Bedah Novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji"

id Bedah Novel Maafkan Aku Kuala Mesuji, Novel Maafkan Aku Kuala Mesuji, Novel Kuala Mesuji

Bedah Novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji"

Bedah Novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji" karya Fajar, di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS, di Bandarlampung, Sabtu (26/11). (FOTO: ANTARA Lampung/Ist)

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji" karya Fajar dibedah di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS, di Bandarlampung, Sabtu malam.

Dalam bedah novel itu, Conie C Sema, penulis lakon dan pegiat Teater Potlot sebagai pembahasnya.

Kuala Mesuji menjadi soal ketika keberadaan kawasan itu masih tak jelas antara Kabupaten Mesuji atau Tulang Bawang di Provinsi Lampung.

Kuala Mesuji menjadi perbincangan ketika di daerah itu ada kehidupan, namun warganya bagai dalam tarik-menarik.

Kuala Mesuji juga menjadi keprihatinan bersama tatkala anak-anak di daerah itu ingin pintar seperti anak-anak di tempatlain, mamun keberadaan sekolah di sana amat nelangsa.

Lin, salah satu tokoh dalam novel itu, merasa terpanggil dengan menyentuh kesadaran bersekolah anak-anak bahwa pendidikan adalah wajib bagi setiap anak bangsa.

Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" dinyanyikan bersama di depan bendera Sang Saka Merah Putih yang warnanya sudah pudar dan keberadaannya sudah tak layak dikibarkan.

Dalam bedah karya sastra itu, Conie Sema menilai novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji" karya Fajar mengangkat persoalan masyarakat dengan perspektif kemanusiaan.

Novel berlatar cerita dari kawasan Register 45 Sungai Buaya di Mesuji dan berakhir di Kampung Kuala Mesuji itu dinilai cukup bagus dan tepat menampilkan cerita dengan karakter khas yang menjadi sarana bagi penulisnya untuk menggugat realitas dan peristiwa terpenting dialami para tokoh di dalamnya.

Penulis novel itu, Fajar mengaku sejak lama sudah menulis dan sering mengirimkannya ke media massa, tapi jarang dimuat. Dia menyatakan, sudah sejak SMA suka menulis dengan belajar sendiri, dan akhirnya mampu menerbitkan novel itu.

"Mendiskusikan keberadaan Kuala Mesuji dan membedah isi novel ini, bagian dari sumbangsih pikiran dan kebudayaan bagi tanah Lampung," kata Isbedy Stiawan, pengelola Lamban Sastra yang menggelar bedah novel itu.

Menurut sastrawan Lampung itu, kesenian di daerah ini mesti terus dibangkitkan, sehingga pihaknya akan menggelar berbagai kegiatan di lamban sastra itu yang juga terbuka bagi aktivitas seni dan budaya bagi para seniman di daerah ini.

Selain bedah karya novel itu, Robi Akbar juga sempat membacakan petikan cerita dari novel "Maafkan Aku, Kuala Mesuji" karya Fajar.