itu mulai dikembangkan oleh para petani di sejumlah desa pada dua kecamatan ini sejak tahun 2010 dengan belajar dari para petani di Sumatera Utara dan beberapa daerah lainnya yang sudah lebih dulu mengembangkannya.

"Kami melihat potensi pengembangan beras sehat nonkimia di Suoh cukup baik, mengingat lokasi lahannya berada di lereng perbukitan dan sekitar kawasan konservasi hutan TNBBS yang memiliki potensi sumberdaya air masih alami dan belum tercemari bahan kimia dan pencemar lainnya," kata Tono lagi.

Kondisi sumber air dan alam sekitar yang masih relatif terjaga dinilai sangat mendukung budi daya padi organik nonkimia di Suoh, sehingga para petani setempat tertarik mengembangkannya.

Varietas padi yang dibudidayakan antara lain Mekonga, Ciherang, dan varietas padi inhibrida serta varietas lokal unggulan lainnya seperti Sertani.

Kini, budi daya padi sehat nonkimia itu sudah dikembangkan petani dari dua kecamatan sekitar, yaitu Suoh dan Bandar Negeri Suoh, dengan areal kelola mencapai belasan hektare serta melibatkan seratusan petani.

Menurut Tono dan beberapa petani setempat lainnya, setelah membudidayakan padi organik nonkimia itu, mereka merasakan adanya perbedaan terutama menjadi tidak lagi bergantung pada pupuk kimia dari pabrik yang selama ini cenderung sulit didapatkan saat diperlukan. Harga pupuk kimia pun dikeluhkan mereka semakin mahal.

Petani di Suoh mengembangkan pupuk nonkimia atau organik dengan bahan baku diperoleh dari lingkungan sekitar tanpa membeli lagi. Mereka pun belajar bersama membuat pupuk organik sendiri.

Perbedaan lainnya selain dalam hal pemberian pupuk, kata Tono, adalah perawatan terutama dalam penanganan hama dan penyakit tanaman yang juga tidak bergantung pada bahan kimia pemberatas hama seperti pestisida maupun insektisida, tapi mengandalkan pemberantas hama alami seperti jamur patogen dan organisme hayati lainnya.

Kendati hasil produksi padi nonkimia ini cenderung lebih rendah dibandingkan potensi produksi padi dengan budi daya biasanya, namun petani setempat justru merasakan biaya produksi menjadi lebih rendah dengan perolehan hasil panen yang lebih baik sehingga keuntungan yang didapatkan lebih tinggi.

"Memang hasil produksinya lebih rendah dari budi daya padi biasa, yaitu berkisar 4 hingga 5 ton per hektare, dari potensi produksi padi biasa bisa mencapai hingga 8 ton per hektare, namun setelah panen dan dihitung-hitung, ternyata keuntungan yang diperoleh lebih besar karena biaya pupuk, perawatan dan pemberantasan hama penyakit tanaman menjadi berkurang," katanya lagi.

Paling dirasakan petani Suoh dengan budi daya padi organik nonkimia adalah perbedaan biaya pembelian pupuk dan pestisida/insektisida yang cukup besar, sehingga lebih berhemat dengan menggunakan pupuk alami/organik.

"Kami juga sudah membuktikan hasil produksi tahun pertama dan seterusnya menjadi lebih tinggi dengan budi daya nonkimia ini," katanya lagi.

Namun petani setempat masih terbatas membudidayakan padi sehat nonkimia itu, mengingat belum seluruhnya beralih ke budi daya itu, sehingga belum mampu menampung permintaan pasar beras sehat dari konsumen seperti diharapkan. "Stok beras sehat yang kami hasilkan masih terbatas walaupun potensi pasarnya cukup besar," ujar Tono dan Eko pula.

Mereka masih menolak permintaan beras sehat itu bila stok yang tersedia sudah habis karena harus menunggu panen masa tanam berikutnya, sehingga pembelian masih dibatasi sesuai stok tersedia.

Petani setempat juga membangun kemitraan dan pembelajaran secara berkelompok dengan secara rutin mengadakan pertemuan sekolah lapang budi daya padi sehat nonkimia itu, untuk membahas berbagai permasalahan yang dihadapi di lapangan.

Mereka bertekad akan terus mengembangkan budi daya padi sehat nonkimia itu, apalagi dalam beberapa tahun ini peminatnya yang bergabung dalam kelompok tani setempat terus mengalami peningkatan.

Para petani di Suoh itu tengah berupaya mendapatkan sertifikasi atas komoditas beras yang dihasilkan sehingga layak menyandang predikat sebagai beras organik, sehingga membuka peluang pengembangan budi daya lebih lanjut termasuk pemasarannya.

Para petani di Suoh berharap pula adanya perbaikan kondisi jalan di Suoh dan Bandar Negeri Suoh.

"Petani dan warga di sini bisa lebih makmur kalau kondisi jalan sudah baik," ujar Ari Subiantoro, warga Sumberagung, Suoh.

Peratin (Kepala Desa) Sumberagung Joko Purnomo mendukung pengembangan pertanian padi organik oleh petani setempat, dan diharapkan ke depan semakin banyak petani daerah itu tertarik membudidayakannya.

"Beras sehat yang dihasilkan mulai banyak dicari konsumen, sehingga petani di sini akan makin sejahtera," kata Joko pula.