Teh Daun Beluntas Karya Mahasiswa Surabaya

id Teh Daun Beluntas

Surabaya (ANTARA Lampung) - Daun beluntas yang tumbuh liar di setiap tempat, ternyata bisa dimanfaatkan sebagai teh, bahkan kandungan daunnya ditengara dapat menyembuhkan beberapa penyakit.

Dialah mahasiswa Universitas Katholik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Maria Olivia Halim, yang berinovasi membuat teh dari daun yang tumbuh liar dan kadang dipandang sepele oleh setiap orang.

Inovasi yang dilakukan mahasiswa berusia 22 tahun ini tidak lantas dilakukan secara instan, wanita berambut panjang ini harus meneliti selama enam bulan untuk menjadikan daun liar itu sebagai minuman teh.

Lamanya waktu penelitian, dikarenakan mahasiswa jurusan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian ini harus mencari komposisi terbaik, bahkan harus mencari daun beluntas yang paling bagus dan layak dijadikan minuman.

"Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa daun beluntas yang merupakan tanaman liar mempunyai banyak manfaat dan kaya antioksidan, dan saya harus mencari bagian paling layak dan bagus untuk dijadikan sebagai minuman teh," ujarnya.

Secara tradisional, pemanfaatan daun beluntas sering digunakan melancarkan pencernaan, mengurangi bau badan dan juga dapat menurunkan panas/demam.

Namun dalam penelitiannya, Maria mengaku lebih terfokus meneliti kandungan antioksidan yang ada di dalam daun beluntas, dan menjadikannya sebagai minuman yang layak untuk dinikmati sehari-hari.

Ia mengaku, awal keinginan meneliti daun beluntas dijadikan sebagai minuman teh karena seringnya melihat daun ini tumbuh liar, dan tidak dimanfaatkan oleh penduduk di semak-semak Daerah Pakuwon City, Surabaya

                                                          Antioksidan
Daun yang memiliki bulu-bulu halus pada permukaannya itu, kemudian coba diambil dan diteliti.

Saat pengambilan pertama, Maria yang kini sudah bekerja di salah satu perusahaan kopi itu hanya mendapatkan enam pucuk dengan kualitas terbaik.

Dalam pengembangan penelitian, Maria memberi campuran daun teh hitam, yang didapat dari salah satu pabrik teh yang ada di Surabaya.

"Pertama-tama teh hitam dan daun beluntas saya haluskan dengan cara dihancurkan bersama, kemudian diayak atau diolah secara terpisah," ucapnya.

Setelah itu, kedua bahan dijadikan satu dalam sebuah kantong teh dan kemudian dimasukkan ke dalam kulkas agar senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun beluntas tidak hilang.

"Setelah didinginkan beberapa hari, campuran daun beluntas itu bisa dinikmati seperti menikmati minuman teh biasa, dan rasanya pun tidak berbeda jauh, namun kandungannya sangat bermanfaat bagi kesehatan," katanya lagi.

Maria mengatakan dalam kandungan daun beluntas dan aktivitas biologi yang diteliti, daun beluntas berkhasiat sebagai antikejang (antispasme), mengurangi daya menidurkan dari phenobarbital, menyembuhkan tukak lambung (ulkus duodenum), mematikan kuman (antiseptik) dan aromatikum.

                                                        Apresiasi Kampus
Berkat hasil penelitiannya yang dijadikan dalam skripsi itu, Maria diapresiasi UKWM dan menjadi salah satu mahasiswa akademik terbaik dengan IPK 3.84, serta diwisuda bersama total 530 wisudawan di Surabaya, Sabtu (23/5).

Menanggapi hasil penelitian Maria, Rektor UKWM, Kuncoro Foe mengaku kagum dan sangat mengapresiasi temuan setiap mahasiswanya.

Ia mengatakan, tidak hanya Maria, dalam pelaksanaan wisuda UKWM juga memberikan penghargaan yang sama kepada mahasiswa yang menemukan berbagai inovasi sebanyak 14 orang, dan mahasiswa berpredikat "Aktif Berprestasi" sebanyak delapan wisudawan.

"Tentunya, saya bangga kepada setiap inovasi mahasiswa, dan kami dari rektorat sangat mengapresiasi setiap penelitian dan temuan mahasiswa kami," ucapnya.

Secara rinci dalam upacara wisuda UKWM dikukuhkan sebanyak 530 wisudawan, yang terdiri dari Strata Tiga (S3) 3 wisudawan, Srata Dua (S2) 21 wisudawan, Strata Satu (S1) 500 wisudawan, dan diploma tiga (D3) sebanyak 6 wisudawan.

Dalam kesempatan itu, UKWM juga memberikan surat pendamping ijazah bagi lulusannya, yang merupakan kali pertama dilakukan sejak 54 tahun berdirinya kampus itu.   

Pemberian Surat Keterangan Pendamping ljazah (SKPI) mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 Tahun 2014 tentang ljazah, Sertifikat Kompetensi, dan Sertifikat Profesi Pendidikan Tinggi.

"Surat pendamping ini merupakan standar internasional, dan salah satunya berisi kebijakan internasional. Dan bagi kampus swasta, ini merupakan yang pertama kali diberikan kepada lulusan," ucapnya di Surabaya.