Warga Mesuji Lampung Keluhkan Dampak Kebakaran Hutan

id Kebakaran Hutan Mesuji, Mesuji Lampung

Mesuji, Lampung (ANTARA Lampung) - Warga Kabupaten Mesuji Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, mengeluhkan dampak kebakaran hutan dan lahan setempat yang mengganggu aktivitas masyarakat terutama pada pagi dan sore hari.

Menurut sejumlah warga Mesuji, Minggu (4/10) hampir seluruh areal hutan yang berlokasi di pinggir Jalan Lintas Timur Sumatera baik kawasan Register 45 di Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji, Lampung maupun pepohonan sekitarnya nyaris habis terbakar.

Hutan pohon kayu albasiah yang semula rimbun dan asri, kini telah berubah menjadi memerah dan berangsur layu akibat terbakar.    

Belum diketahui berapa hektare areal hutan yang terbakar itu, namun dari pengamatan terlihat hutan yang terbakar cukup jauh ke dalam hutan yang menyebabkan cuaca di ruas Jalan Lintas Timur Sumatera wilayah ini terasa panas.

Berdasarkan penuturan sejumlah warga, kebakaran hutan di dua sisi jalan lintas tersebut terjadi selama dua hari ini, diawali dengan api yang kecil dan berangsur membesar hingga menghabiskan ranting-ranting yang ada di dalam hutan lindung Register 45 tersebut.

Akibatnya seluruh semak-semak mati karena terbakar. Sebagian besar pohon kayu juga sudah terlihat layu.

"Bila tidak segera turun hujan kemungkinan besar kayu-kayu bekas terbakar itu juga akan mati," ujar Subur, warga Simpangpematang.

Kebakaran lahan di ber­bagai wilayah di Kabupaten Mesuji, Lampung itu tidak saja terjadi di kawasan hutan register. Api juga sudah banyak menjalar dengan membakar semak belukar dan rerumputan kering di tepian Jalan Lintas Timur Sumatera yang banyak dilalui kendaraan.

Api yang besar membuat pengguna jalan banyak yang tidak berani melintas, karena takut terjilat api dan terbakar.

Asap tebal dari kebakaran lahan itu juga menyelimuti Jalan Lintas Timur Sumatera yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan mengganggu pandangan.

Di Mesuji itu, kabut asap akibat kebakaran lahan semakin parah, sehingga mengganggu aktivitas masyarakat terutama pagi dan sore hari.

Tidak hanya di daratan, jarak pandang di Su­ngai Mesuji Pematangpanggang juga mulai terganggu.

Pengguna perahu motor terpaksa mengurangi kecepatan untuk menghindari ­tabrakan atau kecelakaan tunggal akibat menabrak rumah apung atau batang pohon yang mengapung di sungai itu.