Biaya hidup tambah tinggi, pengungsi Suriah makin menderita

id Perang Suriah dan Irak, Biaya hidup tambah tinggi, pengungsi Suriah makin menderita

Biaya hidup tambah tinggi, pengungsi Suriah makin menderita

Pendemo menghadiri suatu aksi dukungan atas pengungsi di London, Inggris (12/09/2015). (middleeastmonitor.com)

Damaskus (Antara/Xinhua-OANA) - Rakyat Suriah yang terusir dari rumah mereka mengalami bermacam penderitaan dan harga bahan pangan serta komoditis yang meningkat menambah penderitaan mereka, serta mengubah mimpi buruk mereka menjadi lebih parah lagi.
        
Hamid, warga Suriah yang berusia 29 tahun, sangat menderita ketika ia meninggalkan rumahnya di Provinsi Aleppo, Suriah, saat bentrokan mulai berkecamuk dan menenggelamkan makin banyak daerah sampai bentrokan akhirnya mencapai tempat tinggalnya, Kota Kecil Khishkhasheh.
        
Lelaki yang relatif muda tersebut menyelamatkan diri bersama istrinya, dua anak, saudari dan tiga anak saudarinya serta berusaha mengungsi ke satu apartemen yang belum selesai dibangun di Kota Kecil Jaramana, sebelah timur Ibu Kota Suriah, Damaskus.
        
Suara Hamid tidak terdengar seperti orang yang berusia 29 tahun, tapi barangkali seperti orang yang berumur 50 tahun atau lebih tua lagi.
        
Ia berbicara mengenai hidupnya di Aleppo seakan-akan ia berbicara mengenai masa lalu, dibandingkan dengan kehidupannya yang baru dan tidak menyenangkan.
        
"Kami dulu memiliki hidup yang nyaman di kota kami. Kami bekerja di ladang dan itu adalah hidup yang indah. Kami datang ke Damaskus, dan situasi di sini tak bisa dibandingkan dengan hidup kami dahulu," kata Hamid sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi.
        
Ia menyatakan ia sekarang bekerja sebagai kuli dan menghasilakn 1.000 pound Suriah per hari (dua dolar AS).
        
"Ini benar-benar tidak cukup, sebab harga semua komoditas telah meroket," katanya.
        
Lelaki tersebut mengatakan kenikmatan yang dulu ia nikmati telah berubah menjadi kelangkaan semuanya; ia telah berubah dari bekerja di pepohonan hijau dan lahan pertanian, menjadi seorang kuli di lokasi pembangunan dan tinggal di satu rumah yang sedang ia bangun sendiri.
        
"Saya menyewa rumahnya, yang dapat anda lihat, dengan harga 10.000 pound Suriah (20 dolar AS) per bulan. Situasi buruk di sini, sebagaimana dapat anda lihak kami tak memiliki listrik atau air. Tetangga kami membawakan kami air sebagai bantuan," katanya.
        
Lelaki yang menderita tersebut mengatakan pergi ke pasar untu berbelanja adalah mimpi terburuknya, saat ia menemukan semuanya tersedia, tapi kantungnya tak bisa memenuhi kebutuhannya.
        
"Ketika saya pergi ke pasar, saya mendapati diri saya tak bisa membeli kebanyakan barang, karena harganya tinggi. Kenaikan harga saat ini benar-benar telah mempengaruhi kami dengan lebih negatif," katanya. Ia menambahkan, "Saya memerlukan 25.000 pound Suriah (52 dolar AS) per bulan cuma untuk memberi makan anak-anak saya dengan setiap kebutuhan dasar."
   
Hamid mengatakan ia menjalani sebagian besar kehidupan bulanannya dari sumbangan yang ia terima dari tetangga dan amal baik.
        
Istrinya, Salma, mengatakan dua anaknya sering tidur dengan perut kosong, dan ketika mereka sakit, mereka tetap sakit sampai mereka pulih sendiri sebab ia tak bisa membeli obat buat mereka.
        
"Harga yang tinggi adalah monster baru yang menghantui kami dan anak-anak kami. Saya memberi makan anak-anak saya dengan roti dan segelas teh atau yogurt untuk menghentikan rasa lapar mereka. Tapi meskipun mereka tidur dalam keadaan laparhampir sepanjang malam dan melihat mereka seperti ini membuat saya menangis karena tak berdaya," katanya.
        
Kementerian Perdagangan Suriah pada Kamis (16/6) mengeluarkan keputusan untuk menaikkan harga sejumlah kebutuhan pokok seperti "bahan bakar bensin dan diesel" dan gas untuk masak sebesar hampir 20 persen.
        
Produksi pangan di Suriah telah anjlok sampai 40 persen dibandingkan dengan tingkat pra-konflik, demikian keterangan WFP.
        
Keputusan tersebut diterima dengan gelombang kekecewaan dan penolakan besar dari sebagian besar rakyat Suriah, yang konflik lima-tahun di negara mereka tak memberi sisi cerah dalam hidup mereka.
        
Kebutuhan kemanusiaan di Suriah telah naik lebih dari 12 kali lipat sejak awal krisis pada 2011, sedangkan sebelum krisis, Suriah adalah negara penghasilan menengah. hari ini, satu dari tiga warga Suriah hidup di bawah garis kemiskinan.
        
Para pegiat di Facebook menyerukan protes duduk di Damaskus pada Ahad guna memprotes keputusan pemerintah bagi kenaikan harga, yang bukan kegiatan pertama selama konflik berkepanjangan di negeri itu.
        
Untuk meredakan kekecewaan masyarakat, Presiden Bashar al-Assad memerintahkan kenaikan gaji sebesar 7.500 pound Suriah (15,5 dolar AS) bagi pegawai negeri, tentara dan pekerja sektor swasta.

Penerjemah : Chaidar