Harga sawit dan karet anjlok, petani ganti singkong

id singkong, karet, kelapa sawit

Harga sawit dan karet anjlok, petani ganti singkong

Ilustrasi. Suami-istri petani kelapa sawit sedang menaikkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke atas sepeda motornya untuk dijual, di Desa Payung Makmur, Kec.Pubian, Kab.Lampung Tengah, Provinsi Lampung. (FOTO ANTARA/M.Tohamaksun)

Bandarlampung,  (ANTARA Lampung) - Sejumlah petani di Lampung mengganti tanaman kelapa sawit serta karet dan menggantinya dengan tanaman singkong, akibat anjloknya harga getah karet dan tandan buah segar kelapa sawit.

Menurut beberapa petani yang ditemui di Lampung Tengah, Rabu, antara lain di Kecamatan Terusan Nunyai, harga sawit dan getah karet saat ini sudah tidak menguntungkan petani, karena harganya sangat rendah.

Harga karet alam di tingkat petani saat ini hanya Rp5.000--Rp5.500/Kg, padahal saat situasi baik harganya bisa mencapai Rp8.000-Rp9.000/Kg, bahkan getah kualitas baik bisa lebih tinggi.

"Harga jual getah karet dan buah sawit saat ini tidak seimbang dengan biaya memanen, jadi tidak ada keuntungan yang didapat petani," kata Husin, salah satu petani sawit di Kecamatan Terusan Nunyai.

Anjloknya harga getah karet dan buah sawit ini tidak bisa diperkirakan sampai kapan, karena itu para petani memilih mengganti tanaman kebunnya dengan tanaman singkong atau ubi kayu yang secara hitungan ekonomi harga jualnya saat ini lebih menguntungkan.

Dalam tempo delapan hingga sembilan bulan atau paling lama satu tahun, singkong sudah bisa dipanen, bahkan jika proses tanam dan pemeliharaannya sesuai aturan, hasilnya bisa lebih maksimal.

Slamet atau biasa dipanggil Tarno (54), petani di Desa Semuli Raya, Lampung Utara mengaku saat ini sudah tidak tertarik bertanam sawit ataupun karet karena harga jualnya sudah tidak menguntungkan petani.

"Lebih enak sekarang ini bertanam singkong, keuntungannya sudah kelihatan, daripada tanam sawit atau karet yang harganya sejak beberapa tahun terakhir tidak pernah membaik, bahkan terus anjlok," katanya.

Sutrimo (46), warga Desa Astra Ksetra, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulangbawang yang sudah lama bertani singkong mengaku menanam singkong akan lebih menguntungkan, apalagi harga singkong di desanya saat sedang bagus sekitar Rp1.400/kg.

Tanpa menyebutkan luas tanaman singkong yang dikelolanya, Sutrimo yang juga berstatus pegawai ini menyebutkan penghasilan dari usaha sampingannya bertani singkong cukup lumayan untuk menghidupi isteri dan anak-anaknya.

"Kalau hanya mengandalkan penghasilan sebagai pegawai, mungkin tidak cukup, dari singkong inilah alhamdulillah saya sangat terbantu," katanya.

Sardi (57), petani singkong lainnya di desa yang sama mengaku bertani ubi kayu saat ini memberi keuntungan bagi petani dibanding bertani karet dan sawit yang nyaris tidak ada harganya.

"Saya sudah lama bertani singkong, dan hasilnya lumayan. Harga singkong juga terus naik akhir-akhir ini," kata pria yang juga pamong desa ini.

Sementara itu, di Kabupaten Mesuji, sejumlah petani mengaku enggan memanen buah sawitnya, karena harga jual saat ini sangat murah berkisar antara Rp300--Rp400/kg.