Harga teri di Pulau Pasaran Rp100 ribu/kg

id ikan teri, Pulau Pasaran

Harga teri di Pulau Pasaran Rp100 ribu/kg

Jembatan panjang menuju Pulau Pasaran, Bandarlampung. (ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Bandarlampung (Antara Lampung)- Harga ikan teri nasi di Pulau Pasaran Bandarlampung kini mencapai Rp100.000/kg, padahal harga normal di sentra produksi ikan asin itu hanya berkisar Rp60.000- Rp65.000/kg.
     
"Harga teri nasi melambung karena stoknya terbatas. Pasokan teri segar untuk diolah menjadi teri asin terbatas, akibat faktor cuaca. Hasil tangkapan di bagan-bagan ikan teri sedikit," kata Sarnoto, salah satu perajin ikan asin, di Pulau Pasaran Bandarlampung, Sabtu.
     
Ia menyebutkan penurunan produksi teri asin bukan hanya terjadi di Pulau Pasaran saja, tetapi juga di berbagai sentra penghasil ikan asin di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
     
Dia menyebutkan harga ikan asin lainnya juga naik menjadi Rp30.000-Rp45.000/kg, padahal sebelumnya harganya berkisar Rp15.000- Rp35.000/kg.
     
Ia menyebutkan penurunan produksi ikan asin terjadi sejak awal Desember hingga sekarang, karena kondisi cuaca ekstrem di perairan Teluk Lampung.
     
"Saya sekarang sehari paling banyak bisa menghasilkan setengah ton ikan asin, termasuk teri nasi," katanya.
     
Sejak Juni lalu hingga Desember 2016, produksi ikan teri asin Pulau Pasaran cenderung turun, sehingga harga komoditas itu naik. 
    
Salah satu agen ikan teri asin Pulau Pasaran, Waskarah, menyebutkan penurunan produksi ikan teri bukan hanya di Lampung saja, tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia, termasuk Sulawesi dan Jawa.
       
Karena terbatasnya stok ikan teri asin, harganya pun melambung. Jika harga ikan teri asin sebelumnya berkisar Rp60.000- Rp65.000/kg, harganya pada pertengahan Desember 2016 sudah mencapai Rp100.000/kg. 
      
Harga ikan asin itu tentu akan makin mahal lagi setelah dibawa keluar Pulau Pasaran, seperti ke Medan dan Jawa.
      
Faktor alam sebenarnya penyebab penurunan produksi ikan teri asin, meski faktor lainnya juga berkontribusi, seperti pencemaran dan ulah nelayan yang menangkap ikan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan.
      
Pulau Pasaran awalnya dipenuhi pohon kelapa di tahun 1960-an dan penduduknya pun hanya beberapa keluarga, dan luasnya hanya sekitar dua hektare. Namun kini pulau seluas sekitar 8 ha dan disesaki rumah-rumah pengrajin ikan asin, sementara pantai pesisirnya dipenuhi kapal-kapal nelayan dan keramba.
      
Aktivitas penduduk Pulau Pasaran setiap harinya selalu berkaitan dengan produksi ikan asin, kecuali jika berhenti berproduksi maka mereka bekerja serabutan, seperti buruh dan awak angkutan umum. 
      
Dalam sehari, para pengrajin mampu memproduksi ikan teri asin berkisar 20--30 ton yang umumnya dipasarkan ke Jabotabek, Bandung, dan daerah lainnya di Sumatra, seperti Medan, Sumut. Jika produksi anjlok, Pulau Pasaran hanya mampu menghasilkan sekitar 1-2 ton ikan teri dalam sehari.
      
Untuk menjaga mutunya, para perajin saling mengawasi agar tidak ada yang menggunakan pengawet, seperti formalin, karena mereka sekitar 10 tahun sudah merasakan dampak penggunaan bahan