Jalan di Mesuji Rusak Rugikan Petani Sawit

id Jalan rusak, mesuji

Jalan di Mesuji Rusak Rugikan Petani Sawit

Sebuah mobil terbalik saat melintasi di jalan rusak di Mesuji. (ANTARA Lampung/Raharja)

Mesuji, Lampung, (ANTARA Lampung) - Kerusakan jalan negara, provinsi maupun kabupaten dan perdesaan di Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung berdampak merugikan petani karena menyebabkan hasil panen kelapa sawit tak terangkut dan puluhan ton buah sawit membusuk di kebun.

Marhuri, tokoh masyarakat di Mesuji, Minggu, mengatakan kondisi jalan perdesaan maupun jalan provinsi yang mengalami kerusakan parah itu terjadi khususnya di Desa SP-3 Pangkalan Emas hingga Desa SP-22 Sungai Buaya Kecamatan Mesuji Timur.

Menurutnya, di sepanjang jalan tersebut, hampir tidak terlihat lagi batu-batu selayaknya jalan yang baru dilakukan pengerasan. Kondisi jalan dipenuhi tanah dan digenangi air.

"Bukan hanya jalan yang berlubang lagi, tapi sudah berlumpur setinggi lutut orang dewasa. Jangankan mobil biasa, mobil dobel gardan saja `nyangkut saat melintas di jalan tersebut," ujarnya pula.

Padahal, katanya lagi, jalan tersebut merupakan akses bagi warga di Kecamatan Mesuji Timur.

Akibat kerusakan jalan itu, warga yang umumnya merupakan petani, mengeluhkan mengalami kesulitan untuk mengangkut hasil pertanian mereka.

"Di sini warga pada umumnya berkebun sawit. Sekarang mengalami kesulitan tidak bisa membawa sawit mereka ke luar dari kebun," kata Marhuri lagi.

Saat ini, lanjutnya, warga sangat mengeluhkan kerusakan jalan tersebut berakibat puluhan ton sawit dibiarkan membusuk akibat tidak bisa diangkut ke luar.

Kerusakan jalan di Kecamatan Tanjung Raya, Mesuji, sepanjang sekitar 50 km menuju Kecamatan Mesuji Timur menyebabkan banyak hasil sawit petani setempat tak terangkut. Akibatnya, buah sawit pun membusuk di lokasi kebun.

"Akses jalan ke luar masuk kendaraan angkutan sawit sulit dilakukan. Kalau pun bisa jumlah sawit yang terangkut sangat sedikit karena badan jalan banyak yang rusak,`` ujar Edi, salah satu warga Tanjung Raya.

Kondisi jalan sepanjang 50 km itu penuh lubang dan berlumpur, dan belum ada perhatian dari pemerintah untuk melakukan perbaikan terhadap jalan tersebut.

Menurutnya, hampir semua jalan di kawasan ini kondisinya sangat parah, belum lagi kondisi jalan yang masih lembek karena ketebalan gambut sangat tinggi. Kendaraan roda empat dan roda dua sulit melewati jalan ini.

Seorang petani sawit di wilayah Kecamatan Mesuji Timur Arul mengatakan, buah sawitnya terancam membusuk karena tidak bisa dibawa ke luar perkebunan hingga tepi jalan provinsi.

Bila dipaksakan untuk diangkut, katanya lagi, lebih besar biayanya dari harga jual di tingkat pedagang.

Kalau sudah lebih tiga hari buah sawit itu akan rusak dan pedagang tidak mau membelinya lagi akibat rendemen buah itu sudah turun, katanya lagi.

Wakil Manager Pabrik PT Tunas Baru Lampung (TBL) Yatin mengatakan pihaknya saat ini membeli kelapa sawit paling tinggi dengan harga Rp1.500 per kilogram, untuk buah sawit super grade A dibeli Rp1.300/kg, dan grade B dibeli Rp1.100 per kilogram.

Harga sawit untuk petani daerah itu rata-rata di atas Rp1.300 per kg, namun untuk mencapai harga tersebut masih sulit karena kenaikan harga sawit berlangsung sangat lamban.

Ia menilai tata niaga buah kelapa sawit petani di Mesuji saat ini dominan ditentukan para tengkulak, sehingga sulit bagi pedagang pengumpul untuk menaikkan harga beli.

Meskipun harga buah sawit di tingkat pabrik sudah mencapai Rp1.300 per kilogram, di tingkat petani tetap bertahan di bawah Rp1.000/kg, meskipun setiap hari terjadi fluktuasi harga.***1***