Pesantren kilat tumbuhkan pemahaman tentang pluralisme

id pesantren kilat, sd smp sma, pemahaman pluralisme

Pesantren kilat kami isi dengan beberapa kegiatan, seperti Tilawah Quran, salat tarawih bersama, tarikh, sahur dan buka bersama yang diikuti murid SD, SMP dan SMA
Jakarta (ANTARA Lampung) - Pesantren kilat yang diselenggarakan sekolah-sekolah untuk mengisi libur Ramadhan, bukan hanya mengajak murid memahami agama Islam secara lebih mendalam, tetapi juga untuk menumbuhkan nilai-nilai demokrasi dan pluralisme, kata seorang praktisi pendidikan Robertus Budi Setiono.

"Pesantren kilat kami isi dengan beberapa kegiatan, seperti Tilawah Quran, salat tarawih bersama, tarikh, sahur dan buka bersama yang diikuti murid SD, SMP dan SMA," kata Robertus yang juga Direktur sekolah Global Sevilla Pulomas Jakarta Timur dan Global Sevilla Puri Kembangan Jakbar kepada pers, di Jakarta, Minggu (5/7).

Dalam kegiatan ini siswa dan guru didorong untuk melakukan proses komunikasi dan dialog yang setara antara guru dan murid, katanya.

Lebih lanjut, dikatakannya, tradisi berdemokrasi bisa dibangun dengan saling belajar satu sama lain, bahkan saling kritik tanpa rasa sungkan dan takut.

Selain itu, murid pesantren kilat diajarkan untuk bersikap toleran, menghargai, dan apresiatif terhadap segala bentuk perbedaan dan keragaman, karena meski namanya pesantren kilat namun guru-guru yang menjadi pendamping ada juga yang merupakan guru-guru dari agama nonmuslim.

"Kami ingin menumbuhkan sikap pluralis kepada murid-murid melalui berbagai kegiatan keagamaan agar pola pikir siswa mampu menerima perbedaan dan kemajemukan dan prinsip saling mengakui dan menghargai perbedaan masing-masing dan berupaya mewujudkan kedamaian serta kebaikan bersama," tambahnya.

Pesantren kilat pada bulan Ramadhan sudah tiga kali diselenggarakan dan sekolah ini merupakan sekolah berstandar internasional yang siswa-siswanya terdiri dari berbagai agama sehingga sudah menjadi komitmen untuk mengadakan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama yang dianut siswa, tambah Robertus.

Sementara itu, Omi Komaria Madjid dari Dewan Yayasan Budi Pekerti Luhur, yang merupakan istri dari almarhum Nurcholis Madjid mengatakan kegiatan pesantren kilat bagi murid di sekolah tersebut bertujuan untuk menumbuhkan semangat saling menghargai.

"Kami ingin mendorong pemahaman siswa bahwa berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi lebih penting juga murid diajarkan bersikap menjaga toleransi, baik kepada mereka yang berpuasa maupun tidak berpuasa. Karena berpuasa sudah menjadi kewajiban yang harus dijalankan umat Muslim", ujarnya. (Ant)