Keamanan Pemudik Lebaran di Lampung Perlu Perhatian

id kapolda lampung, edwarsya pernong, keamanan pemudik lebaran

 Keamanan Pemudik Lebaran di Lampung Perlu Perhatian

Petugas kepolisian yang mengamankan pemudik Lebaran 2015 di bus dari Terminal Induk Rajabasa Bandarlampung menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

...Saya yakinkan pemudik aman, anggota kita kerahkan untuk menjaga kemanan dari tindakan begal dan kejahatan lainnya...
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Kapolda Lampung Brigjen Polisi Edward Syah Pernong telah menegaskan, bahkan berani memastikan bahwa anggota kepolisian di Provinsi Lampung akan berupaya menjamin keselamatan dan keamanan para pemudik Lebaran 2015 usai pulang ke kampung halaman masing-masing.

Kapolda Lampung itu menandaskan bahwa pihak kepolisian setempat berupaya menjamin kemanan dan keselamatan pemudik, antara lain dengan mengerahkan seluruh personel yang siaga berkeliling untuk menjaga keamanan di titik-titik rawan keamanan di daerah ini.

"Saya yakinkan pemudik aman, anggota kita kerahkan untuk menjaga kemanan dari tindakan begal dan kejahatan lainnya," kata Kapolda Lampung itu lagi.

Upaya untuk memastikan keamanan bagi pemudik, Kapolda menegaskan bahwa di setiap kabupaten di Lampung, jajaran polres setempat telah menempatkan personel di pos pengamanan dan pos pelayanan.

Selain itu, anggota kepolisian juga berpatroli di titik-titik rawan kriminalitas setempat.

"Oleh karena itu, saya juga cek kondisi anggota, biar tahu kondisi kesiapan, kesehatan mereka karena sudah bertugas selama arus mudik," ujar Kapolda Lampung itu pula.

Namun, jaminan keamanan dan keselamatan para pemudik pada Idulfitri 1436 Hijriah dari pihak kepolisian tersebut, ternyata masih menghadapi sejumlah tantangan dan kendala serta terus saja menghadapi kelihaian dan kecerdikan pelaku kejahatan di lapangan yang selalu mengintai para korbannya.

Benarkah memang para penjahat itu selalu akan lebih licin, pintar, dan cerdik dibandingkan kesigapan dan kesiagaan pihak kepolisian sehingga kasus kriminalitas selama mudik di Lampung ini masih saja bisa terjadi? Sejumlah pemudik di Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan masih banyak yang mengeluhkan menjadi korban tindak kejahatan, berupa pemalakan maupun pencopetan, selain yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para calo maupun operator angkutan umum setempat.

Saat ini arus balik pemudik dari Sumatra ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Bakauheni pada hari Sabtu--Minggu (25--26/7), masih terus berlangsung hingga mencapai 88 persen atau sebanyak 567.754 orang yang telah menyeberangi Selat Sunda.

Adapun total pemudik Lebaran 2015 dari Jawa ke Sumatera melalui Pelabuhan Merak mencapai 647.800 orang. Sebanyak 113.328 orang di antaranya sebagai pemudik pejalan kaki.

Sementara itu, arus balik pemudik ke Jawa terus berlangsung melalui Pelabuhan Bakauheni. Diperkirakan seluruh sisa pemudik yang jumlahnya sekitar 80.000 orang akan balik ke tempat tinggalnya pada hari Sabtu dan Minggu ini.

                            Korban Pencopetan
Pada saat kesibukan arus mudik dan balik Lebaran ini, di tengah kesiagaan aparat keamanan jajaran Polda Lampung dan para operator pelayanan lainnya, termasuk pihak PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Bakauheni, masih saja terjadi sejumlah pemudik dari Pulau Jawa yang kembali ke beberapa kota di Sumatra menjadi korban pencopetan saat menginap di Pelabuhan Bakauheni Lampung.

Menurut keterangan salah satu petugas Syahbandar Pelabuhan Bakauheni, Sohri, kejadian itu berlangsung pada hari Jumat (24/7) dini hari sekitar pukul 04.00 WIB.

Ia mengatakan bahwa para korban banyak yang kehilangan uang dan barang berharga lainnya saat menginap di pelabuhan itu yang berniat menunggu pagi hari untuk melanjutkan perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa Kota Bandarlampung.

Menurut dia, saat kejadian itu sama sekali tidak ada aparat kepolisian yang berjaga sehingga korban bingung untuk mengadu ke kepolisian dan memilih melanjutkan perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa.

"Korban sempat mencari polisi namun tidak ada polisi saat itu sehingga korban mengadu ke saya," kata Sohri.

Lebih tragis lagi, kata dia, salah satu korban kecopetan itu adalah seorang ibu yang membawa dua anak, yang menangis histeris karena barang berharganya habis dicopet dan akhirnya penyakit jantungnya kambuh lalu dibawa ke posko kesehatan untuk dirujuk ke RSUD Bob Bazar Kalianda, Lampun Selatan.

Hal senada juga disampaikan Kepala KSOP Pelabuhan Bakauheni Joshua yang mengaku memonitor dan mendengar keributan adanya pencopetan sekitar pukul 04.00 WIB. Namun, dia tidak mengetahui berapa jumlah pemudik yang menjadi korban pencopetan tersebut.

Sementara itu, Kepala Posko Pelayanan Mudik Ipda Khoirul ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa pihaknya tidak mendapatkan adanya pengaduan para pemudik terkait dengan kasus pencopetan itu. "Kami tidak tahu adanya kejadian itu," kata dia.

Ia mengaku tidak menduga akan ada peristiwa itu karena pemudik yang datang dari Merak di Bakauheni jumlahnya sudah sedikit selama arus balik ini.

Oleh karena itu, dia memerintahkan untuk menambah jumlah anggota untuk mengamankan lokasi tersebut agar tidak terulang menimpa para pemudik di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu.

Padahal, selama ini kebanyakan pemudik dan penumpang kapal saat kepadatan arus mudik-balik setiap kali Lebaran, termasuk pada Idulfitri 1436 Hijriah ini, masih memilih menginap di kawasan Pelabuhan Bakauheni saat tiba tengah malam untuk menunggu pagi hari baru melanjutkan perjalanan ke Terminal Induk Rajabasa Bandarlampung agar lebih nyaman dan aman sampai ke tujuan.

Kendati pihak pengelola Terminal Induk Rajabasa, menurut Kepala Terminal Antoni Makki, sudah menjamin keamanan dan keselamatan pemudik di dalam terminal antarkota dan lintas antarprovinsi Sumatera-Jawa terbesar di Lampung ini, tetap saja pemudik tetap lebih memilih menginap di Bakauheni dan enggan langsung meneruskan perjalanan ke Terminal Rajabasa.

Alasan mereka umumnya, merasa lebih nyaman dan aman melanjutkan perjalanan keesokan harinya, mengingat kendaraan yang akan mengangkut mereka ke tempat tujuan dari Terminal Rajabasa dipastikan akan tersedia.

Padahal, di Terminal Rajabasa ini ratusan kendaraan telah disiapkan untuk mengangkut penumpang ke sejumlah tujuan di Provinsi Lampung, termasuk bus reguler yang disiapkan menuju Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan.

Bahkan, petugas pengamanan khusus di terminal ini terus menjaga penumpang tetap aman, terus bersiaga menjaga penumpang, antara lain pada setiap bus yang menuju Bakauheni, petugas selalu ikut menertibkan dan mengatur penumpang yang akan masuk bus agar tidak perlu berdesakan dan tidak melebihi kapasitas tempat duduk yang tersedia.

Personel kepolisian juga terus bersiaga di terminal itu, termasuk membantu penumpang yang hendak melanjutkan perjalanan. Namun, tidak tersedia angkutan reguler dari Terminal Rajabasa.

Saat beberapa perempuan muda turun dari bus yang membawanya dari Pelabuhan Bakauheni di Terminal Rajabasa, sejumlah awak angkutan dan pengojek menawari mereka.

Ternyata enam perempuan muda ini mengaku akan berwisata usai Lebaran ke objek wisata Teluk Kiluan yang terletak di Pekon (Desa) Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.

Belakangan, Teluk Kiluan menjadi salah satu objek wisata favorit di Lampung yang cukup terkenal sehingga relatif banyak pengunjung tertarik datang, termasuk para permpuan muda yang mengaku dari Jakarta itu pula.

Mereka kemudian--agar tidak menjadi korban kriminalitas--dibantu personel kepolisian di Terminal Rajabasa untuk bisa menuju Teluk Kiluan dengan menggunakan angkutan nonreguler yang bersedia mengantarkan mereka sampai tujuan.

Kondisi berbeda dialami pemudik balik Lebaran di Pelabuhan Bakauheni yang mengalami nasib apes, jadi korban pencopetan, pemalakan, dan menghadapi kendala saat hendak menyeberang ke Selat Sunda menuju Merak Banten, untuk menuju tempat masing-masing usai berlebaran ini.

Penumpukan penumpang pun sempat terjadi di Pelabuhan Bakauheni, Jumat (24/7) sekitar pukul 22.30 WIB, akibat kerusakan salah satu kapal feri di Dermaga 2 pelabuhan penyeberangan ini.

Akibat kerusakan salah satu kapal itu, ratusan calon penumpang yang seharusnya menyeberang melalui Dermaga 2, tertahan setelah kapal roll on roll off (ro-ro) yang seharusnya mereka naiki, tidak dapat berlayar di Selat Sunda menuju Merak Banten.

Kapal yang rusak tersebut adalah KMP SMS Kertanegara yang dijadwalkan berlayar pada pukul 22.00 WIB. Namun, kapal itu tidak dapat menyeberang akibat mengalami kerusakan mesin.

Petugas yang bersiaga di PT ASDP Pelabuhan Bakauheni berinisiatif melakukan pembatalan berlayar atas kapal tersebut.

Kepala Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Bakauheni Yohsua Antoni mengatakan, kapal tersebut ditarik dari Dermaga 2 untuk menjalani perbaikan.

"Kapal tidak jadi berlayar, semua penumpang dialihkan ke Dermaga 1 dan Dermaga 3," kata dia.

Kapal tersebut merupakan kapal kedua yang rusak pada hari Jumat, atau H+7 usai Lebaran 2015 di Pelabuhan Bakauheni.

Sebelumnya, pada hari Jumat sore, sebuah kapal KMP Salvatore, mengalami kerusakan pintu lambung kapal. Namun, kapal itu masih dapat beroperasi dan melanjutkan pelayaran.

Sejumlah pemudik juga mengaku menjadi korban pemalakan di Jalan Lintas Pantai Timur Lampung pada ruas jalan di Desa Pematang Pasir, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, saat hendak menuju Pelabuhan Bakauheni.

Suwigyono (50), pemudik asal Tangerang Banten, Kamis (23/7), mengaku bersama keluarganya menjadi korban pemalakan oleh dua orang pelaku di Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpatim) tersebut saat menuju Pelabuhan Bakauheni.

"Beberapa pelaku berjaket menghadang dan meminta uang sebesar Rp700 ribu dan satu unit telepon genggam," katanya saat berada di Dermaga 3 Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 01.00 WIB.

Ia mengaku bersama keluarganya membawa kendaraan Mitsubishi L-300, dan bagian belakangnya dipasang terpal untuk berteduh keluarganya selama perjalanan.

Ketiga orang tersebut awalnya berpura-pura menawarkan jasa pengawalan hingga Pelabuhan Bakauheni.

Ketiganya beralasan jalur Jalinpatim rawan aksi kejahatan pada malam hari. Ketiga pelaku memaksa meminta jasa uang pengawalan sebesar Rp700 ribu dan merampas telepon genggamnya.

"Kami dihadang saat melintas pasar di Desa Pematang Pasir," kata dia lagi.

Selain itu, para pelaku hendak merampas mobil yang dibawanya. Namun, mereka tidak berhasil.

"Kami kehabisan ongkos karena uang yang ada mereka rampas semua," ujarnya lagi.

Jamin (49), rekan Suwigyono dalam satu rombongannya, juga mengaku dipaksa menyerahkan uang Rp300 ribu. Karena takut keselamatan keluarganya, terpaksa memberikan uang itu.

Menurut dia, pihaknya kebingungan untuk melapor kepada petugas kepolisian karena tidak ada polisi yang bertugas di titik tersebut, apalagi malam hari dan beberapa pos selanjutnya tidak ada petugas jaga.

"Kami bingung mau lapor ke mana. Di pos polisi tidak terlihat ada petugas yang berjaga," kata dia pula.

Ia menambahkan bahwa pihak kepolisian ternyata tidak memberikan jaminan keamanan optimal di sekitar jalur mudik itu, mengingat kenyataannya masih ada korban pemalakan tersebut.

"Ini baru kami berdua yang ketahuan menjadi korban, kemungkinan masih ada korban lain yang tidak diketahui," kata dia pula.

Saat para jurnalis bertemu korban di Dermaga 3 Pelabuhan Bakauheni, para pelaku yang lain masih mengikuti korban untuk memastikan korban segera menyeberang dan tidak mengadu kepada pihak kepolisian setempat.

Namun, para pelaku yang menggunakan dua sepeda motor matik itu kabur, setelah para jurnalis melihat tingkah laku korban yang aneh kemudian mengadu kalau telah menjadi korban pemalakan di jalur Jalinpatim tersebut.

                                Pemudik Sakit
Selain ancaman menjadi korban tindak kejahatan, ternyata banyak pula pemudik yang mengalami gangguan kesehatan saat perjalanan berlebaran tahun ini.

Sebanyak 373 pemudik pada arus mudik dan balik Lebaran memeriksakan kesehatannya di sejumlah posko kesehatan kabupaten/kota se-Lampung, sejak 10 Juli hingga 22 Juli 2015.

"Puncak kunjungan ke posko kesehatan terjadi pada dua hari sebelum Lebaran dengan penyebab keluhan adalah kecelakaan lalu lintas, keluhan pada pencernaan (gastritis), hipertensi, dan sakit kepala (cepalgia)," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Reihana.

Ia menyebutkan Dinas Kesehatan mendirikan 63 posko kesehatan bagi pemudik yang tersebar di 15 kabupaten dan kota se-Lampung.

Posko kesehatan tersebut, lanjut dia, tersebar di sepanjang jalur mudik. Dinas Kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kegiatan, baik puskesmas yang terletak di jalur arus mudik-balik maupun puskesmas lain yang diperbantukan, termasuk rumah sakit pemerintah dan swasta di wilayah kerjanya.

Sedikitnya 200 orang pemudik mengalami pingsan dan sakit ketika berada di Pelabuhan Bakauheni Lampung Selatan dalam perjalanan mudik dan balik Idulfitri 1436 Hijriah.

"Lebih dari 200 orang yang memanfaatkan fasilitas posko kesehatan di pelabuhan ini," ujar Suyadi, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Wilayah Kerja di Bakauheni.

Menurut dia, umumnya pemudik itu mengalami kelelahan akibat harus lama mengantre saat hendak menyeberang ke pelabuhan ini.

Data pemudik yang perlu mendapatkan perawatan itu, kata dia, berdasarkan catatan mulai H-7 hingga beberapa hari usai Lebaran 2015.

Keluhan pemudik itu umumnya tidak mengalami penyakit yang membahayakan, kebanyakan hanya keluhan penyakit biasa saja.

Ada pula pemudik yang harus dirujuk ke rumah sakit karena tidak bisa ditangani lebih lanjut di posko kesehatan pelabuhan ini.

Pasien yang dirujuk itu, di antaranya Budiono, pemudik dari Lampung Timur yang harus dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan maksimal.

Setiap hari selama arus mudik dan balik Lebaran 2015, di Pelabuhan Bakauheni minimal dua sampai lima orang yang memanfaatkan fasilitas posko kesehatan tersebut.

Selama arus mudik dan balik Lebaran 2015, umumnya pemudik mengaku mendapatkan pelayanan yang relatif lebih baik daripada perjalanan mudik dan balik Lebaran tahun lalu.

Perseroan Terbatas (PT) ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni juga berupaya meningkatkan pelayanan yang diperlukan para pemudik itu dengan menambah sejumlah fasilitas yang diperlukan, antara lain berupa loket pembelian tiket dan masuk ke kapal yang ditambah, dermaga yang juga ditambah, kapal feri yang juga ditambah, dan personel yang terus disiagakan.

Kesiapsiagaan serupa dilakukan pengelola Terminal Induk Rajabasa Bandarlampung, Stasiun Kereta Api Tanjungkarang, Bandar Udara Raden Intan II Lampung Selatan, dan para pengelola, serta operator maupun petugas pelayanan dan pengamanan maupun personel tenaga kesehatan yang bersiaga hingga 24 jam.

Namun, selalu dan masih saja ada pemudik yang mengeluhkan mendapatkan pelayanan dan perlakuan buruk dialami mereka yang menjadi korban para calo, korban kejahatan dari para pelaku yang mencari kesempatan saat petugas kepolisian dan personel posko pelayanan mudik lengah.

Sejumlah ruas jalan lintas di Lampung, seperti Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpatim) yang relatif sepi, terutama pada malam hari, dan minim penerangan serta pos penjagaan, dan Jalan Lintas Barat (Jalinbar) dan Lintas Tengah Lampung menuju Bengkulu dan Sumatera Selatan, masih menjadi titik rawan tindak kejahatan "bajing loncat", pemalakan, maupun tindak kejahatan perampokan dengan berbagai modus pelakunya.

Jam mengantuk dan sepi pada dini hari hingga subuh, antara pukul 00.00 hingga 05.00 WIB, juga menjadi waktu paling banyak terjadi tindak kejahatan dalam perjalanan mudik, mengingat saat itu biasanya di jalanan, terminal, stasiun, dan pelabuhan, para petugas kepolisian dan personel lainnya sedang mengalami kelelahan usai bertugas pada siang harinya.

Bukankah para penjahat selalu mencari peluang dan kesempatan serta kelengahan petugas dan kelengahan para pemudik itu sendiri sehingga tindak kejahatan bisa terus terjadi? Kerja keras personel kepolisian dan personel gabungan lainnya untuk menjaga pemudik dan mengamankan perjalanan mudik-balik Lebaran 2015 di Lampung seolah ternoda oleh ulah pelaku kejahatan yang memang masih terus mengintai para korbannya itu.

Kesiapsiagaan petugas selama arus mudik dan balik Lebaran 2015 yang harus kerja lembur--bahkan meninggalkan anak-istri, sampai banyak di antaranya berlebaran tidak di rumah bersama keluarga masing-masing--demi melaksanakan tugas pelayanan dan pengamanan Lebaran itu, masih menghadapi tantangan dan masalah yang dikeluhkan oleh pemudik.

Perlu evaluasi menyeluruh secara komprehensif maupun perhatian lebih besar, serta tindakan lanjutan nyata dari para pihak untuk dapat lebih baik lagi dijalankan pada Lebaran tahun mendatang.

Petugas kepolisian dan personel gabungan sudah berjaga dan tidak tidur bermalam-malam saja masih saja terjadi tindak kejahatan seperti itu, apalagi bila petugas lengah dan tidak bersiaga menjamin keamanan dan keselamatan para pemudik saat arus mudik dan balik Lebaran tahun ini.