Lampung panen raya rajungan

id Lampung panen raya rajungan, nelayan

Lampung panen raya rajungan

Seorang nelayan menjual rajungannya secara ecer di Desa Margasari Kabupaten Lampung Timur, Kamis (21/1). (ANTARA LAMPUNG/Muklasin)

Saat ini kepiting rajungan dihargai Rp13 ribu perkilogram
Lampung Timur (Antara Lampung) - Sebagian nelayan di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur tidak melaut menangkap  rajungan untuk sementara waktu, karena harga kepiting laut itu masih rendah serta sulit pula menjualnya.
        
Menurut Hermanto, nelayan sekaligus pembina nelayan rajungan tradisional di Desa Margasari Kabupaten Lampung Timur, Kamis,  saat ini banyak nelayan enggan melaut karena harga kepiting laut murah.
      
"Selain itu, nelayan kesulitan menjualnya  karena banyak penampung rajungan atau warga berhenti sementara membeli kepiting mereka," katanya.
       
Meski demikian, katanya, masih ada sebagian kecil yang tetap melaut meski hasil tangkapannya dihargai rendah.
       
"Pembeli kewalahan menampung kepiting rajungan itu, karena tidak sanggup menampungnya. Perusahaan penampung rajungan  juga tak sanggup lagi  menampungnya," katanya.
      
Menurut dia, satu kapal nelayan yang yang dioperasikan lima nelayan bisa mendapat 100 kg rajungan untuk melaut sehari semalam.
      
"Akibat banyaknya jumlah tangkapan nelayan tersebut perusahaan pun menurunkan harga dan diikuti oleh para pembina atau penampung rajungan setempat. Saat ini kepiting rajungan dihargai Rp13 ribu perkilogram," katanya.
        
Ia mengharapkan pemerintah ikut membantu nelayan mengatasi masalah ini, seperti membantu kelancaran pendistribusiannya ke kota, atau mendorong ekspor rajungan.
       
Di Kota Bandarlampung, harga rajungan sekarang mencapai Rp70.000/kg.
      
Nelayan lainnya, Surahman,  di Desa Margasari Lampung Timur, menyebutkan harga kepiting rajungan di daerahnya hanya Rp16 ribu per kilogram.

      

Harga itu, menurutnya, tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan pada saat melaut.
      
"Apalagi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, sangat kurang," katanya.
       
Menurut dia, harga bersih yang diterima nelayan sebenarnya hanya Rp8 ribu/kg, karena pemilik kapal sudah memotong hasil tangkapan itu untuk biaya operasional selama melaut.
       
"Harga Rp16 ribu itu masih kotor, dan yang murni diterima nelayan bersihnya Rp8 ribu per kilogram, karena ada potongan bagi yang punya motor laut. Tapi karena saya tidak punya motor laut, sehingga ikut menumpang kepada nelayan lain yang punya motor laut," katanya lagi.
       
Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Timur, Johan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak atas rendahnya harga yang dihadapi para nelayan rajungan tersebut.
       
"Karena menurutnya harga itu merupakan masalah bisnis antara pembeli dengan nelayan," katanya.
       
Ia menyebutkan di Kecamatan Labuhan Maringgai terdapat 800 nelayan rajungan atau Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang menggantungkan hidup dengan menangkap rajungan di wilayah Laut Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur yang tersebar di Desa Karya Makmur, Muara Gading Mas, Karang Anyar, dan Desa Sukorahyu.
       
Dia juga menyatakan, Dinas Kelautan Lampung Timur mencatat harga tertinggi kepiting rajungan mencapai Rp55 ribu perkilogram pada tahun 2014 dan harga terendah tercatat Rp13 ribu pada tahun 2016.