Harga Komoditas Unggulan Di Bandarlampung Bertahan Tinggi

id harga komoditas unggulan, brtrshsn tinggi, komoditas unggulan

...Pasokan dari petani dari minggu lalu sampai saat ini masih sangat minim, padahal harga sudah lumayan tinggi...
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Harga komoditas unggulan di Kota Bandarlampung bertahan tinggi seperti minggu lalu sebagai akibat pasokan dari petani yang masih relatif sedikit.

"Pasokan dari petani dari minggu lalu sampai saat ini masih sangat minim, padahal harga sudah lumayan tinggi," kata Adi A., agen komoditas unggulan di Bandarlampung, Senin.

Dia mengatakan sudah dua pekan terakhir pasokan dari petani berkurang, hingga membuat para pengepul menaikkan harga komoditas asal Lampung itu.

Padahal, katanya, menjelang akhir tahun permintaan ekspor untuk komoditas lada dan kakao sedang tinggi, khususnya untuk ke Eropa.

"Untuk harga komoditas lada hitam masih bertahan di angka Rp110.000/kg , lalu lada putih masih berkisar antara Rp150.000/kg hingga Rp160.000/kg," kata dia.

Untuk kakao masih bertahan di angka Rp36.000/kg, kualitasnya pun masih buruk atau belum ada peningkatan.

Diprediksi pada Februari mendatang, Lampung akan kebanjiran komoditas unggulan jenis kakao mengingat sudah masuk musim panen dan cuaca diperkirakan lebih mendukung.

Biji kopi robusta saat ini bertahan tinggi di angka Rp21.000/kg, dengan harapan dapat membuat petani menjual hasil panennya.

"Permintaan ekspor untuk komoditas kopi sedang tinggi, dan ini tidak dibarengi dengan daya jual dari petani," kata dia.

Menurut dia, permintaan biji kopi robusta untuk pasar lokal memang lebih banyak jika dibandingkan dengan untuk kepentingan ekspor.

Komoditas lainnya, seperti kopra masih berada di angka Rp10.500/kg, sedangkan mutu komoditas itu masih sama seperti minggu lalu, yakni rendah.

Untuk komoditas cengkih masih bertahan Rp110.000/kg. Harga itu relatif tinggi sehingga seharusnya memberikan keuntungan bagi petani yang selama ini diberikan harga rendah oleh pabrik.

Pernyataan serupa diungkapkan pengepul Eko Supriyanto, warga Kabupaten Pringsewu.

Ia mengatkan petani enggan menjual sisa hasil panennya karena belum terbentur dengan kebutuhan mendesak.

"Petani belum jual simpanan hasil panen karena belum membutuhkan dana segar yang mendesak. Biasanya menjelang tahun ajaran baru atau Lebaran mereka menjual habis simpanannya. Sekarang kalaupun ada yang menjual dalam jumlah sedikit," kata dia.