Kinerja PLN Lampung Kembali Disorot Publik

id Kinerja PLN Lampung Disorot, Publik Soroti Kinerja PLN Lampung, PLN Lampung, Mati Lampu di Lampung

Kinerja PLN Lampung Kembali Disorot Publik

PLTP Ulubelu di Tanggamus, pembangkit listrik panas bumi di Lampung.(FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Pelanggan listrik PLN Lampung pun bertanya sampai kapan pemadaman itu akan kembali berulang, bila kecukupan daya listrik di daerah ini tak juga dapat dipenuhi dengan baik, dipastikan kembali akan berulang--dengan berbagai penyebabnya.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Warga sejumlah daerah di Provinsi Lampung pengguna listrik PLN kembali berkeluh kesah dan menunjukkan kekesalan, bahkan kemarahan atas pelayanan PT PLN Distribusi Lampung.

BUMN kelistrikan di Lampung itu dinilai berkinerja buruk, menyusul aliran listrik terus mengalami "biarpet" atau pemadaman berjam-jam tak beraturan hingga beberapa kali dalam seharinya.

Sejumlah warga konsumen listrik PLN di Kota Bandarlampung, Lampung Tengah, Pesawaran, dan Mesuji, serta beberapa daerah lain di Lampung, sejak Sabtu (6/2) hingga Senin (8/2) ini, mengaku kesal atas pelayanan buruk PT PLN Lampung, mengingat dalam beberapa hari terakhir selalu mengalami pemadaman aliran listrik selama beberapa jam setiap kali mati lampu, dan dalam sehari bisa terjadi lebih dari satu kali.

Warga di sejumlah tempat di Kota Bandarlampung, seperti kawasan Sukarame dan Way Halim mengeluhkan pemadaman aliran listrik PLN terjadi beberapa kali pada Sabtu (6/2), namun pada dinihari kembali mati hingga pagi hari.

"Sabtu kemarin, malamnya mati beberapa jam, pagi mati lagi, dan siang sampai sore juga mati lampung," kata Wirawan, warga Sukarame mengeluhkannya. Aliran listrik baru menyala pada Minggu paginya.

Di Bandarjaya Lampung Tengah, pengguna listrik PLN di sana mengeluhkan pemadaman aliran listrik yang terjadi pada Sabtu sejak Magrib hingga menjelang tengah malam baru menyala lagi.

Beberapa hari sebelumnya, kondisi serupa dialami warga pengguna listrik PLN itu.

Pengguna listrik PLN di Kabupaten Pesawaran juga mengeluhkan aliran listrik yang "biarpet" (mati-hidup) secara tak beraturan, telah berlangsung beberapa hari ini.

Di Kabupaten Mesuji, warga beberapa desa juga mengeluhkan mati lampu secara tidak beraturan yang terjadi selama sepekan ini, sehingga berakibat warga yang memiliki usaha terancam merugi.

Selain itu, kondisi aliran listrik yang tak kunjung normal itu juga berakibat beberapa peralatan elektronik rumah tangga mengalami kerusakan.

Nurdin (45), warga Kecamatan Tanjungraya, Mesuji, menuturkan sering mati lampu membuat warga kesulitan, pasalnya listrik adalah kebutuhan yang paling pokok, mengingat alat rumah tangga mayoritas menggunakan listrik. Padahal dalam sepekan ini, aliran listrik seringkali mati, sehingga membuat masyarakat kebingungan, katanya lagi.

Secara terpisah, keluhan mati aliran listrik selama sepekan ini juga disampaikan Firman, salah satu pedagang elektronik di Kecamatan Mesuji.

Menurutnya, akibat sering mati aliran listrik membuat omzet toko miliknya menurun drastis. "Ya, kalau sering mati lampu begini warga enggan membeli peralatan elektronik, karena 80 persen pasti rusak akibat sering listrik mati, dan ketika hidup arus listriknya pun tak normal," ujar Firman lagi.

Beberapa pemilik usaha fotokopi di Mesuji, juga mengeluhkan akibat mati lampu, omzet usahanya berkurang secara drastis, bahkan merugi. "Gimana nggak rugi, saat mati lampu jelas mesin fotokopi tak hidup, dan kalau memakai genset pasti biaya bahan bakarnya lumayan besar, sehari untuk BBM saja bisa ratusan ribu rupiah habis," katanya.

Warga dan para pedagang pengguna listrik PLN itu berharap pihak PT PLN di Lampung dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sebagai konsumennya.

"Jika mau mematikan aliran listrik, PLN mestinya menyampaikan pemberitahuan. Tapi di Mesuji ini, mau mati atau pun hidup listrik tak ada yang peduli, sama saja kewajiban konsumen hanya membayar tagihan listrik tanpa mengedepankan kewajiban PLN kepada konsumen," kata warga Mesuji itu lagi.

Deputi Manajer Hukum dan Humas PT PLN Distribusi Lampung, I Ketut Dharpa, menanggapi keluhan konsumen pengguna listrik PLN itu menjelaskan bahwa gangguan aliran listrik saat ini terjadi akibat Penghantar 150 KV Baturaja-Bukit Kemuning mengalami trip atau mati.

Kondisi itu, kata Ketut Dharpa lagi, mengakibatkan terjadi pemadaman aliran listrik di sebagian wilayah Provinsi Lampung. "Akan tetapi, sekarang secara bertahap sudah mulai normal," katanya lagi.

Penghantar Bukit Kemuning-Baturaja itu selama ini menjadi jalur interkoneksi untuk transfer daya listrik dari pembangkit di Sumatera bagian selatan (Sumbagsel) ke Lampung.

Gangguan pada penghantar itu berakibat terganggu aliran listrik ke wilayah Lampung, sehingga mengalami defisit daya, terutama pada wilayah yang ditopang jaringan interkoneksi Sumbagsel.

Kebutuhan daya listrik di Lampung, sebagian ditopang dari jaringan interkoneksi Sumbagsel, mengingat kemampuan pembangkit lokal belum mencukupi. Saat defisit daya terjadi, pihak PLN dipastikan akan memberlakukan pemadaman aliran listrik secara bergilir kepada para pelanggannya.

        Minta Maaf
Manajemen PT PLN Distribusi Lampung pun sampai harus menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat dan pelanggan PT PLN di daerah ini atas terjadi pemadaman aliran listrik dalam beberapa hari terakhir.

PT PLN Distribusi Lampung dalam pernyataan pers, menyampaikan: "Pelanggan yang terhormat, kami atas nama manajemen PT PLN (Persero) Distribusi Lampung mohon maaf yang sebesar- besarnya, bahwa telah terjadi kembali black out sistem Lampung akibat gangguan transmisi jalur Baturaja-Bukit Kemuning pada Sabtu (6/2) pukul 06.00 WIB pagi yang menyebabkan pemadaman sekitar 310 MW."

PLN Lampung menjelaskan, gangguan sistem kelistrikan di Lampung itu, disebabkan oleh kerusakan peralatan di Transmisi Baturaja-Bukit Kemuning karena sambaran petir.

Kondisi itu, menurut I Ketua Dharpa, Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN Distribusi Lampung, didampingi Manager Distribusi

Agus Alhasewi, mengakibatkan beberapa pembangkit besar tenaga uap (PLTU) dan listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Lampung mengalami gangguan agak parah, seperti Sebalang 1, Sebalang 2, Tarahan 3, Ulubelu 1, dan Ulubelu 2.

Saat ini, kemampuan pembangkit yang tersedia hanya sekitar 310 MW, sedangkan transfer dari Sumbagsel hanya sekitar 200 MW.

Prediksi pemadaman pada malam hari terjadi sekitar 140 MW. Dampaknya sebagian Provinsi Lampung mengalami padam aliran listrik.

PLN setempat saat ini sedang berupaya keras supaya kondisi kelistrikan kembali normal. "Adapun saat ini kondisi sudah berangsur pulih," kata Deputi Manager Hukum dan Humas PT PLN Distribusi Lampung, I Ketut Dharpa pula.

Daya mampu listrik di Provinsi Lampung dari pembangkit yang ada maupun transfer interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) dalam kondisi normal rata-rata sekitar 865 MW, dari pasokan pembangkit di Lampung sebesar 540 MW dan transfer interkoneksi sebesar 325 MW, dengan beban puncak pernah tercapai sebesar 854 MW, atau masih mengalami surplus daya listrik sebesar 11 MW.

Lampung perlu pembangkit berkekuatan minimal 100 MW, dengan cadangan daya listrik sebesar 30 persen dari beban puncak atau sebesar 256 MW, agar dapat mencapai keandalan daya listrik yang mencukupi.

Kondisi tersebut dalam perencanaan PLN, yaitu Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Tahun 2015--2024, diharapkan dapat dicapai pada sekitar tahun 2019 mendatang.

Pihak PT PLN Distribusi Lampung menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyaman pelayanan tersebut, dan menegaskan akan tetap berupaya untuk percepatan penormalan kembali.

"Kami memohon maaf kepada seluruh pelanggan atas ketidaknyamanannya akibat dari gangguan sistem yang terjadi pada beberapa waktu terakhir. Terima kasih atas kesabaran dan pengertian kawan-kawan sekalian," demikian pernyataan maaf PLN Lampung itu pula.

Dalam beberapa hari terakhir, para pelanggan listrik PT PLN di Lampung menyampaikan kekecewaan dan kekesalan mereka atas kondisi kelistrikan yang `biarpet` atau mati-hidup secara tidak beraturan.

Ungkapan jengkel dan kesal, bahkan emosional dan kemarahan itu, secara bergelombang disampaikan pula melalui media sosial secara terbuka.

Menurut para pelanggan listrik PLN dari berbagai kabupaten dan kota di Lampung itu, pemadaman aliran listrik dialami mereka selama beberapa jam dan dalam sehari bisa lebih sekali terjadi. Kondisi tersebut dikeluhkan karena sangat mengganggu aktivitas masyarakat termasuk berakibat kerugian bagi pelanggan yang memiliki usaha mengandalkan peralatan elektronik dan sejenisnya.

Pelanggan mendesak PT PLN Lampung maupun pihak yang berwenang dapat segera mengambil langkah yang diperlukan, agar dapat secepatnya mengatasi permasalahan tersebut.

Publik pun kembali menyoroti kinerja PLN di Lampung atas kejadian pemadaman aliran listrik secara tidak beraturan itu. Mereka mempertanyakan alasan penyebabnya, mengingat saat kemarau juga selalu terjadi defisit daya listrik yang mengakibatkan terjadi pemadaman bergilir. Begitupula saat musim penghujan seperti ini, kembali pemadaman bergilir berulang terjadi.

Pelanggan listrik PLN Lampung pun bertanya sampai kapan hal seperti itu akan kembali berulang, bila kecukupan daya listrik di daerah ini tak juga dapat dipenuhi dengan baik, dipastikan kembali akan berulang--dengan berbagai penyebabnya.

Beberapa pihak kemudian berancang-ancang mempersiapkan kebutuhan listriknya sendiri, salah satunya Institut Teknologi Sumatera (Itera) di Jatiagung, Lampung Selatan.

Menurut Rektor Itera, Prof Ofyar Z Tamin, sejak awal berdiri akan berupaya untuk menyiapkan pembangkit listrik sendiri dengan teknologi yang dikuasai.

Itera, menurut Prof Ofyar, menyiapkan Program Kemandirian Energi, mengingat sebagai kampus baru dalam masa pembangunan infrastruktur tiap tahun jumlah gedung bertambah dan memerlukan kebutuhan energi listrik yang semakin besar. "Kami sudah membuat estimasi kebutuhan listrik per tahun sejak 2015 hingga 2034 mendatang," ujarnya pula.

Apalagi, kenyataannya pertumbuhan permintaan daya listrik di Lampung meningkat rata-rata 15 persen setiap tahun, dengan ratio kelistrikan/Rasio Elektrifikasi (RE) masih rendah yaitu 80,32 persen di bawah angka nasional yang telah mencapai 84,35 persen (2014), dan ditargetkan bertambah 1,6 persen tahun 2015, dengan desa berlistrik di Lampung Triwulan III 2015 sebanyak 2.288 dari 2.582 desa (88,61 persen).

Pasokan daya listrik di Lampung masih sangat tergantung pada interkoneksi Sumatera Bagian Selatan (30 persen masih dipasok Interkoneksi Sumbagsel).

Pengguna listrik PLN di Lampung, selain perlu berhemat dan mengefisienkan penggunaan listrik masing-masing, dengan PT PLN Distribusi Lampung harus pula terus mengupayakan pertumbuhan pembangkit baru bersama pemerintah dan swasta, dibarengi berbagai pihak termasuk kelompok warga yang juga harus bernisiatif mengembangan sumber listrik alternatif dari potensi energi yang tersedia di lingkungan sekitarnya.

"Lampung cukup kaya sumber energi yang dapat menjadi listrik dapat dikembangkan untuk mencukupi kebutuhan listrik daerah ini. Karena itu, kami di Itera akan mencoba mengupayakannya setidaknya untuk kami sendiri dan lingkungan sekitar, agar tidak hanya bergantung pada pasokan listrik dari PT PLN yang hingga kini belum mampu memenuhinya," ujar Prof Ofyar pula.