Perempuan Jerman dan anaknya tinggal selama 13 bulan di Bandara Siprus

id Perempuan Jerman dan anaknya tinggal selama 13 bulan di Bandara Siprus

Perempuan Jerman dan anaknya tinggal selama 13 bulan di Bandara Siprus

Bandar Udara Internasional Larnaca Siprus (dailymail.co.uk)

Mereka cuma mau kembali ke Israel...
Nikosia (Antara/Xinhua-OANA) - Dua perempuan Jerman telah menjalani versi kehidupan nyata film Tom Hanks "The Terminal" dengan tinggal di Bandar Udara Internasional Larnaca di pantai Siprus Tenggara selama lebih dari 13 bulan.
        
Juru Bicara Bandar Udara itu Adamos Aspris mengatakan kedua perempuan tersebut tiba di bandar udara tersebut pada 12 Agustus tahun lalu, ketika pemerintah Israel mengusir mereka setelah izin tinggal mereka berakhir.
        
Tapi, bukannya melanjutkan penerbangan mereka ke Jerman, keduanya turun dan sejak itu telah tinggal di tempat parkir bandar udara, dengan menggunakan instalasi bandar udara.
        
Di dalam film, dengan diilhami oleh Karimi Nasseri --yang tinggal di Bandar Udara Charles de Gualle selama delapan tahun, Tom Hanks memerankan seorang lelaki yang terjebak di Bandar Udara JFK karena ia tak diizinkan memasuki Amerika Serikat dan tak bisa pulang ke negara imajinasi asalnya akibat revolusi.
        
Namun tak seperti tokoh Tom Hanks, kedua perempuan tersebut tinggal di sana atas kemauan mereka sendiri dan tak mau menerima bantuan baik dari operator bandar udara maupun lembaga pemerintah untuk pulang ke Jerman.
        
Mereka juga menampik bantuan dari Kedutaan Besar Jerman di Nikosia untuk memulangkan mereka.
        
Mereka cuma mau kembali ke Israel, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu. Mereka pernah pergi ke sana, tapi dipulangkan.
        
"Kami menawarkan mereka kemudahan untuk pulang ke Jerman. Tapi karena beberapa alasan yang mereka tak mau jelaskan, mereka berkeras untuk tinggal di lingkungan bandar udara," kata Aspris kepada Xinhua.
        
Tapi ia menambahkan perempuan yang berusia setengah baya dan putrinya itu "tidak terlalu ramah" ketika mereka ditawarkan bantuan dan memilih tinggal "di sana dan di sini".
        
Itu berarti mereka mencari tempat tinggal di mobil yang ditinggalkan di tempat parkir bandar udara. Mereka kadang-kala tidur di lantai dengan menggunakan kantung tidur dan kadang-kala memasuki gedung terminal untuk menggunakan toilet.
        
Mereka memindahkan barang-barang mereka dengan menggunakan kereta bandar udara.
        
Pengelola bandar udara telah meminta bantuan dari pemerintah untuk menjaga agar kedua perempuan itu tidak buang sampah dan mereka tidak memperlihatkan gambar yang tidak layak.
        
Namun pemerintah tampaknya memilih untuk membiarkan mereka berada di sana.
        
"Memaksa mereka pergi tanpa tempat untuk mereka tinggal tak berarti apa-apa dan itu barangkali malah akan menimbulkan bahaya bagi keamanan mereka. Sebaliknya, tak ada dasar hukum untuk memaksa mereka pergi, sebab mereka tidak melanggar hukum apa pun," kata Kepala Polisi Kota Larnaca Philippos Vrontos.
        
Pemerintah juga tak bisa mendeportasi mereka sebab mereka adalah warga negara Uni Eropa.
        
Pengelola bandar udara berhati-hati agar untuk tidak memberi alasan mereka mengajukan tuntutan karena tindakan yang tidak layak. Pengelola bandar udara mengizinkan mereka berada di dalam terminal untuk melindungi diri mereka dari hujan atau temperatur ekstrem musim panas.
        
Vronstos mengatakan kedua perempuan tersebut menerima uang kiriman dari negara mereka, dan menggunakan uang itu untuk membeli makanan dan kadang-kala pakaian.
        
Anggota staf bandar udara mengatakan mereka kadang-kala melihat kedua perempuan tersebut sedang mencuci di toilet perempuan. Namun mereka mengusir mereka ketika mereka berusaha mandi sebab itu akan membuat tempat tersebut dipenuhi air dan bisa membuat jijik orang yang bepergian.