Menunggu Kiprah Pemimpin Perempuan di Lampung

id Chusnunia dan Era Pemimpin Muda di Lampung, Chusnunia Bupati Terpilih Lampung Timur, Chusnunia, Oki Hajiansyah Wahab

Menunggu Kiprah Pemimpin Perempuan di Lampung

Chusnunia Chalim (tengah) saat pernyataan pencalonannya sebagai bupati Lampung Timur bersama calon wakil bupati Zaiful Bokhari. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist)

Selamat bertugas Mbak Nunik, setelah menjadi anggota DPR RI, semoga kiprah selanjutnya sebagai Bupati Lampung Timur dapat membuat gebrakan berarti untuk memajukan Lampung Timur.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Sosok perempuan menjadi pemimpin atau kepala daerah (gubernur, bupati, wali kota) di Provinsi Lampung masih langka dan sulit ditemukan.
   
Selama ini sosok perempuan itu di Lampung lebih banyak berkiprah di parlemen (legislatif), dan di daerah kabupaten/kota di Lampung sejumlah daerah kini dipimpin oleh politisi perempuan, seperti di Kota Metro dan Kabupaten Tulangbawang. Sebelumnya, beberapa perempuan juga sempat memimpin DPRD Lampung (Srie Atidah, Nurhasanah).

Pada Pilkada Serentak 9 Desember 2015 lalu, setidaknya dua sosok perempuan tampil di daerah masing-masing untuk menjadi pemimpin, yaitu Chusnunia Chalim (calon bupati Lampung Timur terpilih, dan Erlina calon wakil bupati terpilih Pesisir Barat Lampung). Chusnunia dan Erlina menunggu untuk dilantik.

Berkaitan masih minim sosok perempuan dalam perpolitikan nasional ini, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Dian Kartika Sari menegaskan bahwa partisipasi politik perempuan Indonesia pada 2015 masih kurang.

"Penting bagi kami untuk menyiapkan kembali kader yang akan maju dalam pilkada dan para calon pemilih, karena partisipasi perempuan dalam Pilkada Serentak 2015 masih kurang," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, awal Januari lalu.

Karena itu, Dian mengatakan lagi, pihaknya akan terus menyiapkan pendidikan kritis bagi perempuan dan masyarakat, penguatan jejaring kerja di desa, kabupaten/kota, provinsi, nasional dan internasional.
   
Kader perempuan, kata dia, menjadi penting untuk dipersiapkan pada tahun ini menilik pada pilkada serentak 2015, jumlah partisipasi perempuan masih kurang dalam pencalonan kepla daerah.

Menurut Dian, partisipasi perempuan dalam pilkada 2015 baru 15,24 persen dari total 807 pasangan calon. Angka ini masih rendah karena perempuan sejatinya adalah populasi pemilih terbesar di Indonesia atau belum terwakili dengan baik, mengingat jumlahnya lebih dari 50 persen dari total warga yang memiliki hak pilih.

Dengan kata lain, jumlah pemilih perempuan lebih besar daripada laki-laki. Rendahnya partisipasi perempuan disebabkan oleh banyak hal seperti rendahnya dukungan partai politik dan kurangnya kesiapan perempuan untuk masuk dalam bursa pencalonan kepala daerah.

"Dukungan parpol merupakan faktor penentu dalan pencalonan kepala daerah. Parpol juga mengusung perempuan karena faktor pragmatis, yaitu hanya mencalonkan mereka yang memiliki peluang besar untuk menang. Ini tidak jauh dari faktor kesiapan finansial modal kampanye," katanya pula.

Karena itu, kehadiran Chusnunia Chalim yang akrab disapa Mbak Nunik (33), sosok perempuan muda sebagai pemimpin di Lampung Timur menjadi perhatian dari berbagai pihak, sosok perempuan dan juga masih berusia muda yang menjadi pemimpin di daerah ini, menyusul sebelumnya M Ridho Ficardo, Gubernur Lampung menjadi gubernur termuda berusia 34 tahun saat dilantik memimpin Lampung periode 2014--2019.

Akademisi yang juga aktivis sosial, Oki Hajiansyah Wahab menuliskan jargon yang diusung Mbak Nunik di Lampung Timur: "Saatnya Pemimpin Muda, Bersama Chusnunia, Saatnya Pemimpin Muda Mari Kerja Bersama." Petikan lagu kampanye Chusnunia ini menjadi penanda era baru dalam politik, khususnya di Kabupaten Lampung Timur. 

Mbak Nunik, menurut Oki, menjadi bupati pertama di Lampung bahkan di Sumatera yang lahir dalam proses pilkada langsung saat ini.

Politisi muda Chusnunia Chalim (33)--politisi anggota DPR RI dari Fraksi PKB yang kemudian mundur untuk mencalon bupati Lampung Timur ini--berhasil mengungguli kandidat lainnya dalam kontestasi Pilkada Lampung Timur.

            Strategi Jitu Kampanye
"Bila banyak orang menilai kemenangan pasangan Chusnunia Chalim dan Zaiful Bokhari adalah sebuah kejutan, saya justru bersikap sebaliknya. Sejak awal saya percaya bahwa Chusnunia akan memenangkan pertarungan di Lampung Timur. Politisi muda ini selain cerdas dalam mengatur strategi kampanye juga merupakan pekerja keras," kata Oki Hajiansyah, akademisi yang juga pegiat sosial di Lampung itu pula.

Menurutnya, Chusnunia dengan pengalamannya sebagai politisi nasional dan juga 'scholar' ini menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah yang terukur dalam setiap fase kerjanya.

"Chusnunia bekerja dalam senyap dan minim publikasi. Ia lebih memilih turun ke hampir semua desa dan bertemu para pemilihnya untuk menjelaskan tujuannya maju dalam Pilkada Lampung Timur. Chusnunia menjangkau hampir semua desa di Lampung Timur, menyapa dan memberikan pendidikan politik kepada para pemilihnya siang dan malam. Wajar, jika secara perlahan elektabilitasnya terus meningkat dari waktu ke waktu," ujarnya lagi.

Ia menyatakan, Chusnunia juga secara cerdik mampu membidik segmen pemilih yang tepat dan mengkonsolidasikannya sebagai modal pemenangannya. Dukungan penuh Warga Nahdlatul Ulama (NU) di Lampung Timur menjadi modal berharga bagi Chusnunia. Di satu sisi Chusnunia menjadi representasi Warga NU di Lampung Timur dalam kontestasi pilkada itu. Di sisi lain, Chusnunia juga mampu membangun semangat dan sentimen warga NU di Lampung Timur untuk sama-sama berjuang.

Chusnunia juga mampu menarik perhatian  pemilih perempuan. Hal ini terkonfirmasi dari data yang menyebutkan bahwa pemilih perempuan di Lampung Timur lebih banyak datang ke TPS. Data KPU menyebutkan 253.490 dari 505.682 orang pemilih di Lampung Timur yang menggunakan hak pilihnya adalah perempuan.

Di tengah persaingan yang ketat, Chusnunia berusaha untuk tidak membangun permusuhan dengan para kompetitornya. Ia seakan menyadari sepenuhnya bahwa sebelumnya dua pasangan lainnya akan bersaing ketat, dan ia memilih menempatkan diri sebagai "kuda hitam". Pemilihan posisi ini membuatnya nyaman dalam bekerja dan perlahan mengambil hati para pemilih di Lampung Timur.

Angin kemenangan mulai tampak ketika arus bawah pendukung pasangan Erwin Arifin-Prio Budi Utomo yang gagal maju dalam pilkada di Lampung Timur itu berbelok mendukung Chusnunia. Tak hanya itu, calon perseorangan yang juga gagal maju juga memberikan dukungan kepada politisi muda ini.

Di sini lah titik krusial pergerakan suara dukungan terhadap Chusnunia terus mengalami peningkatan. Dengan kata lain kemenangan yang diraih Chusnunia adalah sebuah kombinasi antara kerja keras dan peruntungan.

Oki juga menyebutkan adanya satu hal yang menarik adalah sejak awal Chusnunia mengoptimalkan sumber daya anak muda dalam timnya.

Chusnunia tidak hanya mengandalkan dukungan warga NU dan para kiai, ia merekrut banyak anak muda dalam timnya. Militansi timnya terus dibangun secara bertahap agar bekerja tanpa lelah. Kecerdasan mengatur ritme kerja membuat timnya mampu bergerak seperti mesin diesel.

Demikian juga dengan cara berkampanye berbeda dilakukan Chusnunia. Ia memilih menggelar pelatihan-pelatihan 'life skill' kepada masyarakat dibandingkan membagi-bagikan sembako. Para relawannya menggelar berbagai pelatihan mulai dari membuat kue, pengelolaan sampah, dan budidaya pertanian yang digelar sesuai dengan minat warga. Chusnunia seakan hendak memberikan pesan bahwa pilkada bukan sekadar mengajak orang untuk memilih calon tertentu melainkan memberdayakan warga secara politik dan ekonomi.

Tak bisa dipungkiri, kata Oki lagi, ini adalah sebuah terobosan dimana strategi pemberdayaan dan pendekatan politik dilakukan secara simultan. Model ini berusaha meyakinkan orang dalam forum-forum kecil, lalu biarkan forum-forum kecil ini saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini lebih murah dan edukatif dibandingkan dengan memberdayakan relawan sebagai tim penyalur sembako, uang atau berbagai hal lainnya. Media sosial digunakan untuk menjelaskan apa yang tengah dikerjakan oleh para timnya terhadap para pemilih.

Meski pengguna media sosial di Lampung Timur tak sebanyak di Kota Bandarlampung dan Metro, tapi Chusnunia seakan meyakini bahwa kampanye ini akan mempengaruhi pemilih pemula di Lampung Timur yang tengah tumbuh di era teknologi informasi.

Meski harus diverifikasi kebenarannya, Chusnunia juga konon menolak melakukan politik uang. "Benar bahwa ia membagikan suvenir seperti CD lagu, sajadah hingga tempat makan. Meski demikian, ia menolak membagikan uang bagi para pemilih. Sebagai seorang 'scholar', ia tampak mampu membedakan antara 'money politics' dan 'cost politics' dalam kampanyenya," kata Oki pula.

Pada saat kampanye, Chusnunia pernah menuliskan sebuah komentar di media sosial: "Bagi politisi yang menolak membagikan uang, sembako atau sepupunya sembako, maka siap-siap disebut politisi pelit. Berat menjadi politisi di era politik uang sudah mengakar. Saya sendiri memilih mengirimkan para relawan untuk berbagi ilmu kepada masyarakat dibanding membagi sembako.Saya harus meyakinkan bahwa pilkada ini adalah ajang pendidikan pemilih, pilkada adalah momentum dimana masyarakat menentukan pemimpinnya untuk masa depan mereka tapi semakin banyak bertemu wajah-wajah di kampung, bersentuhan, berbicara, mengajak berpikir, mendengar keluhan-keluhan mereka itu, jadi energi yang mengalirkan kekuatan dan semangat untuk berjalan yakin niat yang baik harus dilakukan dengan cara yang baik untuk mendapatkan hasil yang baik."

Sebagai calon pemimpin yang notabene masih muda, ke depan Chusnunia dihadapkan pada banyak persoalan besar di Lampung Timur. Kemunculan figur muda juga akibat kejenuhan masyarakat dalam kepemimpinan yang stagnan, tidak menawarkan warna baru dalam kebijakan publik di daerahnya. Ada kegairahan dari masyarakat untuk bergerak lebih dinamis sesuai tuntutan zaman. Ada perubahan, kemajuan, dan pergerakan dalam kognisi masyarakat ketika merespons berbagai isu yang berkembang di masyarakatnya.

"Hal yang menjadi pertanyaan adalah apakah strategi kolaborasi akan menjadi andalanya dalam membangun Lampung Timur ke depan. Patut ditunggu," kata Oki Hajiansyah pula.

Bagaimana calon Bupati Lampung Timur terpilih Chusnunia Chalim menanggapi semua itu.

Mbak Nunik, panggilan akrab calon bupati ini, menyatakan bahwa faktor kunci kemenangannya ini adalah bersilaturahmi. "Faktor kuncinya adalah silaturahmi dan bertemu dengan masyarakat," ujarnya pula.

Padahal, sebelum Pilkada Lampung Timur itu, hasil survei hanya menempatkan pasangan Chusnunia Chalim-Zaiful Bokhari pada posisi ketiga yang tidak diunggulkan, di bawah Erwin Arifin (calon incumbent/prtahana) maupun Yusran Amirullah yang lebih diunggulkan.

Setelah dipastikan menjadi bupati terpilih oleh KPU Lampung Timur, saat menunggu dilantik, Chusnunia menegaskan fokus utama kerjanya sebagai Bupati Lampung Timur mendatang adalah pembangunan infrastruktur di kabupaten itu.

"Yang pasti saya akan prioritaskan pembangunan infrastruktur, baik itu jalan, jembatan, dan pembangunan bidang pertanian yang sifatnya infrastruktur," ujar Chusnunia pula.

Menurut calon bupati wanita pertama di Sumatera ini, prioritas pembangunan selanjutnya di Kabupaten Lampung Timur adalah penanganan persoalan kesehatan, persoalan pendidikan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya yang juga akan kami utamakan.

Selain itu, pengusung jargon "Membangun dan Melayani" saat masa kampanyenya itu, juga mengatakan tata kelola pemerintahan Lampung Timur juga akan menjadi fokus utama kerjanya nanti. "Kedisiplinan pastinya akan dimasukkan dalam tata kelola pemerintahan Lampung Timur ini, dan mesti harus dibenahi," ujarnya.

Sebelumnya, dalam pencalonannya pasangan bupati dan wakil bupati terpilih "Mbak Nunik dan Bang Iful" telah menyampaikan sedikitnya 6 Visi-Misi pada masa kampanye mereka, di antaranya ketertiban dan keamanan, tata pemerintahan yang baik dan bersih, aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya.

Peningkatan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis kearifan lokal, serta peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur fisik, ekonomi dan sosial juga menjadi visi-misi keduanya.

Begitupula peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menjadi visi-misi duet calon pemimpin Kabupaten Lampung Timur ini.
  
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lampung Timur telah menetapkan bupati dan wakil bupati terpilih hasil pemilihan kepala daerah di kabupaten itu.

"Berdasarkan ketentuan diktum ke-1, pasangan calon bupati dan wakil bupati yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai bupati dan wakil bupati terpilih dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Lampung Timur adalah pasangan calon nomor urut 2, Hj Chusnunia Chalim dan H Zaiful Bokhari," ujar Ketua KPU Lampung Timur, Andri Oktavia saat membacakan surat keputusan KPU Lampung Timur tentang penetapan bupati dan wakil bupati terpilih di kantor KPU setempat.

Surat keputusan KPU Lampung Timur itu bernomor: 61/KPPS/KPU-/008435605/2015 tentang penetapan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kabupaten Lampung Timur Tahun 2015.

Penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati terpilih kabupaten Lampung Timur tahun 2015, lanjut Ketua KPU Lampung Timur itu, berdasarkan berita acara hasil rekapitulasi suara tingkat kabupaten dalam pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Lampung Timur sesuai model DBKWK.

KPU Lampung Timur telah merampungkan rekapitulasi perolehan suara pasangan calon bupati dan wakil bupati Lampung Timur hasil pilkada 9 Desember 2015 lalu, dan telah menetapkan perolehan suara kedua pasangan tersebut.

"Semalam pukul 21.26 WIB kami telah merampungkan rekapitulasi suara kedua pasangan calon dan sudah ketuk palu," ujar Wasiat Jarwo, anggota KPU Lampung Timur di Sukadana, Jumat (18/12--2015).

Komisioner KPU Lampung Timur itu menyebutkan, perolehan pasangan calon nomor urut 1, Yusran Amirullah-Sudarsono memperoleh 232.473 suara, dan pasangan nomor urut 2, Chusnunia Chalim-Zaiful Bokhari mendapatkan 263.926 suara. Sedangkan suara yang tidak sah 8.826 suara.

"Perolehan suara ini ditetapkan dalam pleno terbuka KPU Lampung Timur pada Kamis (17/12) pukul 21.26 WIB," katanya lagi.

          Percayai Perempuan
Menanggapi sosok perempuan terpilih memimpin di sejumlah daerah di Indonesia, Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto Wiyogo berpendapat terpilihnya sedikitnya 35 kepala daerah perempuan merupakan bukti masyarakat mulai menerima dan mempercayai peran perempuan sebagai pemimpin.

"Syukur Alhamdulillah, dengan terpilihnya sedikitnya 35 kepala daerah pada pilkada serentak 9 Desember lalu," ujar Giwo usai pertemuan para perempuan pejuang yang diselenggarakan di Jakarta, belum lama ini.

Dia menambahkan kepala daerah perempuan ke depan harus menciptakan kondisi dan lingkungan yang kondusif serta ramah perlindungan perempuan dan anak.

"Prioritas pada anak, bukan hanya wilayah. Jadi kepala daerah harus memperhatikan kebijakan terhadap permepuan dan anak, serta kesertaraan gender. Pembangunan nasional tidak akan tercapai jika perempuan tidak dilibatkan," kata dia.

Dia menambahkan, terpilihnya puluhan kepala daerah perempuan menunjukkan sinyal positif bagi perpolitikan di Tanah Air. Masyarakat mulai menerima keberadaan perempuan sebagai pemimpin, yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki.

Sedangkan, anggota DPR dari Fraksi PPP Okky Asokawati terpilihnya para kepala daerah dan wakil kepala daerah di Tanah Air dapat memberikan harapan baru bahwa politik kian humanis dan tidak menampilkan wajah yang antagonistis.

"Keberadaan kepala daerah dari perempuan harus dijadikan momentum untuk membuat kebijakan daerah yang pro dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi kelompok perempuan dan anak," kata Okky lagi.

Daerah-daerah yang dipimpin oleh kepala daerah dari perempuan, lanjut Okky, harus menerapkan zona antikorupsi di daerahnya. "Kepala daerah perempuan dapat menjadi pucuk pemberantasan korupsi dan pelaksanaan birokrasi yang melayani di setiap daerah," ujar Okky pula.

Sejumlah calon kepala daerah perempuan berhasil tampil sebagai pemenang pilkada seperti Airin Rachmi Diany (Wali Kota Tangsel), Ratu Tatu Chasanah (Bupati Serang), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Sri Sumarni (Bupati Grobogan), Cellica Nurrachadiana (Bupati Karawang), Neni Moerniaeni (Wali Kota Bontang), Rita Widyasari (Bupati Kutai Kertanegara), Chusnunia Chalim (Bupati Lampung Timur), Asmah Gani (Bupati Nunukan), Ilmiati Daud (Wakil Bupati Wakatobi), Indah Putri Indriani (Bupati Luwu Utara), Anna Sophana (Bupati Indramayu), Erlina (Wakil Bupati Pesisir Barat), dan beberapa lainnya.
 
Karena itu, keberhasilan dan kehadiran Chusnunia Chalim memimpin Lampung Timur membawa harapan besar untuk dapat memajukan masyarakat dan daerah yang dikenal sebagai salah satu wilayah "sarang begal" di Lampung itu. Seabrek problem pembangunan dan persoalan kemasyarakatan, termasuk permasalahan kemiskinan dan keamanan serta potensi kerusuhan sosial yang berulangkali terjadi di Lampung Timur juga menjadi tantangan berat tersendiri.

Chusnunia memimpin dengan dukungan pembiayaan melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Lampung Timur yang cukup besar, berdasarkan hasil paripurna APBD Lampung Timur 2016 tersebut yakni pada sisi pendapatan daerah direncanakan mencapai Rp2,01 triliun lebih, berupa pendapatan asli daerah sebesar Rp92,8 miliar lebih, dana perimbangan sebesar Rp1,3 triliun, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar Rp562,9 miliar lebih.

Pada sisi belanja daerah direncanakan mencapai sebesar Rp2,06 triliun lebih, terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp1,2 triliun lebih, belanja langsung sebesar Rp777,5 miliar lebih. Namun terdapat  perkiraan defisit sebesar Rp49 miliar, walaupun akan ditutupi dengan penerimaan pembiayaan dari SILPA Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp50 miliar, dengan pengeluaran pembiayaan untuk penyertaan modal Rp1 miliar, berarti pembiayaan netto sebesar Rp49 miliar.

Selamat bertugas Mbak Nunik, setelah menjadi anggota DPR RI, semoga kiprah selanjutnya sebagai Bupati Lampung Timur dapat membuat gebrakan berarti untuk memajukan Lampung Timur.