Jenderal utama tewas, Burundi jatuh ke krisis

id Jenderal utama tewas, Brundi jatuh ke krisis

Jenderal utama tewas, Burundi jatuh ke krisis

General Adolphe Nshimirimana (afrikareporter.com)

Bujumbura, Burundi (Antara/AFP) - Jenderal penting Burundi yang juga pembantu dekat Presiden Pierre Nkurunziza tewas pada Minggu ketika mobilnya disergap di ibu kota Bujumbura, kata para pejabat dan saksi mata.
         
Jenderal yang terbunuh itu, Adolphe Nshimirimana, dilihat secara luas sebagai pemimpin keamanan internal bangsa Afrika tengah. Negara itu dihantam krisis dan bahkan dianggap sebagai orang kuat nomor dua dalam rezim Burundi.
         
Polisi dan saksi mata mengatakan kendaraan bak terbuka yang ditumpangi Jenderal Nshimiramana dihantam dua roket dan dihujani tembakan senjata otomatis di ibu kota pada Minggu pagi.
         
Sang jenderal kemudian dipastikan tewas, demikian pula dengan supirnya.
         
Kepala urusan komukasi kantor kepresidenan, Willy Nyamitwe, membenarkan bahwa jenderal yang mantan kepala angkatan darat serta kepala badan intelijen itu tewas.
         
"Saya kehilangan saudara, teman dalam perjuangan. Adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa Jenderal Adolphe Nshimirimana tidak lagi bersama kita di dunia ini," katanya dalam pesan yang dipasang di Twitter.
         
Pembunuhan itu terjadi hanya satu minggu setelah Presiden Nkurunziza dinyatakan sebagai pemenang langsung pemilihan umum --yang penuh perdebatan. Dengan kemenangan itu, ia menjabat posisi tersebut untuk ketiga kalinya secara berturut-turut kendati adanya keberatan dari pihak oposisi maupun kecaman dunia internasional.
         
Pencalonan Nkurunziza diprotes kalangan oposisi sebagai langkah yang melanggar konstitusi serta memicu unjuk rasa berbulan-bulan --yang telah menewaskan setidaknya 100 orang dalam penumpasan sengit oleh pemerintah-- juga upaya kudeta pada pertengahan Mei.
         
Jenderal Nshimirimana dilihat sebagai dalang penumpasan unjuk rasa serta pemain kunci dalam menggagalkan upaya kudeta.
         
Seorang sumber di kantor kepresidenan mengatakan situasi di Burundi dalam keadaan "parah" dan memperingatkan tentang kemungkinan munculnya gelombang serangan balas dendam.
         
"Situasinya sangat parah. Jenderal (tersebut) adalah sosok yang sangat penting dalam sistem," kata sumber, yang tidak ingin disebutkan namanya.
         
"Kami berupaya untuk menangani situasi ini, tapi tidak gampang. Orang-orang kami ingin membalas dendam."
    
Sumber-sumber di kepolisian mengatakan tujuh orang ditahan, dan sumber di Dinas Intelijen Nasional Burundi, NSR, mengatakan pasukan keamanan menjadi "tegang".  
    
"Mereka telah menyatakan perang dan mereka akan lihat apa akibatnya," kata seorang jenderal tinggi lainnya yang pro-Nkurunziza.
         
Belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut kendati para perancang kudeta sudah mulai mengelompokkan diri lagi dan melancarkan pemberontakan di wilayah utara serta terlibat dalam rangkaian serangan granat di Bujumbura.
         
Ada kekhawatiran bahwa konflik baru bisa menyalakan kembali kekerasan antar suku Hutu-Tutsi dan menyebabkan bencana kemanusiaan berikutnya di wilayah itu.
         
Perang saudara terakhir di Burundi, yang berakhir pada 2006, menewaskan setidanya 300.000 orang.