BNPT : Jelang Natal, belum terdeteksi gerakan terorisme

id Natal dan Tahun Baru, terorisme

BNPT : Jelang Natal, belum terdeteksi gerakan terorisme

Dokumentasi/ Personel Brigade Mobil Polda Kalimantan Timur berjaga di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). (ANTARA FOTO/Amirulloh)

Jakarta (Antara Lampung) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan belum ada pergerakan teroris menjelang Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.
         
"Belum ada pergerakan tetapi tetap kami monitor bahkan bisa saja setiap saat mereka bangkit," kata Suhardi di sela-sela Seminar Nasional "Preventive Justice Dalam Antisipasi Perkembangan Ancaman Terorisme" di Jakarta, Selasa.
          
Menurutnya, BNPT bekerja sama dengan Polri dan elemen-eleman lain akan maksimal untuk memonitor tempat-tempat yang posisinya sangat signifikan seperti tempat ibadah dan keramaian.  
    
"Tempat-tempat yang posisinya sangat siginifikan seperti tempat keramaian dan tempat ibadah itu menjadi perhatian kami dan kami juga monitor," ucap Suhardi.
         
Suhardi menambahkan bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh BNPT, masih ada pergerakan dari Warga Negara Indonesia (WNI) yang berangkat ke Suriah.
         
"Masih ada, kami tidak ungkap di sini. Ada upaya-upaya itu, ini sedang kami deteksi, artinya ini fenomena yang bergerak secara global," ujarnya.
          
Suhardi juga menyatakan bahwa fenonema yang terjadi saat ini adalah bagaimana kelompok-kelompok teroris dapat bergerak sendiri-sendiri maupun berkelompok dengan perintah-perintah melalui media sosial.
         
"Misalnya ISIS, mereka lihai dalam menggunakan "Cyber Space" untuk menyebarkan aksi teror mereka, rekrutmen anggota maupun menghasut ribuan orang," kata Suhardi.
         
Selain itu, kata dia, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan koordinasi antara satu jaringan dengan jaringan lainnya di seluruh dunia.
         
"Misalnya menentukan lokasi serangan dan sebagai wadah untuk menghimpun dana operasianal untuk melancarkan serangan," tuturnya.
        
Sebelumnya, peristiwa ledakan bom terjadi di halaman Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11) yang mengakibatkan satu balita meninggal dunia.
        
Polisi telah menetapkan lima tersangka atas kasus ledakan bom di Gereka Oikumene.
        
Juhanda, salah satu tersangka peledakan bom merupakan anggota Jamaah Anshar Daulah (JAD) Kalimantan Timur.
        
Polri juga menangkap lima teroris di Jakarta dan Bekasi pada Jumat (19/11).