Berusia 80 tahun, perempuan ini "terpaksa" merawat dua anaknya yang depresi

id Perempuan usia 80 tahun terpaksa merawat dua anaknya yang depresi

gangguan jiwa yang dialami kedua anaknya terjadi akibat tekanan batin setelah mereka bercerai dengan pasangannya masing-masing
Banyumas (Antara Lampung) - Seorang perempuan lanjut usia, Sadinem Wartem (80) terpaksa merawat dua anaknya yang mengalami depresi, Sailah (50) dan Narwan (40), dengan mengandalkan uang hasil berjualan kayu bakar dan bantuan dari tetangga.
         
Saat ditemui di rumahnya yang hampir roboh, Grumbul Rata RT 01 RW 08, Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat, Sadinem mengatakan bahwa kedua anaknya mengalami depresi sejak 10 tahun silam.
         
Ia menduga gangguan jiwa yang dialami kedua anaknya terjadi akibat tekanan batin setelah mereka bercerai dengan pasangannya masing-masing.
         
"Dulu, anak-anak saya normal. Saya merasa sedih setiap melihat kondisi mereka," katanya dengan bahasa Jawa Banyumasan.
         
Sejak saat itu pula, Sadinem mengurus kedua anaknya mulai dari urusan mencuci pakaian hingga kebutuhan makan.
         
Selain mendapat bantuan dari tetangganya, dia mengaku mencari kayu bakar untuk dijual guna memenuhi kebutuhan keluarga.
         
Akan tetapi dalam beberapa hari terakhir, kata dia, belum satu ikat kayu bakar pun yang laku terjual.
         
"Kayu bakar itu saya jual dengan harga Rp10.000 per ikat tapi kalau daun kelapa tua hanya Rp500 per ikat ukuran kecil," katanya.
         
Oleh karena disibukkan dengan upaya mencari nafkah dan merawat kedua anaknya yang depresi, dia mengaku tidak ada kesempatan untuk mengurus rumahnya yang hampir roboh.
         
Bahkan, rumah berukuran 4x5 meter yang terbuat dari bilik bambu dan berlantai tanah itu berdiri di atas pekarangan milik tetangga yang telah direlakan oleh pemiliknya.
         
Salah seorang tetangga Sadinem, Amriah (40) mengatakan bahwa perempuan lanjut usia itu seorang diri dalam merawat dua anaknya yang depresi.
         
"Rumah mbah Sadinem tidak terawat karena dia hidup sendirian sedangkan kedua anaknya mengalami depresi," katanya.
         
Menurut dia, penerangan di rumah Sadinem hanya mengandalkan lampu minyak karena pernah menggunakan listrik namun lampunya dicopot oleh anak laki-lakinya hingga akhirnya aliran listriknya diputus.
         
Terkait kondisi keluarga Sadinem yang memprihatinkan, dia mengatakan bahwa banyak warga sekitar yang sering datang ke rumah itu untuk sekadar memberi bantuan.
         
Ketua RT 01 RW 08 Ahmad Solehudin Yanto (45) mengatakan bahwa Sadinem pernah dua kali mendapat bantuan untuk memperbaiki rumahnya.
         
"Bantuan perbaikan rumah itu sudah lama sekali sehingga rumahnya sekarang rusak lagi. Bahkan hingga saat ini, mbah Sadinem selalu mendapat bantuan-bantuan dari pemerintah," katanya.
         
Kendati demikian, dia mengakui bahwa hingga saat ini yang dipikirkan adalah kondisi kejiwaan anak-anak Sadinem.
         
"Yang kami pikirkan apakah mereka perlu menjalani perawatan atau tidak," katanya.
         
Salah seorang guru Sekolah Dasar Negeri Pageraji 3, Kecamatan Cilongok, Eko Febriani mengaku prihatin atas kondisi keluarga Sadinem.
         
"Saya pertama kali melihat mbah Sadinem saat beliau sedang duduk kecapekan di jalan desa. Saya pun segera masuk ke ruangan untuk mengambil sesuatu untuk diberikan kepada mbah Sadinem," katanya.
         
Akan tetapi setelah keluar dari ruangan, Sadinem sudah pergi sehingga Eko pun bertanya kepada muridnya hingga akhirnya dia mengetahui alamat perempuan lanjut usia itu.
         
Setelah mengetahui kondisi rumah Sadinem dan kedua anaknya, dia pun berinisiatif menggalang dana bantuan untuk perempuan lanjut usia itu.
         
"Saya dibantu aparat desa mendirikan posko bantuan untuk membantu mbah Sadinem dan kedua anaknya. Saya juga mengunggah kisah mbah Sadinem ke akun 'Facebook' guna menggugah para dermawan," katanya.
         
Menurut dia, bantuan untuk Sadinem dapat disalurkan melalui rekening BRI Nomor 660101004029535 atas nama Eko Febriani.