Tantangan terbesar kepala daerah baru hadapi MEA

id arizka warganegara, mea, kepala daerah baru, wali kota, bupati, pertanian, perkebunan

Tantangan terbesar kepala daerah baru hadapi MEA

Arizka Warganegara (dok.pri/fb)

 
Bandarlampung, (Antara Lampung) - Pengamat politik dari Universitas Lampung Arizka Warganegara mengatakan wali kota dan bupati beserta wakil-wakilnya yang akan dilantik besok (17/2) memiliki tantangan terbesar yakni selain mengelola pemerintahan adalah menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Kepala daerah terpilih saya pikir perlu 'benchmarking' dalam mengelola tata pemerintahan dan itu bisa dilihat dari beberapa daerah yang relatif baik dalam penyelenggaraan pemerintah daerah," kata kandidat doktor  dari University of Leeds, Inggris itu, di Bandarlampung, Selasa.

Dia mencontohkan, Ridwan Kamil di Bandung sangat punya cara yang menarik untuk mendorong Pemerintah Kota menjadi kreatif dan berdaya saing.

Atau dalam konteks lokal Lampung, lanjut pengajar di FISIP Universitas Lampung (Unila) itu, keberhasilan sosok Herman HN (Wali Kota Bandarlampung, terpilih kembali) dalam kebijakan kesehatan, pendidikan dan percepatan infrastruktur kota juga layak menjadi benchmarking bagi para kepala daerah terpilih.

Ia menyatakan, selain soal pemerintahan, kepala daerah baru setidaknya dihadapkan pula dengan tantangan masalah internal dan setidaknya ada tiga masalah umum di Indonesia yaitu kemiskinan, rendahnya tingkat pendididkan dan buruknya layanan kesehatan. Tiga masalah pokok ini sering kali menjadi "jualan" politisi ketika menyatakan diri maju dalam ajang Pilkada di Indonesia.

"Pun, begitu yang terjadi di Lampung, setiap kandidat yang menyatakan diri selalu dimulai dengan argumen bahwa mereka akan menyelesaikan masalah kemiskinan, kesehatan dan kesejahteraan di daerah tersebut," kata dia.

Tantangan ke dua, lanjutnya, antisipasi lain adalah soal mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ini merupakan tantangan tersendiri terutama bagi sisi daya saing daerah, termasuk juga persaingan sumber daya manusia.

Regulasi free trade se-ASEAN akan meninggalkan persaingan yang luar biasa antaranegara ASEAN itu sendiri dan ini juga merupakan tantangan kepala daerah terpilih.

"Hal ini diperparah ketika melihat aspek infrastruktur dan suprastrutur daerah banyak yang masih jauh dari layak bersaing pada tingkat global. Dan dalam konteks Lampung, ada beberapa sektor andalan yang mempunyai peluang untuk dikuasai pengusaha asing, bisnis pertanian, perkebunan dan perikanan," katanya.

 Untuk merespon hal itu, atau dengan kata lain untuk mengamankan daerah dari hantaman MEA  dan ketidakpastian ekonomi global, tentu memerlukan kepala daerah yang inovatif dan mampu menggaet investor, sosok "fund raiser" yang mumpuni, yang tidak hanya mengandalkan APBD yang terbatas untuk membangun daerahnya.

"Guna merespon hal itu, saya pikir kepala daerah juga harus mempertimbangkan nomenklatur birokrasi yang adaptif dengan perkembangan global. Dinas yang terkait dengan investasi dan kerja sama luar negeri harus menjadi prioritas 'penguatan' baik dari sisi struktur dan kultur.

Tim investasi di tiap daerah, lanjutnya, harus diperkuat untuk merespon modal asing yang berseliweran.    
 
Setidaknya di dua sektor daerah-derah di Lampung punya kesempatan emas,  yaitu sektor perkebunan dan perikanan. Kabupaten seperti Waykanan, Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Pesawaran sangat berpotensi bermain dalam dua ranah tersebut.

Saat ini, lanjut Arizka, perubahan politik dan ekonomi bergerak sangat cepat, dan akan mencatat survivalitas politik kepala daerah dan sangat tergantung pada kemampuan mereka mengelola potensi daerah serta menyinergikan dengan keadaan global.