Beijing : Jepang ikut perkeruh Laut China Selatan

id China, Jepang, Laut China Selatan, Jepang ikut perkeruh Laut China Selatan

Beijing  : Jepang ikut perkeruh Laut China Selatan

Parade AL Jepang di tahun 2012 (youtube)

Beijing (Antara/Reuters) - China, Senin, menuduh Jepang mencoba "mengeruhkan" keadaan di Laut China Selatan, setelah tetangganya itu mengatakan akan meningkatkan kegiatannya di perairan sengketa tersebut melalui pelatihan patroli gabungan dengan Amerika Serikat.  
   
Hubungan dua adidaya ekonomi Asia itu dinilai turut dipengaruhi sejarah perang dan sengketa wilayah di Laut China Timur, juga beberapa masalah lain.
        
China berulang kali mengecam keterlibatan AS dan sekutunya, Jepang, dalam masalah di Laut China Selatan.
        
Jepang akan membantu pembangunan wilayah pesisir di perairan sibuk tersebut, kata menteri pertahanannya pada pekan lalu saat mengunjungi Washington.
        
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan negara kawasan telah sepakat bahwa isu Laut China Selatan mesti diselesaikan oleh pihak yang langsung terlibat melalui perundingan. Pasalnya, China dan negara di Asia Tenggara mesti berkerja sama menjaga perdamaian serta stabilitas kawasan.
        
"Mari lihat akibat dari upaya Jepang mengacaukan situasi ini dalam periode yang sama, (pihak itu) berupaya memperkeruh situasi di Laut China Selatan dengan seolah-olah mewakili komunitas internasional," kata Lu dalam pengarahan berita harian saat ditanyai tanggapannya atas pernyataan Jepang.
        
Langkah pemerintah Jepang menyebabkan negara lain menjauh, dan pihaknya juga gagal memaksa negara lain melihat masalah dari perspektifnya, tambahnya.
        
"China cukup tegas melindungi kedaulatan dan kepentingannya di lautan," kata Lu.
        
Negeri tirai bambu itu mengklaim nyaris seluruh wilayah Laut China Selatan, perairan yang dilalui kapal dagang senilai lima triliun dolar AS per tahunnya.
        
Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga mengklaim perairan yang diyakini memiliki banyak ikan dan kaya tambang.
        
Pengadilan arbitrase di Denhaag mengatakan pada Juli, klaim China terhadap perairan tersebut tidak sah. Meski demikian, hasil gugatan itu, yang didaftarkan Filipina, tidak diakui China.