Lifter Senior Masih Mendominasi

id Litter, pon, angkat beau, Eko yuli irawan, Sri wahyuni, pon XIX 2016,

 Lifter Senior Masih Mendominasi

Sejumlah lifter muda Lampung. (Antara Lampung/triono subagyo)



Soreang, Kabupaten Bandung, 24/9 (Antara) - Pertandingan cabang angkat besi pada Pekan Olahraga Nasional XIX Jawa Barat 2016 berakhir.

Tidak banyak kejutan karena hasilnya sebagian besar sudah dapat diprediksi siapa yang bakal merajai setiap nomornya.

Dua lifter nasional yang meraih medali perak Olimpiade Brazil belum lama ini, Eko Yuli Irawan, kelahiran 1989 kini membeli Jawa Timur, tak tergoyahkan posisinya pada kelas 62 Kg, bahkan total angkatannya terpaut sembilan kilogram dengan peraih medali perak yakni M Hasbi dari Jawa Barat.

Kemudian, lifter Sri Wahyuni (Jawa Barat) lahir tahun 1994, peraih perak olimpiade masih yang terkuat pada kelas 48 Kg, dan selisih total angkatan dengan urutan kedua, yaitu lifter Lisa Setiawati, lahir 1989, cukup banyak yakni 16 Kg.

Beberapa lifter senior lainnya yang masih berjaya seperti Luh Shinta Darmariani asal Bali, kelahiran 1996, pada kelas 63 Kg meraih medali emas, meski bersama lifter Jawa Barat Dwi M Lestari meraih total angkatan seberat 192 Kg, namun emas bagi Shinta karena lebih ringan berat badannya.

Shinta angkatan terbaiknya pada jenis snatch seberat 86 Kg dan clean and jerk 106 Kg, begitu pula lifter Dwi M Lestari angkatan terbaiknya pada dua jenis angkatan tersebut sama. Berat badan Shinta 62,34 kilogram dan Dwi M Lestari berat badannya 62,36 kilogram.

Pada bagian putra, lifter Jawa Barat Imam Jamaludin memperbarui tiga rekor nasional atas namanya sendiri pada kelas 85 Kg sekaligus meraih medali emas bagi kontingennya.

Tiga rekor yang diperbaruinya, jenis angkatan snatch dari 142 Kg yang dibukukan di PON 2012 Pekanbaru menjadi 145 Kg, clean and jerk dari 182 Kg (Pekanbaru) menjadi 183 Kg dan total angkatan 324 Kg (Pekanbaru) menjadi 328 Kg.

"Saya hanya ingin memperbaiki angkatan secara nasional dan berhasil," kata dia.

Pada jenis angkatan snatch, Imam berhasil mengangkat barbel pada semua kesempatan, yakni pertama seberat 136 Kg, kedua 141 Kg, dan ketiga 145 Kg, sedangkan pada angkatan clean and jerk ia hanya gagal sekali pada angkatan ketiga seberat 191 Kg.

"Saya hanya mengikuti instruksi pelatih pada angkatan ketiga clean and jerk. Karena sudah aman meraih emas ketika di angkatan kedua itu, maka berusaha mencoba mengangkat barbel 191 Kg untuk memencahkan rekor lain," kata dia.

Lifter senior Kalimantan Timur Edi Kurniawan meraih medali emas karena memiliki total angkatan lebih berat satu kilogram dibandingkan lifter Bali I Ketut Ariana di kelas 77 Kg.

Total angkatan Edi seberat 320 Kg diperoleh dari jenis angkatan snatch seberat 141 Kg dan angkatan clean and jerk 179 Kg.

Sedangkan lifter Bali I Ketut Ariana yang meraih medali perak total angkatannya seberat 319 Kg dari snatch seberat 142 Kg dan clean and jerk 177 Kg.
Deni, dari Jawa Barat pada kelas 69 Kg, berhasil mengangkat barbel pada jenis angkatan clean and jerk melampaui rekor nasional.

Angkatan terbaik Deni pada jenis clean and jerk seberat 183 Kg melampaui rekor Triyatno yang ditorehkan pada PON 2012 di Pekanbaru seberat 179 Kg.

Angkatan Deni pada snatch pun tertinggi pada kelas yang diikuti enam lifter yakni 145 Kg, sehingga total angkatannya mencapai 328 Kg dan berhak mendapat medali emas.

Sedangkan peraih medali perak, yakni Triyatno dengan total angkatan 320 Kg dari jenis angkatan snatch seberat 141 Kg dan clean and jerk seberat 179 Kg.

Deni menyatakan tidak memikirkan akan memecahkan rekor apa pun, karena konsentrasi ingin mengangkat yang terbaik. "Intinya apa instruksi pelatih dilakukan demi yang terbaik," kata dia.

Sementara Triyatno mengaku puas dengan hasil perak karena belum pulih benar setelah penurunan berat badan. "Saya sebelumnya tampil di kelas 77 Kg, dan belum lama ini menurunkan berat badan, jadi banyak pengaruhnya. Tapi hasil ini sudah maksimal," kata dia.

Lifter senior lainnya, Rohman Hidayat menyumbang medali emas pertama bagi kontingen angkat besi Lampung pada kelas 94 Kg PON XIX 2016 Jawa Barat.

Rohman yang memulai angkatan snatch berhasil menjadi yang terbaik mengumpulkan total angkatan seberat 318 Kg.

Angkatan terbaik lifter tersebut di jenis snatch, yakni 146 Kg diangkat pada kesempatan ketiga, sedangkan
angkatan terbaik clean and jerk seberat 172 Kg pada kesempatan pertama, dan kesempatan kedua serta ketiga gagal mengangkat barbel lebih berat, yakni 176 Kg dan 177 Kg.

Menanggapi gagalnya dua kesempatan mengangkat tersebut, Rohman mengaku terjadi keterlambatan dalam bergerak serta posisi tangan sebelah kiri agak menekuk.

"Saya agak kecewa apalagi bisa dikejar oleh lifter lain. Alhamdulillah masih rezeki dari Allah," kata pemilik rekor terbaik angkatan snatch 150 Kg dan clean and jerk 182 Kg itu.

Ia pun merasa khawatir posisi rangking pertama dalam total angkatan bisa dilampaui oleh dua lifter lainnya. "Untungnya saya di snatch angkatannya besar," kata dia.

Lifter angkat besi Jawa Timur Muh R Saenal menyumbangkan medali emas dari kelas 105 Kg bagi kontingennya.
Angkatan Saenal juga melampaui rekor nasional yang baru dipecahkan Bayu Saputra lifter Lampung beberapa saat pada pertandingan tersebut, yakni total angkatan seberat 336 Kg menjadi 337 Kg.

Lifter Jawa Timur tersebut angkatan terbaiknya seberat 146 Kg pada jenis snatch dan clean and jerk 191 Kg sehingga total angkatan 337 Kg, terpaut lebih berat satu kilogram dari lifter Lampung.

Bukan Mencari Bibit

Pada cabang angkat besi PON XIX 2016 ini, yang menarik munculnya lifter muda kelahiran tahun 2001, yakni Nur Vinatasari asal Lampung menempati posisi ke lima dengan total angkatan 148 Kg, Purwanti juga dari Lampung kelahiran tahun 2000 pada kelas 48 Kg.

Kedua lifter ini "berani" mengadu mental karena yang dihadapi peraih perak Olimpiade Sri Wahyuni asal Jawa Barat kelahiran 1994 meraih emas, lifter Lisa Setiawati kelahiran 1989 asal Kaltim (perak) dan Lisa Indriyani asal DKI kelahiran 1996.

Begitu pula pada kelas 53 Kg putri, terdapat lifter kelahiran tahun 2002, yakni B Bernadicta Mei Studi, dan menempati posisi keempat yang juga dari Lampung.

Ia satu kelas dengan Syarah Anggraini (Jawa Barat) peraih medali emas, kelahiran tahun 1994, Dewi Safitri (Jabar/perak) kelahiran 1993 dan Yulia Eka Masweni (Jambi/perunggu) kelahiran 1995.

Pada kelas 62 Kg putra yang "dihuni" Eko Yuli Irawan kelahiran 1989 (Jatim/emas), M Hasbi kelahiran 1992 (Jabar/perak), dan Ardiansyah (Sumatera Selatan/perunggu) kelahiran 1883, terdapat lifter kelahiran 2000, yakni Rahmat Erwin asal Sulawesi Selatan, di peringkat terakhir dari lima lifter yang bertanding.

Kabid Angkat Besi PB PASSI Alamsyah Wijaya mengaku sudah memprediksi hasil tersebut karena angkat besi olahraga terukur sehingga siapa pemegang rekor angkatan pada masing-masing kelas sudah diketahui, kecuali ada faktor lain ketika tampil pada pertandingan.

Ia pun menyayangkan jika pada PON merupakan ajang pencarian bibit. "Bukan pencarian bibit, ini puncaknya dari pembinaan masing-masing daerah. Salah kalau ada yang bilang ini tempat pencarian bibit," kata dia.

Terkait penyelenggaraan, ia mengaku puas karena semua berjalan lancar dan dapat diterima semua pihak.
Wakil Ketua Umum PB PABBSI Joko Pramono mengatakan, pelaksanaan pertandingan cukup berjalan lancar, meski ada yang protes namun segera dapat diselesaikan.

"Secara keseluruhan berjalan baik. Saya apresiasi panitia khususnya Jawa Barat yang mempersiapkannya," kata dia.
Joko juga menyambut baik munculnya lifter-lifter muda meski hanya beberapa yang bisa meraih medali, tetapi itu menunjukkan pembinaan di daerahnya berjalan baik.

"PON ini merupakan representasi pembinaan di daerah," kata dia.

Mengenai venue dan peralatan yang dimiliki Jawa Barat, bahkan PB PABBSI tidak memilikinya, Joko berpesan jangan sampai apa yang sudah dibeli menggunakan anggaran besar dari uang rakyat itu terbengkalai.

"Di beberapa daerah usai penyelenggaraan PON lokasi di sekitar venue seperti jadi hutan karena tidak terawat, apalagi venuenya," kata dia.

Karena itu, ia menyarankan agar Pemprov Jawa Barat khususnya pengprov PABBSI memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk mencari bibit lifter di daerahnya.

"Mulailah dengan kejuaraan antarpelajar, antarmahasiswa, guna menarik generasi muda mau berolahraga guna mencari bibit olahragawan potensial khususnya di angkat besi," kata dia. *