Ekonomi goyah karena "Terlena" produk komoditas

id ekonomi goyah, terlena produk komoditas

...Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif selama 10 tahun akhirnya goyah karena kita terlalu lama terlena pada keuntungan dari sektor komoditas hingga lupa membangun infrastruktur dan industri...
Jakarta (ANTARA Lampung) - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P. Roeslani menilai pembangunan infrastruktur dan industri di Nusa Tenggara Timur dan Indonesia secara umum perlu segera direalisasikan agar negara tidak terus-menerus "terlena" dengan produk komoditas.

"Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif selama 10 tahun akhirnya goyah karena kita terlalu lama terlena pada keuntungan dari sektor komoditas hingga lupa membangun infrastruktur dan industri, padahal keduanya merupakan sektor penentu gerak positif ekonomi nasional maupun daerah," tuturnya dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.

Rosan yang bicara dalam Rapat Koordinasi Kadin Provinsi NTT di Kupang, Sabtu (27/6), menjelaskan bahwa ketergantungan pada harga komoditas tidak mendukung stabilitas ekonomi karena harga komoditas sangat bergantung pada pasar, harga, dan permintaan internasional.

Artinya, tidak terbentuk kemandirian dalam menentukan masa depan dan stabilitas ekonomi bangsa sendiri.

"Masalah yang dihadapi saat ini menjadi penting bagi kita untuk melihat kembali kelemahan pembangunan ekonomi kita. Pembangunan industri dan infrastruktur kita segerakan. Tidak ada kata terlambat," kata Rosan.

Sependapat dengan Rosan, Ketua Kadin NTT Abraham Paul Liyanto juga melihat infrastruktur dan industri sebagai tantangan khusus dalam pembangunan di NTT.

Dikatakannya, potensi sektor-sektor unggulan di NTT tidak tergarap secara maksimal lantaran belum kondusifnya sejumlah perangkat pendukung.

Untuk itulah, Kadin NTT menghadirkan para pemangku kepentingan sektoral di level nasional dan daerah untuk melihat langsung dan mendiskusikan kebutuhan pembangunan di NTT.

"Kami perlu mendapat solusi dan pertimbangan atas masalah di NTT, antara lain infrastruktur, pariwisata, industri kelautan dan perikanan," ujarnya.

Selain itu, tantangan menjelang pemberlakuan MEA 2015 pada Desember mendatang, dalam pandangan Paul, bisa menghadirkan masalah khusus bagi UKM lokal.

Menurut pengusaha yang juga senator asal NTT ini, banyak UKM daerah di bidang perikanan, kelautan, dan pariwisata yang sebenarnya sangat potensial dan berpeluang maju ke level yang lebih tinggi.

"Karena itu kehadiran investor asing saat MEA 2015 perlu diantisipasi. Pemerintah pusat dan daerah perlu membantu untuk menghadirkan solusi bagi mereka," katanya.

Acara Rakorda Kadin NTT dibuka oleh Wakil Gubernur Benny Alexander Litelnoni. Dalam sambutannya, Wagub antara lain meminta dukungan dunia usaha atas kerjasama khusus tiga negara yang tengah digagas Provinsi NTT.

Kerjasama tersebut melibatkan NTT, Timor Leste, dan Negara Bagian Northern Territorry Australia.

"Kita sebut kerjasama Kupang-Darwin-Dili. Swasta perlu melihat peluang kerjasama ini untuk berkontribusi bagi ekonomi daerah," terang Benny.

Rakorda Kadin Provinsi NTT dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan tiga pembicara nasional. Mereka adalah Rosan Roeslani, Dirjen P2HP Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung, dan pengamat ekonomi Didik J. Rachbini.