Makna Leksikal Kata Tugas

id makna leksikal kata tugas, Kata Tugas

Dalam ilmu bahasa, sudah menjadi hukum besi tak terbantahkan bahwa kata tugas, yang memiliki makna gramatikal, tak mungkinlah menyandang arti leksikal.

Artinya, kata tugas seperti "tentang", "mengenai", "yang" tak punya makna dalam dirinya kecuali kaitannya dengan kata yang mndahului dan mengikutinya. Kata seperti itu dengan demikian tak bisa menjadi kalimat fragmen, kalimat yang terdiri dari satu kata, sebab kata tugas tak punya makna sebagai lambang benda, peristiwa dan lain-lain.

Namun penjelasan linguistik itu ternyata tak berlaku untuk kasus spesifik yang disandang dalam frasa "belajar tentang". Baik dalam bahasa Inodnesia maupun bahasa Inggris atau bahasa asing lain, para penulis, yang tak harus ahli linguistik, tahu benar perbedaan mendasar antara dua kalimat berikut: "Amat belajar bahasa Arab" dan "Amat belajar tentang bahasa Arab".

Pada kalimat pertama, Amat belajar menggunakan bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang berbicara dalam bahasa itu. Sedangkan pada kalimat kedua, yang dipelajari Amat bukan belajar praksis berbahasa Arab, tapi dia mempelajarinya secara ilmiah. Belajar sejarahnya, perkembangannya, segi estetikanya, dan seterusnya.

Dengan komparasi analogis, kalimat itu bisa juga diterapkan pada kalimat berikut: "Amat belajar renang" dan "Amat belajar tentang renang". Pada kalimat pertama, Amat belajar cara berenang di kolam atau di telaga. Pada kalimat kedua, yang dipelajari Amat adalah seputar pengetahuan tentang renang. Misalnya, kapan renang pertama kali dijadikan lomba olahraga, mengapa renang di laut lebih ringan daripada di air tawar dan seterusnya.

Jika demikian halnya, berarti kata tugas "tentang" dalam frasa "belajar tentang" untuk konteks kalimat-kalimat di atas mempunyai makna leksikal. Kenapa? Sebab, kata tugas itu ternyata membuat perbedaan makna kalimat.

Namun, harap diwaspadai bahwa makna leksikal kata tugas "tentang" dalam konteks "belajar tentang" tidak berlaku untuk konteks yang lain. Misalnya pada dua kalimat berikut: "Amat belajar filsafat" dan "Amat belajar tentang filsafat".

Tidak mungkinlah orang mengada-ada dengan membuat perbedaan makna pada kedua kalimat di atas dengan menafsirkannya sebagai berikut: pada kalimat pertama, artinya adalah Amat belajar hidup sesuai dengan ajaran filsafat, sedangkan arti kedua adalah Amat belajar filsafat modern Ludwig Wittgenstein. Tafsir makna semacam ini jelas mengada-ada. Orang akan mengartikan kurang lebih sama dua kalimat di atas.

Sebenarnya, teori bahasa yang sudah bisa dianggap sebagai dalil di atas bahwa kata tugas hanya mempunyai makna gramatikal bisa dipertahankan dengan memberikan penjelasan linguistik pada pemakaian frasa "belajar bahasa" dan "belajar tentang bahasa" sebagai berikut: "belajar bahasa" sepadan dalam makna dengan "belajar tentang bahasa" dengan argumen bahwa pada frasa "belajar tentang bahasa", "belajar" di sana dimaknai sebagai verba intransitif sehingga kehadiran "tentang" memang diperlukan.

Jika maksudnya adalah Amat sedang belajar tentang sejarah bahasa Arab dan bukan belajar berbicara dalam bahasa Arab, rumusan sintaksisnya bisa menggunakan "Amat mempelajari atau menelaah bahasa Arab." Dengan demikian maka dalil linguistik bahwa kata tugas adalah kata yang tak punya makna leksikal masih tetap berlaku tanpa kekecualian. Jadi tak ada kata tugas yang memainkan peran sebagai pembeda makna.

Namun, argumen itu tak bisa diterima oleh sebagian besar pengguna frasa "belajar tentang". Ketika argumen bahwa frasa "belajar tentang" tak bisa menjadi pembeda makna pada kalimat "Amat belajar filsafat" dan "Amat belajar tentang filsafat" diajukan, sebagian besar pengguna frasa "belajar tentang" itu memberi penjelasan bahwa makna "filsafat" tak bisa dibedakan antara yang berhubungan dengan dunia praksis dan jagat keilmuan.

Kekokohan teori bahwa kata tugas "tentang" tak punya makna leksikal dan hanya bermakna gramatikal terlihat ketika partikel itu digunakan untuk konteks selain frasa "belajar tentang", misalnya untuk frasa "berbicara tentang".

Di sini tak ada perbedaan makna antara "Amat berbicara sejarah Majapahit dalam diskusi di Museum Nasional" dan "Amat berbicara tentang sejarah Majapahit dalam diskusi di Museum Nasional".

Para ahli tata kalimat akan memberi penjelasan bahwa pada kalimat pertama terjadi kesalahan sintaksis karena "belajar" sebagai verba intransitif memang harus diikuti "tentang", sedangkan jika tidak membutuhkan "tentang", semestinya "belajar" diganti dengan kata kerja intransitif "membicarakan".

Sejauh ini, di kalangan mereka yang bertungkus lumus dalam dunia linguistik, tinjauan mendalam tentang perkara kata tugas bermakna leksikal itu tampaknya belum pernah dilakukan. Para kandidat doktor linguistik di Tanah Air bisa menjadikan tema itu dalam penelitian untuk disertasi mereka.

Korpus atau data penggunaan frasa "belajar tentang" jelas sangat melimpah dalam jagat bahasa Indonesia, yang antara lain bisa dilacak lewat mesin pencarian di dunia maya.

Dengan demikian, penelitian ilmiah akan memperkuat atau bahkan melahirkan teori tandingan atas teori sebelumnya yang menyatakan bahwa kata tugas tak punya makna leksikal, tapi hanya gramatikal. (Ant)