Petani kopi Lampung hasilkan 5 ton/ha

id petani kopi lampung, liwa lampung barat, kopi robusta

Petani kopi Lampung hasilkan 5 ton/ha

Ilustrasi Petani kopi (ist)

...Hasil panen kopi tahun ini menurutnya cukup bagus dibandingkan tahun lalu...
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Siang itu, I Gusti Made Suryanata petani kopi asal Pekon (Desa) Karang Agung Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat, tengah memanen buah kopi robusta di salah satu kebun miliknya seluas 1.600 meter persegi.

Made sapaan akrab petani berusia 59 tahun itu dengan membawa baki atau wadah untuk menempatkan buah kopi yang telah dipetik serta karung ukuran 25 kilogram dan 50 kilogram, memetik buah kopi berwarna merah dari dompol yang bergelayutan di ranting pohon kopi.

Setiap batang sekitar 8 hingga 15 ranting yang berisi sekitar 10 dompol buah kopi per ranting dan masing-masing dompol berisi sekitar 20 hingga 30 buah kopi.

Ia memilih petik merah buah kopi karena kualitas yang dihasilkan setelah menjadi bubuk kopi menjadi lebih baik dibandingkan dengan petik hijau.

Hasil panen kopi tahun ini menurutnya cukup bagus dibandingkan tahun lalu.

Kebun kopinya telah menghasilkan panen sekitar 4 hingga 5 ton per ha atau naik sekitar 30 persen bila dibandingkan tahun lalu.

"Curah hujan pada tahun lalu tidak begitu ekstrem, bahkan lebih banyak panasnya sehingga buah kopi cukup lebat," jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, perlakukan terhadap tanaman kopi harus benar-benar diterapkan oleh petani seperti pemberian pupuk sesuai aturan dan pengawasan terhadap buah kopi hingga menjelang panen tiba.

Pemberian pupuk, lanjutnya, sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi untuk menghasilkan panen yang baik dan berkualitas. "Saya sedikitnya memberikan pupuk kimia dan organik ke tanaman kopi minimal sebanyak tiga kali setahun. Namun jika menginginkan hasil panen yang banyak pemberian pupuk sebanyak empat kali," jelasnya.

Pupuk diberikan pada bulan November-- Maret--Mei--Agustus. Pada bulan November--Maret--Mei tanaman kopi diberikan pupuk kimia, sedangkan Agustus pupuk organik.

Made yang memiliki sekitar 2 ha kebun kopi itu mengatakan bahwa pemberian pupuk  tiga hingga empat kali setahun dapat menghasilkan sekitar 4 hingga 5 ton per ha.

"Hingga sekarang belum ditemukan masalah terhadap tanaman kopi kami, baik hama penggerek buah maupun jamur batang," jelasnya.

Mantan penyuluh pertanian itu mengatakan kualitas buah kopi yang bagus tentunya juga akan berpengaruh terhadap harga biji kopi. Harga biji kopi robusta asalan saat ini sekitar Rp19.000 hingga Rp20.000 per kilogram.

Namun, biji kopi robusta miliknya dibeli dengan harga Rp30.000/kg oleh pedagang pengepul di kawasan Lampung Barat dan Bandarlampung.

"Andaikan petani Lampung menerapkan pola budidaya tanaman kopi seperti yang saya lakukan, sehingga dapat meningkatkan produktivitas, mutu, serta daya saing kopi. Dipastikan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka," tambah Made.

Provinsi Lampung adalah penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air, dengan produksi rata-rata sekitar 100.000 ton biji kopi dihasilkan oleh daerah itu setiap tahunnya dari 130 ribu hektare lahan yang tersebar di sentra-sentra perkebunan kopi.

Staf Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat Suroso mengatakan bahwa hasil panen raya di daerahnya berlangsung pada akhir Juli 2016. Hasil panen petani kopi di Lampung Barat diperkirakan naik meski tidak terlalu signifikan.

Ia menyebutkan, berdasarkan hasil pantauan ada beberapa tempat di Lampung Barat produksi kopinya turun hingga 30 persen terutama di wilayah Pagar Dewa dan Batu Tulis, akibat cuaca panas tahun lalu sehingga hasil panennya sedikit.

Sementara lanjut dia, beberapa daerah lain di Kabupaten Lampung Barat produksi meningkat cukup signifikan terutama di wilayah Waytenong, Sekincau, Fajar Bulan, Air Hitam, yang berada di dataran tinggi. "Cuaca sangat berpengaruh terhadap hasil panen kopi, sedangkan masalah hama penggerek buah-daun, jamur batang, pupuk masih dapat diatasi," jelasnya.

Khusus untuk hama pengganggu buah kopi, lanjutnya, pemerintah telah membagikan perangkap hama penggerek yang digantungkan di tananam kopi. "Hasilnya cukup maksimal untuk mengurangi hama pengganggu tersebut," jelasnya.

Ia memprediksi secara keseluruhan panen kopi di Lampung Barat pada tahun ini mencapai sekitar 1,1 ton per ha atau meningkat bila dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar 900--1,05 ton/ha.

Suroso menambahkan luas perkebunan kopi yang dikelola oleh masyarakat di Kabupaten Lampung Barat sekitar 51.300 ha.

Sementara dari sisi ekspor provinsi di ujung selatan Pulau Sumatera ini mengapalkan sedikitnya 300 ribu ton biji kopi kering per tahun yang dikirim ke berbagai negara konsumen seperti, Jepang, Amerika Serikat, negara di kawasan ASEAN dan Arab, serta Uni Eropa.

Hal itu, tak lepas dari posisi Lampung yang berada di kawasn segitiga emas wilayah perkopian Sumatera bagian selatan, yakni Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Namun, komoditas ekspor yang dibudidayakan sekitar 120 ribu kepala keluarga (KK) petani selalu dihadapkan pada masalah produktivitas yang masih terbilang rendah dengan rata-rata 900 kilogram biji kopi per hektare.(Ant)