Iwan Sunter Sang Petualang

id Iwan Sunter Petualang

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Tidak ada penyambutan besar-besaran di Sekretariat Gumpalan, komunitas mahasiswa pencinta alam di Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Tidak juga pita, apalagi makanan mewah yang khas untuk menyambut seorang tamu agung.

Padahal, saat itu sekretariat yang berdiri sejak 1990-an tersebut sedang kedatangan tamu penting, setidaknya di kalangan terbatas peminat olahraga lari.

Dia adalah Iwan Sunter, seorang petualang yang sedang melaksanakan misi manyusuri Jalan Lintas Sumatera Aceh-Jakarta dengan berlari.

Pada hari Sabtu (23/5) adalah perjalanannya yang genap memasuki hari ke-54. Dia menargetkan petualangannya ini berakhir sebelum memasuki Ramadan 2015.

Iwan Sunter, bukan anak kemarin sore yang gemar mencari sensasi. Dia mengaku sudah lama menekuni dunia petualangan. Tahun lalu, dia melakukan aksi yang bisa dianggap "gila", yaitu berlari sejauh 1.600-an kilometer dari Jakarta-Surabaya-Jakarta.

Tahun ini, menurut dia, targetnya naik, menyusuri 2.500-an kilometer Jalan Lintas Sumatera dari Aceh ke Jakarta.

Pria kelahiran tahun 1972 ini menegaskan bahwa dirinya telah merencanakan semuanya dengan matang.

Setiap melakukan pekerjaan sehari-harinya sebagai buruh kuli angkut di salah satu pasar di Jakarta, dia sudah membagi pendapatannya dalam tiga pos: pembiayaan kehidupan sehari-hari, untuk membiayai anak semata wayangnya, dan untuk membiayai petualangannya.

Anak semata wayangnya yang kini berusia 8 tahun itu, saat ini tinggal bersama mantan istrinya.

"Saya bukan pengemis, semua saya biayai sendiri, dan bantuan dari beberapa teman dekat yang paham dan sejalan dengan hobi saya ini," katanyaa.

Sebagai jurnal, dia menuliskan segala catatan perjalanannya tersebut di blog pribadi miliknya, dan akun facebooknya. Dari sanalah para sahabat, pengagum, dan "donatur"-nya memantau.

Iwan mengaku bangga dengan idealismenya yang hingga berita ini ditulis belum pernah meminta uang kepada para pejabat atau pemimpin di daerah yang dia lalui.

Dia pun mengaku hanya makan dan minum yang mampu dibeli. Pernah pada suatu kali dia meminta minuman bekas sisa seorang pembeli es yang tidak dihabiskan. Ini dilakukannya untuk menghemat biaya petualangannya, yang menurut dia sangat terbatas.

Selama menyusuri Jalan Lintas Sumatera, Iwan mengaku hal yang paling menegangkan saat melalui jalur tengkorak di Jalan Lintas Timur wilayah Mesuji Provinsi Lampung.

Pada jalur tersebut, dia lebih memperhitungkan waktu perjalanan agar terhindar dari aksi kejahatan. Iwan menyiasati dengan tidak berlari di jalur tersebut ketika jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB ke atas.

"Biasanya saya memang berhenti ketika sudah menempuh 50 kilometer untuk beristirahat. Namun, ketika melewati jalur tengkorak itu, saya terpaksa tidak memberlakukan aturan tersebut," kata dia, yang saat itu memilih bermalam di SPBU (POM bensin), rumah makan, dan masjid sebagai tempat beristirahat apabila dia sudah menempuh 50 kilometer.

Sebaliknya, saat dirinya memasuki ibu kota provinsi, barulah Iwan mengistirahatkan dirinya lebih dari 8 jam. Biasanya, di sejumlah kota besar dia beristirahat dua malam, dan menginap di tempat teman jaringannya.

Iwan mengaku sangat menikmati apa yang dirinya lakukan. Dia tidak ingin menyuarakan apa pun. Tidak dalam misi kemanusiaan apa pun, hanya ingin berpetualang.

"Petualangan itu dimulai dari hati, bukan otak. Saya hanya berlari dengan bekal yang saya punya. Pantang untuk mengemis. Apa pun yang terjadi di jalan berharap penuh dari pertolongan Tuhan. Ada yang iba membantu, tetapi saya tidak pernah meminta. Apalagi, meminta dari pejabat," ujar Iwan.

Entah disadarinya atau tidak, semangat yang dia miliki juga bisa didapatkan siapa pun yang pernah menonton Film "Forest Gump" arahan Robert Zemekicks. Dalam film itu, sang tokoh Forest hanya ingin berlari menyusuri negara Amerika Serikat, tidak ada misi lainnya.

Setelah menyusuri Jalan lintas Sumatera Aceh-Jakarta, Iwan mengaku masih menyimpan obsesi lain yang bakal menjadi petualangannya berikutnya pada tahun mendatang, yaitu bersepeda mengelilingi Pulau Kalimantan.

Run Iwan, Run!