Cantrang dilarang, produksi teri Lampung meningkat

id Ikan teri

Cantrang dilarang, produksi teri Lampung meningkat

Perahu bagan untuk menangkap ikan teri dilabuhkan di perairan Pulau Pasaran, Bandarlampung. (ANTARA LAMPUNG/Hisar Sitanggang)

Kami hanya menggunakan air laut dan garam, terus dikeringkan menggunakan terik matahari
Bandarampung (Antara Lampung)- Sejumlah perajin ikan asin di Pulau Pasaran Bandarlampung menyebutkan produksi teri mereka meningkat sehubungan penangkapan ikan menggunakan cantrang atau jaring trawl mulai berkurang di perairan Teluk Lampung.
    
"Kapal cantrang yang beroperasi mulai susut jumlahnya, dan berdampak terhadap peningkatan produksi ikan teri, karena bahan bakunya mulai banyak setiap bulannya," kata Sarnoto, salah satu perajin ikan asin di Pulau Pasaran Bandarlampung, Sabtu.
     
Ia menyebutkan produksi ikan asin bisa berlangsung setiap bulannya sejak pertengahan 2015 hingga sekarang.
     
"Dulu kita bisa 6-8 bulan dalam setahun tak berproduksi karena tak ada ikan teri untuk diolah menjadi ikan asin. Sejak cantrang dilarang, kini setiap bulan bisa memproduksi ikan teri," katanya.
     
Ia menyebutkan harga ikan teri di Pulau Pasaran berkisar Rp35.000-Rp65.000/kg.
     
Perajin ikan teri lainnya, Rinto, juga menyebutkan produksi ikan asin di Pulau Pasaran mulai bergairah karena pasokan ikan yang cukup banyak.
     
Ia menyebutkan para perajin membeli teri segar di berbagai bagan di Teluk Lampung, mulai perairan Katibuang, Legundi hingga Krakaktau.
     
"Ikan teri segar dibeli dari bagan ke bagan, kemudian langsung direbus di laut agar mutunya baik. Pengeringannya baru di darat," katanya.
     
Ia menyebutkan mereka tak menggunakan bahan pengawet untuk memproduksi ikan asin tersebut.
     
"Kami hanya menggunakan air laut dan garam, terus dikeringkan menggunakan terik matahari," katanya.
     
Hal senada juga disampaikan para perajin ikan asin lainnya di Pulau Pasaran.
     
Namun, mereka mengharapkan pemerintah memperketat masuknya ikan asin impor ke pasar-pasar Indonesia, karena akan mengganggu produksi ikan teri di dalam negeri, termasuk di Pulau Pasaran.
    
"Harga ikan asin impor lebih murah, dan akan menyebabkan harga teri dalam negeri turun," kata H Waskarah, salah satu agen ikan teri di Pulau Pasaran.
    
Dia menyebutkan ikan terinya hampir 30 ton belum terjual di Jakarta, padahal harganya sudah diturunkan, karena masuknya ikan teri impor.
    
Ia menyebutkan memasok ikan teri berkisar 20-30 ton setiap bulan ke Jabotabek, Bandung dan daerah lainnya.
     
Pulau Pasaran merupakan sentra produksi ikan teri utama di kota Bandarlampung. Dalam sehari bisa diproduksi sedikitnya 30 ton ikan teri berkualitas. Selain untuk memenuhi kebutuhkan ikan di Bandarlampung, ikan teri dari Pulau Pasaran juga dikirimkan ke Jawa, terutama ke Jabotabek dan Bandung, atau diekspor.
    
Pulau Pasaran merupakan pulau di pesisir Bandarlampung, dan kini bisa dijangkau menggunakan jembatan sepanjang 500 meter yang dibangun pemerintah. Pulau itu hanya bisa dijangkau dari kawasan Telukbetung menggunakan motor; berjalan kaki sekitar 2 km, atau menggunakan perahu.
    
Pulau Pasaran mempunyai keunikan tersendiri karena letaknya yang sangat dekat dengan daratan, tepatnya di Kecamatan Teluk Betung Barat (TBB) Kota Bandarlampung. Luas pulau ini sekitar delapan hektare dengan jumlah penghuninya tahun lalu sekitar 240 kepala keluarga (KK). Hampir semua penduduk Pulau Pasaran berprofesi sebagai pengolah ikan kering.
    
Kualitas ikan kering dari Pulau Pasaran tidak kalah dengan produk ikan teri dari daerah lain, seperti teri medan, yaitu dengan spesifikasi perut utuh dan kepala tidak patah.