Aktivis '98: BIN Harus Perangi Korupsi !

id BIN Perangi Korupsi, Jaringan Aktivis '98, Ricky Tamba

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Tugas berat Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso adalah memerangi teror korupsi dan neoliberalisme, ujar Juru Bicara Jaringan Aktivis `98, Ricky Tamba, di Bandarlampung, Senin.

Ricky menilai, korupsi menjadi ancaman pokok stabilitas Indonesia.

Maraknya korupsi elite dan politisi, menstimulasi rakyat mengidap pragmatisme akut di berbagai momentum demokrasi dan kehidupan sosial budaya, katanya pula.

"BIN harus diberdayakan untuk penyadaran rakyat akan bahaya korupsi, juga menyerap informasi berbagai indikasi pidana korupsi hingga desa. Dengan konsep satu agen BIN pada tiap kabupaten, bisa dieliminir korupsi sejak dini. APBN, APBD dan anggaran desa tidak terus menjadi bancakan pengkhianat bangsa," kata Ricky pula.

Selain korupsi, lanjut dia, BIN adalah garda terdepan bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk menghadang gempuran neoliberalisme yang menerpurukkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Neoliberalisme adalah penjajahan gaya baru, sama seperti neokolonialisme yang dibenci Bung Karno yang masuk untuk melemahkan ketahanan bangsa dan wawasan bernegara.

"Caranya macam-macam, bisa melalui konsesi suap kepada pejabat daerah dalam izin pertambangan yang mengeksploitasi sumber daya alam merugikan masyarakat lokal dan keuntungannya dilarikan ke luar negeri. Juga bisa dalam bentuk pasokan budaya asing yang negatif seperti gaya hidup seks bebas dan narkoba," ujar dia lagi.

Ricky berharap BIN semakin maju, modern, dan efektif di bawah komando Sutiyoso yang piawai dalam karir kemiliteran dan pemerintahan, sehingga membantu Presiden Joko Widodo mewujudkan janji Nawacita dan Trisakti.

"Kami dukung Kepala BIN memerangi teror korupsi dan neoliberalisme. Area pertempuran sudah bergeser, dari perang konvensional domestik menjadi perang informasi dan teknologi global. BIN harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman guna menjaga NKRI tercinta," katanya pula.