Unila-WWF-Ruko Gelar Simposium Internasional Kehidupan Liar

id Simposium Kehidupan Liar Unila, Unila Gelar Simposium Internasional, Simposium Internasional Unila

Unila-WWF-Ruko Gelar Simposium Internasional Kehidupan Liar

Pelaksanaan Simposium Internasional Kehidupan Liar digelar di Kampus Unila, Gedongmeneng, Bandarlampung, Selasa (18/10). (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Universitas Lampung bekerja sama dengan The World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia dan Rumah Kolaborasi (Ruko) menggelar Simposium Internasional Kehidupan Liar menghadirkan pakar lingkungan, satwa liar, peneliti, LSM, dan pimpinan taman nasional di Lampung.

Simposium dibuka Wakil Rektor I Universitas Lampung (Unila) Prof Dr Bujang Rahman mewakili Rektor Unila Prof Dr Hasriadi Mat Akin, di Kampus Unila Gedongmeneng, Bandarlampung, Selasa.

Penanggungjawab International Wildlife Symposium (IWS) 2016, Warsono PhD menjelaskan, dalam simposium ini dihadirkan kisah sukses pengelolaan mitigasi konflik swata liar dengan masyarakat sekitar hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Kabupaten Lampung Timur, yaitu Misbaqul Munir yang juga Kepala Desa Braja Hardjosari, Kabupaten Lampung Timur.

Misbaqul membeberkan permasalahan pelik sempat dialami warga perkampungan mereka, beserta warga dari 17 desa sekitar yang berbatasan dengan hutan TNWK itu, setiap saat terancam konflik dengan satwa liar yang masuk ke kampung. Selain mengancam jiwa mereka, satwa liar tersebut kerap memangsa ternak dan merusak areal pertanian yang dibudidayakan warga setempat.

Dukungan dari berbagai pihak berupaya untuk memitigasi konflik yang terjadi serta mengeliminir dampaknya, sehingga dapat dirasakan saat ini dengan pengembangan mitra wisata desa penyangga TNWK yang dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.

Dalam simposium yang berlangsung beberapa hari ini, tampil sebagai pembicara Dr Ashles Brooks (WWF Tiger Alive Initiative) yang mengkaji tentang penanganan konflik satwa liar dengan manusia.

Pembicara lainnya Dr Barney Long (Global Wildlife Conservation) yang membahas tentang kolaborasi internasional untuk penyelamatan satwa liar terancam punah, dan Dr Siti Nur Hidayati (Middle Tennessee State University) membahas tanaman terintegrasi yang mendukung konservasi hidupan liar.

Kemudian, drh Dedi Chandra (Pusat Penangkaran Badak Sumatera di TNWK) menyampaikan tentang program pembiakan dan konservasi badak sumatera di TNWK, Prof Dr Jatna Supriatna (UI) tentang deforestasi di Sumatera dan dampaknya bagi hidupan liar, serta Dr Ahimsa Campos-Arceiz (University or Notingham Malaysia Campus) tentang pengembangan riset konservasi hidupan liar.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Ir Timbul Batu Bara MSi membenarkan keberadaan hutan taman nasional di wilayah Provinsi Lampung (Kabupaten Tanggamus, Lampung Barat, dan Pesisir Barat menghadapi ancaman perambahan hutan dan perburuan liar.

"Perlu langkah dan kebijakan tersendiri untuk menangani perambahan, namun penegakan hukum yang tegas harus dijalankan untuk mengatasi perburuan liar agar dapat ditekan dan kelestarian hutan TNBBS tetap terjaga," katanya pula.