Rusia upayakan penarikan pasukan pemberontak dari Aleppo

id Perang Irak dan Suriah, Aleppo

Rusia upayakan penarikan pasukan pemberontak dari Aleppo

Tentara Suriah membentuk pos jaga di desa Sakan al-Shababi bagian timur Aleppo, setelah merebutnya dari militan pada 2 Desember 2016 (AFP/presstv.ir)

Utusan PBB untuk Suriah menyatakan Aleppo timur dapat jatuh ke tangan pemerintah pada akhir tahun
Beirut/Roma/Moskow (Antara/Reuters) - Rusia mengatakan pada Sabtu bahwa pihaknya siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Amerika Serikat mengenai penarikan semua pemberontak Suriah dari bagian timur Aleppo.
        
Tentara Suriah dukungan Rusia dan para sekutunya yang mengalami kemajuan di lapangan mengancam akan memaksa mundur para pemberontak.
        
Seorang pejabat dari satu kelompok pejuang Aleppo menuduh Rusia memberikan gagasan-gagasan yang disepakati dalam pembicaraan di Turki yang akan mengarah kepada gencatan senjata, dan mengatakan bahwa para komandan bertekad akan terus bertempur bahkan jika mereka menghadapi gempuran dari udara dan serangan-serangan darat.
        
Rusia telah mengakui kontak-kontak dengan para pemberontak tetapi tidak memberikan rincian mengenai pembicaraan di Turki.
        
"Saya tanya faksi-faksi, mereka menegaskan tidak akan menyerah," kata Zakaria Malahifji, kepala kantor politik faaksi Fastaqim yang berkedudukan di Aleppo, berbicara dari Turki.
        
Melihat perkembangan di lapangan dimana para pemberontak di bawah serangan gencar di kantong kawasan yang makin kecil, utusan PBB untuk Suriah menyatakan Aleppo timur dapat jatuh ke tangan pemerintah pada akhir tahun dan mengharapkan sebuah "formula" bisa ditemukan untuk menghindari "pertempuran yang mengerikan".
        
Pencapaian pemerintah di Aleppo telah membawa Presiden Bashar al-Assad menuju ujung kemenangan terbesar dalam perang. Pada tahun 2011 terjadi aksi-aksi protes menentang kekuasaan Presiden Bashar dan berlanjut hingga perang saudara.
        
Pamerintah Suriah yang didukung angkatan udara Rusia dan milisi Syiah dari Iran, Irak dan Libanon, secara bertahap menutup bagian timur Aleppo tahun ini. Fase paling terbaru dari serangan itu di bagian timur Aleppo telah mengusir para pejuang dari lebih setengah wilayah yang mereka kuasai.
        
PBB memperkirakan bahwa hampir 30.000 orang terlantar akibat pertempuran paling terakhir, 18.000 di antara mereka meninggalkan kawasan-kawasan yang dikuasai pemerintah dan 8.500 orang lagi ke kawasan yang dikuasai Kurdi di Sheikh Maqsoud.
        
Puluhan ribu orang diperkirakan berlindung di bagian timur Aleppo yang dikuasai para pejuang. Pasokan makanan dan bahan bakar ke kawasan itu sangat sedikit dan rumah-rumah sakit telah berkali-kali dibom sehingga tidak dapat berfungsi.
        
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok yang berkedudukan di Inggris yang melaporkan situasi perang, melaporkan hampir 200.000 orang mungkin masih berada di kawasan yang dikuasai pemberontak. Utusan PBB Staffan de Mistura mengatakan lebih 100.000 orang diperkirakan masih berada di sana.
        
Rusia, yang memainkan peran penting di Suriah sejak negara itu mengerahkan angkatan udaranya di sana 15 bulan lalu, menyatakan penarikan semua pemberontak akan "menormalisasi kehidupan" di bagian timur Aleppo.
        
"Kami akan segera mengerahkan pakar militer, diplomat ke Jenewa untuk menyetujui aksi-aksi bersama dengan kolega Amerika guna menjamin penarikan semua pemberontak dari bagian timur Aleppo," kata Menteri Luar negeir Rusia Sergei Lavrov.

Penerjemah : M Anthoni