Ujian Nasional 2016 Pertaruhan Kejujuran Pendidikan

id UN Pertaruhan Kejujuran Pendidikan, UN yang Jujur, UN Pertaruhan Kejujuran

Ujian Nasional 2016 Pertaruhan Kejujuran Pendidikan

Seorang pelajar membaca buku dengan bantuan penerangan lilin saat pemadaman listrik di Bandarlampung. (ANTARA FOTO/Tommy Saputra/aww/16.)

"Yang dibicarakan tentang UN saat ini adalah kejujuran, bukan kelulusan. Prestasi penting, jujur yang utama. Ujian itu tidak boleh menghalalkan segala cara. Tidak ada lagi 'subsidi jawaban'," kata Mendikbud lagi.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Ujian Nasional bagi pelajar SMA/MA sederajat berlangsung mulai Senin (4/4) hingga Rabu (6/4), di tengah kondisi kegamangan masih mewarnai pendidikan di Tanah Air.

Semula Ujian Nasional (UN) yang menjadi penentu kelulusan siswa khususnya pelajar SMP/MTs sederajat dan SMA/MA sederajat, sehingga membuat hampir semua jajaran pendidikan di sekolah (siswa, guru, orang tua) maupun birokrasi pendidikan seperti terjebak keharusan mencapai target kelulusan UN yang maksimal.

Sayangnya, upaya itu oleh sejumlah pihak dilakukan dengan segala cara, bahkan menggunakan cara-cara yang mengabaikan nilai-nilai objektivitas, sportivitas, dan kejujuran di sekolah yang semestinya justru menjadi perilaku dan karakter utama dunia pendidikan nasional kita.

Sejumlah fakta dan kasus permasalahan kebocoran soal dan praktik tercela oknum tertentu maupun "Tim Sukses" untuk merekayasa hasil UN sempat mengemuka yang menodai pelaksanaan UN selama ini.

Namun semua itu, dianggap menjadi alasan pembenar agar target meraih kelulusan maksimal 100 persen atau mendekati 100 persen dapat dicapai berarti prestasi sukses UN untuk siswa, sekolah, maupun jajaran pendidikan setempat.

Kini fakta yang miris atas pelaksanaan UN itu diharapkan tidak lagi terjadi.

Kondisi berbeda diharapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Lampung Timur di Provinsi Lampung Merah Juansyah yang menyatakan UN bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan bagi siswa karena tak lagi menjadi penentu kelulusan siswa.

"Ujian Nasional sepertinya bukan hal yang menakutkan lagi bagi siswa karena UN ini bukan lagi penentu kelulusan siswa," ujar Merah, saat dihubungi di Lampung Timur, Sabtu (2/4).

Meskipun begitu, menurutnya, siswa tetap dituntut untuk mengerjakan soal UN dengan baik secara objektif dan jujur.

Kepala Disdikpora itu menyatakan, untuk menghadapi UN 2016 para siswa di Kabupaten Lampung Timur telah mengikuti berbagai persiapan seperti try out atau latihan mengerjakan soal-soal UN agar mereka benar-benar sudah siap mengikuti UN tahun ini.

Dia menyebutkan, total siswa yang akan mengikuti UN tahun 2016 di Kabupaten Lampung Timur adalah sebanyak 43.202 siswa, yaitu siswa SMA atau SMK negeri dan swasta sebanyak 8.931 siswa, dan siswa SMP atau MTs negeri dan swasta sebanyak 16.922 siswa. Sedangkan siswa SD atau MI sebanyak 17.349 siswa.

Merah juga menyebutkan terdapat empat sekolah negeri di Lampung Timur yang akan melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau UN Computer Based Test (CBT).

"Sekolah pelaksana UNBK itu adalah SMA Negeri 1 Way Jepara, SMP Negeri 1 Way Jepara, SMP Negeri 1 Labuhanratu, dan SMP Negeri 1 Purbolinggo," katanya.

                Kejujuran Diutamakan
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Nasional Anies Baswedan menegaskan bahwa sejak 2015, UN tidak lagi menjadi penentu kelulusan karena hal itu ditentukan oleh sekolah melalui ujian sekolah bukan UN lagi.

"Yang dibicarakan tentang UN saat ini adalah kejujuran, bukan kelulusan. Prestasi penting, jujur yang utama. Ujian itu tidak boleh menghalalkan segala cara. Tidak ada lagi `subsidi jawaban`," kata Mendikbud lagi.

Anies juga telah meminta siswa SMA agar tidak memforsir diri menjelang pelaksanaan Ujian Nasional 2016 yang akan mulai berlangsung pada Senin (4/4) hingga Rabu (6/4).

"Mulai sekarang jangan memforsir diri," kata Anies saat jumpa pers mengenai pra-Ujian Nasional 2016 di kantornya Jakarta, Jumat (1/4).

Menurut dia, siswa harus rileks jelang UN, sehingga saat pelaksanaan ujian akhir kondisi tubuhnya bugar dan bisa fokus mengerjakan soal-soal tes.

"Istirahatlah yang cukup, makan makanan sehat bergizi dan hindari hal baru yang berisiko. Tidak biasa jalan-jalan malah jalan-jalan atau mencoba makanan baru malah sakit perut sehingga Senin nanti bermasalah," kata Anies pula.

Lingkungan keluarga, kata Mendikbud, juga agar mengkondisikan siswa agar tidak stres. Anies juga meminta siswa untuk tidak melakukan cara-cara yang tidak terpuji dalam melaksanakan ujian akhir itu seperti mencontek atau bahkan menggunakan soal dan jawaban bocoran.

Berkaitan pelaksanaan UN di Lampung, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Hery Suliyanto memastikan proses pelaksanaan UN 2016 telah dipersiapkan secara matang sebelumnya, sehingga diharapkan berjalan lancar dengan hasil maksimal.

Pendistribusian naskah soal UN berbasis kertas (Paper Based Test/PBT) maupun pengamanannya dilakukan secara maksimal.

Begitupula UN Berbasis Komputer (Computer Based Test/CBT) telah disiapkan secara optimal, sehingga meminimalkan kemungkinan kebocoran soal.

UN tingkat SMA, SMK dan MA berlangsung serentak pada Senin (4/4) hingga Rabu (6/4), di Provinsi Lampung akan diikuti 1.121 sekolah pelaksana, yaitu 77 sekolah pelaksana UN CBT dan 1.044 sekolah pelaksana UN PBT.

Sedangkan total siswa peserta UN 2016 baik CBT maupun PBT di Lampung sebanyak 87.907 siswa, yaitu 17.733 siswa yang ikut UN CBT dan 70.174 siswa yang ikut UN PBT.

Sejumlah sekolah di Lampung menjelang UN 2016 telah mengadakan doa bersama di sekolah masing-masing, seperti dilaksanakan siswa peserta UN di SMAN 9 Bandarlampung, salah satu sekolah favorit di ibu kota Provinsi Lampung ini.

SMAN 9 Bandarlampung merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan UN Berbasis Komputer (UNBK), sehingga diharapkan semua persiapan perangkat keras dan lunak telah matang agar tidak terjadi kendala dalam pelaksanakan UNBK itu, termasuk kendala pemadaman aliran listrik yang belakangan masih terus terjadi di Lampung.

Namun anggota Komisi X DPR RI Ir Dwita Ria Gunadi mengaku kecewa karena satu hari menjelang Ujian Nasional tingkat SMA/SMK/sederajat kembali terjadi pemadaman aliran listrik di Kota Bandarlampung Provinsi Lampung.

"Listrik sudah padam sejak magrib, dan sampai sekarang belum hidup. Saya kecewa karena sudah jauh hari mengimbau agar PLN tidak melakukan pemadaman aliran listrik, baik saat malam persiapan ujian maupun saat berlangsung Ujian Nasional 2016," katanya di Bandarlampung, Minggu (3/4).

Dwita Ria berharap agar saat hari pertama UN Senin (4/4) besok tidak terjadi pemadaman aliran listrik. "Semoga saja tidak padam seperti malam ini, karena akan menjadi tekanan psikologis bagi siswa yang mengikuti Ujian Nasional. Konsentrasi mereka bisa terganggu dan berdampak pada hasil Ujian Nasional mereka," ujarnya lagi.

Dwita juga mengimbau agar siswa yang mengikuti UN dapat mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya.

"Siswa yang besok Ujian Nasional harus mengutamakan kejujuran, karena pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter, jadi bukan sekadar memperoleh nilai. Jadi selain nilai harus bagus, kejujuran harus menjadi karakter yang melekat," katanya pula.

Legislator dari Partai Gerindra itu mengaku akan meninjau pelaksanaan UN 2016 yang dimulai Senin besok.

"Rencananya saya besok akan meninjau langsung pelaksanaan Ujian Nasional ke beberapa sekolah yang ada di Lampung. Salah satunya ke SMAN 9 Bandarlampung, karena sudah melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer. Saya ingin memastikan langsung bahwa pelaksanaan Ujian Nasional di Lampung berjalan lancar," ujar Dwita Ria lagi.

Sejumlah siswa peserta UN di beberapa SMA di Bandarlampung mengaku telah mempersiapkan diri menjelang UN kali ini.

Kendati UN tak lagi menjadi penentu kelulusan, umumnya siswa dan para guru di sekolah itu menyatakan harus tetap menyiapkan diri menghadapinya agar mencapai hasil UN yang terbaik.

"Hasil UN masih menjadi prestise dan prestasi bagi sekolah yang bisa mencapai kelulusan mendekati 100 persen atau malah bisa mencapai 100 persen utuh lulus semua," kata salah satu pendidik di sebuah sekolah di Bandarlampung itu pula.

Beberapa siswa juga membenarkan, karena target kelulusan tinggi tersebut, diam-diam masih saja ada upaya pihak tertentu di sekolahnya untuk "membantu" mereka dapat mengerjakan soal UN tersebut dengan baik tapi dengan cara yang menyalahi ketentuan serta jauh dari nilai-nilai kejujuran.

UN 2016 memang sudah tak lagi menjadi penentu kelulusan siswa, tapi benarkah karena itu kemudian semua pihak di sekolah dan jajaran birokrasi pendidikan di daerah-daerah termasuk di Lampung, benar-benar akan mendorong siswa peserta UN mengerjakan sendiri soal UN secara objektif dan penuh kejujuran?

Bila UN tak lagi menjadi penentu kelulusan, seharusnya pula tak ada lagi target menarget hasil UN 100 persen oleh pihak sekolah maupun jajaran birokrasi pendidikan yang masih diterapkan, bila ujung-ujungnya hanya mendorong para pihak kembali mencari cara lulus 100 persen dengan mengabaikan kejujuran demi mencapai target itu.

Kejujuran dalam dunia pendidikan kita boleh jadi masih menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya dan sulit diterapkan, termasuk dalam pelaksanaan UN 2016 ini kendati sudah tak lagi menjadi penentu kelulusan.

Jajaran Kemendikbud dan seluruh stakeholders pendidikan agaknya masih harus berbenah diri lebih lanjut untuk memperbaiki semua yang seperti sudah terlanjur "keblinger" itu pula.