PT ASDP Perlu Berbenah Lagi

id Puncak Mudik Bakauheni, PT ASDP, Arus Mudik Lebaran

PT ASDP Perlu Berbenah Lagi

Loket pembelian tiket penumpang ke kapal feri di Pelabuhan Bakauheni Lampung yang telah diperbaharui, sehingga menurut pemudik menjadi lebih sejuk, nyaman dan aman. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Bakauheni, Lampung (ANTARA Lampung) - Kepadatan dan hiruk pikuk arus balik dan mudik Lebaran 2015 telah usai.

Sejumlah penumpang di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni (Lampung) yang melayani pelayaran Jawa-Sumatera melalui Selat Sunda ke Merak (Banten) menilai, pelayanan penyeberangan selama arus mudik-balik dari pelabuhan ini menuju Merak pada Lebaran tahun 2015 ini dinilai membaik.

Namun menurut mereka, tetap saja masih meninggalkan beberapa catatan-catatan "merah" atau kekurangan yang harus dibenahi oleh PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) untuk perbaikan pelaksanaan angkutan mudik-balik Lebaran tahun berikutnya.

Sejumlah penumpang yang menyeberang melalui pelabuhan itu, baik penumpang pejalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor, mengaku merasakan adanya perbaikan pelayanan penyeberangan Bakauheni-Merak tersebut.

"Tahun ini, antrean pembelian tiket lebih nyaman, selain cukup luas juga terdapat pendingin ruangan," kata Eko Susanto, salah satu pemudik asal Lampung Selatan tujuan Cikarang, Bekasi, usai mengantre tiket di Bakauheni saat kepadatan arus lebaran lalu.

Ia mengatakan, saat kepadatan arus mudik-balik lebaran tahun lalu suasananya sangat pengap meski telah dipasang kipas angin di beberapa titik, dan kondisi antrean penumpang menuju kapal "mengular" panjang yang membuat para calon penumpang kegerahan serta beberapa di antaranya sampai pingsan karena terlalu lama mengantre di bawah tenda yang panas.

Dia menjelaskan, sekarang ruang antrean di loket Pelabuhan Bakauheni cukup megah, atapnya tinggi dan cerah karena dindingnya terbuat dari kaca yang membuat pemudik lebih nyaman meskipun membawa anak-anak balita untuk ikut mengantre mendapatkan tiket masuk ke kapal.

Pemudik lainnya, Sofyan, mengatakan, tahun lalu antrean di gangway naik dan turun kapal juga sangat pengap dan panas, karena harus berdesak-desakan antara penumpang mengingat hanya tersedia satu jalur menuju kapal di Dermaga 1 dan 2 Pelabuhan Bakauheni ini, namun sekarang sudah ada dua jalur.

"Sekarang penumpang yang akan naik dan turun kapal berada pada dua jalur, kalau dulu harus bergantian sehingga saat terjadi lonjakan penumpang yang akan naik menumpuk di gedung menuju gangway menunggu penumpang turun habis lebih dulu," ujarnya lagi.

Namun, salah satu penumpang kapal pejalan kaki lainnya, Pratiwi mengaku, pada saat arus mudik Lebaran ini dirinya bersama keluarga turun dari kapal di Dermaga 5 Pelabuhan Bakauheni yang belum memiliki gangway, sehingga terpaksa berjalan kaki sampai terminal bus.

"Saya tidak tahu, kok dinaikkan kapal yang sandar di Dermaga 5 Bakauheni," ujar dia lagi.

Selain itu, salah satu pemudik menggunakan mobil pribadi, Yunus, mengatakan antrean kendaraan berlangsung sampai dua jam, karena beberapa kapal datang terlambat sandar ke dermaga meskipun kendaraan telah banyak mengantre masuk kapal.

Kemudian dalam satu kantong parkir beberapa kapal kecil hanya mampu mengangkut tidak lebih dari dari setengahnya, sehingga di barisan belakang harus menunggu kapal berikutnya.

Pemudik bersepeda motor Mustafa mengaku, antrean roda dua saat masuk kapal juga masih kurang baik, karena jika menunggu kapal saat siang hari para pemudik bersepeda motor itu kegerahan berada di bawah tenda.

"Kita 'kan berjubel ratusan orang harus antre masuk kapal, ditambah mesin sepeda motor yang tetap hidup dalam kondisi panas jadi semakin gerah, dan para balita yang ikut antre banyak menangis," ujar dia pula.

Ke depannya, ia berharap pihak PT ASDP setempat dapat menerapkan fasilitas untuk pemudik bersepeda motor agar tidak kegerahan mengantre berlama-lama.

Selain itu, beberapa kasus pencopetan terjadi saat pemudik menginap di Pelabuhan Bakauheni itu yang menimpa sejumlah pemudik, sehingga uang dan barang berharga raib saat tidur karena tidak ada pengamanan dari kepolisian setempat saat mereka menginap.

Kejadian pencopetan itu berlangsung pada Jumat (24/7), sekitar pukul 04.00 WIB dini hari, dan ironisnya pihak kepolisian mengaku sama sekali tidak mengetahui karena penumpang tidak melihat petugas pengamanan itu untuk mengadu dan akhirnya memilih melanjutkan perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa di Kota Bandarlampung.

Para korban pencipetan itu pun mendapatkan ongkos dari hasil sumbangan pemudik yang menginap lainnya secara sukarela, antara Rp10.000 hingga Rp20.000, mengingat harta benda mereka habis digasak para pencopet saat tidur di ruang tunggu pelabuhan penyeberangan itu.

Selain itu, sejumlah pemudik menjadi korban pemalakan di Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpatim) Lampung pada ruas jalan di Desa Pematang Pasir Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan.

Suwigyono (50), pemudik asal Tangerang Banten, mengaku bersama keluarganya menjadi korban pemalakan oleh dua orang pelaku di ruas Jalinpatim tersebut saat menuju Pelabuhan Bakauheni.

"Beberapa pelaku berjaket menghadang dan meminta uang sebesar Rp700.000 dan satu unit telepon genggam," kata dia, saat berada di Dermaga 3 Pelabuhan Bakauheni, sekitar pukul 01.00 WIB dini hari.

"Kami dihadang saat melintas pasar di Desa Pematang Pasir," kata dia lagi.

Sementara Jamin (49), rekan Suwigyono dalam satu rombongannya, juga mengaku dipaksa menyerahkan uang Rp300 ribu, dan karena takut keselamatan keluarganya juga terpaksa memberikan uang itu.

Menurutnya, pihaknya kebingungan untuk melapor ke petugas kepolisian karena tidak ada polisi yang bertugas di titik tersebut, apalagi malam hari dan beberapa pos selanjutnya tidak ada petugas kepolisian yang berjaga.

"Kami bingung mau lapor kemana. Di pos polisi tidak terlihat ada petugas kepolisian yang seharusnya siaga berjaga," kata dia pula.

Ia menambahkan, pihak kepolisian ternyata tidak memberikan jaminan keamanan optimal di sekitar jalur mudik itu, mengingat kenyataannya masih ada korban pemalakan tersebut.

"Ini baru kami berdua yang ketahuan menjadi korban, kemungkinan masih ada korban lain yang tidak diketahui," katanya pula.
 
                              Jaminan Kenyamanan dan Keamanan
Sejumlah pemudik mengharapkan, selain kenyamanan dengan berbagai fasilitas penumpang di Pelabuhan Bakauheni itu, mereka juga membutuhkan jaminan keamanan ketika berada di pelabuhan itu.

Hadiyanto, salah satu pemudik menyatakan, alasan utama dirinya menginap di pelabuhan itu bukan karena takut saat berada di Terminal Induk Rajabasa Bandarlampung, melainkan merasa lebih nyaman saat menempuh perjalanan pagi hari esoknya.

"Kalau saya turun kapal malam hari dan meneruskan perjalanan, maka tidak ada mobil yang masuk ke desa saya sementara jaraknya jauh, dan bus tujuan Terminal Rajabasa tidak melewati rute itu, jadi saya harus cari mobil lain lagi sampai rumah," kata dia, yang mengaku tinggal di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan itu pula.

Karena itu, ia berharap para pemudik yang menginap di pelabuhan itu sebaiknya jangan dipaksa meneruskan perjalanan karena harus naik mobil beberapa kali untuk sampai rumah, seperti dirinya yang harus turun di Jalan Ir Sutami ruas Panjang-Sribawono yang rawan tindak kriminalitas pembegalan.

"Kalau malam tidak ada mobil, apa saya harus menginap di pinggir jalan," ujarnya lagi.

Kepolisian Resor (Polres) Lampung Selatan saat dimintai tanggapan terkait kasus yang menimpa para pemudik itu justru masih disikapi dengan "dingin", bahkan beberapa kasus pejabat Polres setempat enggan memberikan komentar karena dinilai akan mencoreng citra mereka yang dituding kurang optimal dalam mengamankan angkutan lebaran tahun ini.

Namun khusus berkaitan layanan pemudik, pihak PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni mengaku akan terus melakukan pembenahan-pembenahan lebih baik, agar para penumpang lebih nyaman lagi terutama pejalan kaki yang paling berisiko mengalami kelelahan.

Manajer Operasional PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni, Heru Purwanto, mengatakan pihaknya sudah berupaya melakukan pembenahan-pembenahan yang diperlukan, agar pelayanan penumpang membaik terutama saat angkutan lebaran berlangsung.

Menurutnya, penumpukan penumpang yang antre di loket pada lebaran tahun ini dapat diminimalkan karena pihaknya telah membangun sarana pendukung gedung loket yang cukup luas.

Selain itu, pola arus mudik dan balik juga berubah dengan waktu libur cukup panjang, sehingga pemudik tidak serentak datang pada arus balik dari Sumatera ke Pulau Jawa.

Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Christine Hutabarat, mengatakan selama Operasi Angkutan Lebaran Tahun 2015 ini membaik, karena dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, penyeberangan pada operasi angkutan lebaran kali ini berlangsung tanpa antrean yang memakan waktu lama meski produksi (jumlah penumpang, Red) meningkat.

"Beban waktu antrean hanya terjadi satu hari di masa puncak arus mudik dan arus balik, yaitu rata-rata pada H-3 dan H+3," ujar dia lagi.

Kemudian, pada musim angkutan Lebaran 2015 ini, khususnya pada H-7 hingga H+7, PT ASDP menyeberangkan rata-rata tiga kali lipat jumlah penumpang dibandingkan hari-hari biasa, sehingga penambahan kapasitas terpasang dermaga dan armada kapal yang ada menjadi salah satu langkah tepat dalam menghadapi lonjakan pengguna jasa, khususnya dalam hal percepatan penyeberangan.

"Kehadiran kapal-kapal besar mampu menampung lebih dari 200 unit kendaraan roda empat, sehingga antrean di parkir dermaga cepat terurai," ujar Christine pula.

Selain itu, berdasarkan data lapangan tidak ditemukan adanya catatan kecelakaan karena pihak keamanan telah bertugas dengan sangat baik untuk memenuhi target keamanan maksimal, sehingga misi "zero percent accident" pun dapat tercapai.

Data produksi penumpang hingga H+1 sampai H+7 mencapai 664.374 orang, atau penumpang telah kembali 103 persen dari Sumatera ke Jawa karena pada saat arus mudik diseberangkan sebanyak 647.800 orang, baik penumpang pejalan kaki maupun kendaraan.

Kemudian, jumlah kendaraan roda dua 62.204 unit atau 95 persen telah kembali ke Pulau Jawa, kendaraan roda empat sebesar 67.813 unit atau 105 persen yang sudah kembali, sedangkan kendaraan roda empat campuran sebesar 75.697 unit atau 102 persen telah kembali ke Pulau Jawa.

Peningkatan pelayanan bagi pemudik di Pelabuhan Bakauheni menuju Merak dan sebaliknya oleh PT ASDP, semestinya dibarengi pengamanan optimal oleh pihak kepolisian dan dukungan instansi lainnya yang diharapkan memberikan jaminan kenyamanan dan keselamatan bagi penumpang.

Semuanya itu, idealnya tidak saja berlaku saat kepadatan angkutan lebaran tiap tahun seperti saat ini, tapi juga dalam pelayanan pelayaran di Selat Sunda ini setiap saat berlangsung.