Kesehatan manusia berisiko karena perubahan iklim

id Kesehatan manusia makin berisiko karena perubahan iklim

Kesehatan manusia berisiko karena perubahan iklim

Pertanian jeruk di Jawa Tengah (ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Nairobi (Antara/Xinhua-OANA) - Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) telah mengaitkan kemarau dan banjir dengan meningkatnya peristiwa tersebarnya zat beracun pada bahan manakan seperti sianida pada pangan, yang menjadi penyebab kematian juraan orang di seluruh dunia.
        
Jacqueline McGlade, Kepala Ilmuwan UNEP, pada Senin (23/5) mengatakan dampak dari perubahan iklim ialah peningkatan penyebaran sianida pada bahan makanan, kebanyakan akibat aflotoxin.
        
Aflotoxin adalah bahan kimia beracun yang menyebabkan kanker dan diproduksi oleh bahan tertentu (Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus) yang tumbuh di tanah, gandum, jerami, dan sayuran busuk.
        
"Ada masalah racun bagi kesehatan manusia yang disebabkan oleh aflotoxin --yang mempengaruhi makanan manusia. Jagung menanggapi kemarau dan banjir kadangkala akibat kandungan yang lembab di tempat penyimpanan. Ini menyebabkan aflotoxin. Masalahnya ialah apa yang kita kerjakan untuk menghadapi aspek perubahan iklim ini," kata McGlade.
        
UNEP mengatakan di dalam satu laporan baru yang disiarkan di Nairobi dalam Sidang Umum Lingkungan Hidup PBB (UNEA) bahwa sedikitnya 12,6 juta orang meninggal pada 2012 akibat lingkungan hidup yang tidak sehat, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. UNEP memperingatkan resiko lingkungan hidup merenggut korban paling banyak di kalanan anak kecil dan orang tua.
        
Dalam pertemuan UNEP di Nairobi, tempat 130 menteri lingkungan hidup menjadi bagian dari 2.500 peserta yang hadir untuk membahas seperangkat peraturan guna memerangi resiko lingkungan hidup, Direktur Pelaksana UNEP Achim Steiner mengatakan ada kebutuhan mendesak guna menangani perubahan iklim secara efektif.
        
"Penekanan kami pada pertumbuhan ekonomi kami dengan nama pembangunan mulai membunuh banyak orang. Jika anda mengetahui sesuatu membunuh seseorang dan anda terus melakukannya, maka itu adalah perbuatan sengaja," kata Steiner.
        
Pertemuan UNEP tersebut, yang menekankan pada cara menangani perubahan iklim secara efektif, telah menyampaikan keprihatinan mengenai resiko penyebaran penyakit secara global dengan kecepatan yang jauh meningkat.
        
Braulio Diaz, Sekretaris Pelaksana Konvensi mengenai Keragaman Hayati (CBD) mengatakan dampak perubahan iklim menimbulkan resiko penyebaran penyakit yang disebabkan oleh patogen dan parasit di seluruh dunia.
        
"Pertanian akan terpengaruh di seluruh dunia. Kita juga kehilangan dasar genetika produksi makanan kita, yang akan membuat jadi tidak mungkin buat kita untuk menanggapi kerawanan pangan. Ini ditambah parah oleh kemerosotan ekosistem dan ekosistem kesehatan --yang penting buat kami," kata Diaz.
        
Pertemuan UNEP membahas tanggapan bagi perubahan iklim dan berbagai faktor yang mengakibatkan kematian pradini di tengah laporan baru yang mengaitkan 8,2 juta kematian di seluruh dunia dengan penyakit yang tidak menular.