Limpahan Potensi Air Panas Alami di Lampung

id Air Panas Alami di Lampung

Limpahan Potensi Air Panas Alami di Lampung

Sumber air panas bumi di Ketapang-Sumur Kumbang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. (FOTO: Antaralampung/Budisantoso Budiman)

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Sumber mata air panas alami dan air belerang di Provinsi Lampung tersebar dan berlimpahan berada pada sejumlah kabupaten, di antaranya masih belum dikelola dan lokasinya juga masih relatif sulit terjangkau.

Hasil penelusuran hingga Sabtu (27/6), menunjukkan sumber air panas alami dan air panas belerang di Provinsi Lampung itu, di antaranya terdapat di Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan, Kota Bandarlampung, Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Barat.

Potensi air panas alami yang telah dikelola secara komersial, antara lain berada di pemandian air panas Merak Batin Kecamatan Natar dan pemandian air panas di Way Belerang Lampung Selatan.

Air panas yang belum dikelola antara lain berada di kawasan Sumur Putri-Kali Akar Kecamatan Telukbetung Selatan dan Pekon (Desa) Sukamaju Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus serta air panas di Kabupaten Lampung Barat.

Pemandian air panas di Merak Batin Natar, Lampung Selatan, dikelola oleh keluarga Mutaqin Jaya Taruna, dan merupakan peninggalan keluarga.

Pengunjung di objek wisata sekaligus tempat terapi beberapa penyakit ini, dikenai tarif masuk Rp4.000 per orang, dari sebelumnya hanya Rp2.000, dengan fasilitas sepuasnya berendam dalam air panas yang ada di dalam area ini.

Sejumlah pekerja menangani tempat pemandian air panas alami yang buka 24 jam ini, dan menyediakan penginapan sebanyak enam kamar, dengan tarif Rp25.000 per kamar.

Sedangkan sumber air panas di kawasan Sumur Putri-Kali Akar di Kota Bandarlampung, menurut Kepala Desa Sumur Putri Kecamatan Telukbetung Selatan, Datarman, hingga saat ini belum dikelola baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.

Sebenarnya, menurut dia, masyarakat setempat menghendaki adanya pengelolaan sumber air panas itu, antara lain melalui Lembaga Musyawarah Desa (LMD).

Menurutnya, pihak kelurahan setempat sudah meminta warga melalui LMD dapat mengajukan usulan pengelolaan kawasan Sumur Putri-Kali Akar tersebut.

Beberapa titik sumber air panas di sini, antara lain terdapat di tempat pemandian umum Sumur Putri yang hingga kini masih digunakan warga untuk mandi dan mencuci, dengan sumber air dari dalam sumur yang telah dibeton sekelilingnya secara permanan berasa hangat dan makin panas pada bagian bawahnya.

Titik sumber air panas lainnya terdapat di bawah jembatan tak jauh dari Sumur Putri-Kali Akar.

Sumber air panas ini keluar dari bebatuan di bawah jembatan yang menjadi pembatas wilayah Kecamatan Telukbetung Selatan dan Telukbetung Timur.

Ikan dan udang yang ada di sungai ini, saat berada di dekat sumber air panas menjadi mati, karena terkena air panas yang memang saat disentuh terasa panasnya.

Terdapat pula sumber air panas berupa sumur yang berad di permukiman warga setempat, beberapa ratus meter dari jalan utama di depannya.

Sumber air panas lainnya yang sudah direncanakan akan dikelola warga dan menjadi objek wisata berada di kawasan air terjun Lembah Pelangi Desa Sukamaju Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus.

Pejabat Kepala Pekon Sukamaju Bihukman Hadi, membenarkan saat ini status pengelolaan kawasan air terjun Lembah Pelangi yang semula bernama air terjun Pondok Rejo itu, masih dalam usulan pengesahan oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus sebagai salah satu objek wisata di daerah ini.

"Mudah-mudahan Pemkab Tanggamus segera mengesahkan kawasan air terjun Lembaha Pelangi ini sebagai objek wisata di daerah ini," katanya lagi.

Di Kabupaten Lampung Selatan, terutama di kaki dan lereng Gunung Rajabasa, terdapat pula banyak sumber mata air panas dan air belerang yang lokasinya berpencar di sejumlah desa dan kecamatan, antara lain Kecamatan Kalianda dan Rajabasa.

Di Desa Sumur Kumbang dan Pematang terdapat beberapa sumber mata air panas yang sudah menjadi sarana pemandian umum oleh warga setempat. Namun belum dikelola sebagai objek wisata.

Tapi beberapa sumber mata air panas dan air belerang di sini, telah dikelola baik oleh masyarakat maupun perorangan/perusahaan dan pemerintah setempat.

Menurut Purnawardi, pengelola objek wisata Pemandian Air Belerang di Kalianda Lampung Selatan, kawasan ini sudah dikelola sejak zaman penjajahan Belanda, kemudian diambil alih pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan melalui pengelolaan oleh Dinas Pariwisata Lampung Selatan.

"Kawasan pemandian ini luasnya sekitar 2,5 hektare, ditangani oleh dua PNS Dinas Pariwisata yang ditugaskan di sini, dibantu lima orang pekerja lepas," ujarnya.

Namun dia menegaskan bahwa pengelolaan pemandian air panas belerang ini bersifat nonprofit, mengingat dana yang diterima dari pengelolaannya tidak seimbang dengan biaya perawatan yang diperlukan.

Tiket masuk ke area ini Rp10.000 per orang, namun biaya perawatan fasilitas yang tersedia relatif lebih besar dibandingkan dana yang diperoleh dari tiket masuk itu.

"Keberadaan pemandian air belerang ini memang bukan sekadar untuk mencari untung, melainkan bertujuan untuk mendorong perekonomian masyarakat di sekitar sini," kata dia lagi.

Dia menyebutkan, kebanyakan pengunjung yang datang umumnya bukan untuk berekreasi, tapi sengaja datang untuk menjalani terapi atau pengobatan menggunakan sarana air panas belerang alamiah yang tersedia di sini.

Terdapat banyak titik sumber mata air panas belerang di sini, termasuk titik-titik sumber air panas dalam skala kecil di luar bak air panas belerang yang kini sudah dikelola serupa kolam renang untuk pemandian umum itu.

Hasil salah satu penelitian yang pernah dilakukan di kawasan Gunung Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, menunjukkan adanya lima manifestasi panas bumi ditemukan di kaki Gunung Rajabasa pada bagian utara dan selatan. Lima manifestasi ini, berupa mata air hangat, mata air panas, geyser, kolam lumpur, dan fumarola.

Manifestasi panas bumi di Gunung Rajabasa ini, antara lain mata air hangat di Rajabasa, mata air hangat Sumur Kumbang, mata air hangat Kecapi, kolam lumpur dan fumarola Kunjir, dan geyser Gunung Botak.