Pertumbuhan Ekonomi Lampung Melambat

id Pertumbuhan Ekonomi Lampung Melambat, Ekonomi Lampung Melambat, Ekonomi Lampung

Pertumbuhan Ekonomi Lampung Melambat

Pedagang kecil ini merupakan salah satu UMKM penopang ekonomi Lampung. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Dari sisi permintaan, hanya konsumsi tingkat rumah tangga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,33 persen (yoy). Sementara impor minus 13,31 persen (yoy), investasi 8,99 persen (yoy) dan ekspor minus 12,95 persen.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I tahun 2016 melambat menjadi 5,05 persen year on year (yoy) dibandingkan pada triwulan sebelumnya yakni sebesar 5,33 persen.

"Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Lampung itu tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional yang pada triwulan I 2016 tumbuh sebesar 4,92 persen," kata Plt Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Arief Hartawan, pada Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung untuk Triwulan I tahun 2016 di Gedung BI di Bandarlampung, Kamis (9/6).

Ia menyebutkan, dari sisi permintaan, hanya konsumsi tingkat rumah tangga yang menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 5,33 persen (yoy). Sementara impor minus 13,31 persen (yoy), investasi 8,99 persen (yoy) dan ekspor minus 12,95 persen.

"Berdasarkan kajian investasi, ekspor, dan impor di Lampung turun semua. Investor masih wait and see terhadap kondisi perekonomian Lampung yang makin melambat. Penjualan listrik industri turun, sulitnya menggenjot kredit investasi, jumlah truk baru juga turun serta volume impor barang modal yang juga turun," katanya.

Ia menjelaskan dari ekspor, Lampung mengekspor lemak dan minyak hewan/nabati, batu bara, kopi, teh, dan rempah-rempah yang mencapai 11 persen.

Ekonomi Provinsi Lampung, lanjutnya, masih mengandalkan sumber daya alam seperti sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. "Jika kondisi ini terus terjadi maka sulit mengharapkan ekonomi Lampung membaik. Saya mengkhawatirkan Lampung karena sudah ada faktanya bagi provinsi yang bergantung pada sumber daya alam. Seperti Kalimantan Timur dengan ketergantungan pada batu bara sekarang kolaps," kata dia.

Menurut dia, dari impor juga tidak memperlihatkan hal yang baik. Lampung yang dikenal sebagai produsen gula dengan banyaknya pabrik gula masih mengimpor gula dan kembang gula sampai 17 persen.

Ia menjelaskan Lampung sebagai produsen gula, namun harga gula di daerah ini cukup tinggi dibandingkan daerah lain. "Harga gula di Lampung termasuk tertinggi di Tanah Air padahal sebagai salah satu produsen gula terbesar nasional, ini aneh," katanya lagi.

Dari sisi penawaran, menurutnya, pertumbuhan ekonomi Lampung ditopang oleh perdagangan besar dan eceran (10,72 persen), konstruksi (8,19 persen), industri pengolahan (17,81 persen), pertambangan dan penggalian (5,31 persen), pertanian, perikanan dan kehutanan (33,90 persen), dan transportasi pergudangan (5,10 persen).

Sementara, lanjutnya, di sektor perbankan saat ini bank memberikan kredit secara selektif menyusul perekonomian Lampung yang terus melambat. "Saat ekonomi melambat maka perbankan akan melihat ini sebagai ekonomi risiko tinggi," ujar dia.