Nilai Impor Lampung Turun

id Nilai Impor Lampung Turun, Impor Lampung

Nilai Impor Lampung Turun

Salah satu hotel berbintang di Bandarlampung sedang dibangun lagi fasilitas tambahannya. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Sedangkan komoditas yang mengalami peningkatan dari komoditas utama yaitu mesin-mesin pesawat mekanik naik 0,65 persen, binatang hidup naik 28,26 persen, gandum-ganduman naik 232,23 persen.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Nilai impor Provinsi Lampung pada Mei 2016 mencapai 195,59 juta dolar Amerika Serikat atau mengalami penurunan 5,88 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Nilai tersebut juga lebih rendah 21,96 juta dolar atau 10,09 persen dibanding Mei 2015," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum, di Bandarlampung, Kamis (16/6).

Ia menyebutkan, penurunan impor ini terjadi pada beberapa komoditas utama di antaranya gula pasir dan kembang gula turun 2,40 persen; dan ampas/sisa industri makanan turun sebesar 52,83 persen.

Sedangkan komoditas yang mengalami peningkatan dari komoditas utama yaitu mesin-mesin pesawat mekanik naik 0,65 persen, binatang hidup naik 28,26 persen, gandum-ganduman naik 232,23 persen.

"Impor migas juga mengalami peningkatan sebesar 11,16 persen," jelasnya.

Menurutnya, andil impor lima golongan barang utama terhadap total impor Provinsi Lampung pada Mei 2016 mencapai 48,51 persen, dengan rincian sebagai berikut: gula dan kembang gula 17,21 persen, mesin-mesin pesawat mekanik 15,04 persen, binatang hidup 6,93 persen, gandum-ganduman 4,99 persen, ampas/sisa industri makanan 4,34 persen, sedangkan andil migas yaitu 39,52 persen.

Negara pemasok barang impor ke Provinsi Lampung pada Mei 2016 menurut kelompok negara utama berasal dari Tiongkok sebesar 31,01 juta dolar, Saudi Arabia 17,99 juta dolar, Uni Emirat Arab 17,12 juta dolar; Qatar 16,21 juta dolar, Australia 13,96 juta dolar, Brazil 10,73 juta dolar.

"Jika dilihat menurut kelompok negara, impor terbesar berasal dari kelompok negara utama lainnya yang mencapai 107,01 juta dolar, kemudian diikuti Asean 65,20 juta dolar dan Uni Eropa 4,00 juta dolar," katanya pula.