Politisi Lampung Bergabung Sekolah Politisi Muda

id Sekolah, Politis Muda

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Beberapa politisi muda asal Provinsi Lampung bergabung dengan politisi muda dari daerah lain, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan khusus dalam Sekolah Politisi Muda.

Politisi memiliki posisi strategis dan peran signifikan dalam mengembangkan budaya politik demokratis, kata Insan Kamil, Direktur Sekolah Politisi Muda Yayasan Satunama Yogyakarta, saat dihubungi dari Bandarlampung, Selasa (19/5).

Berkaitan dengan itu, sebagai bentuk ikhtiar, Satunama didukung oleh Konrad Adenauer Stiftung (KAS) dan bekerjasama dengan partai politik di sejumlah daerah menyelenggarakan Sekolah Politisi Muda untuk Demokrasi pada 18--23 Mei 2015.

Sekolah ini diikuti oleh 24 orang politisi muda lintas partai dari Makassar (Sulawesi Selatan), Depok (Jawa Barat), Surabaya (Jawa Timur), dan Bandarlampung (Lampung).

Empat partai politik yang tergabung dalam Sekolah Politisi Muda ini, yaitu Partai Gerindra dan PDI Perjuangan Provinsi Lampung, Partai NasDem dan Partai Gerindra Provinsi Jawa Timur, Partai Gerindra dan Partai Demokrat Depok Provinsi Jawa Barat, Partai NasDem dan Partai Demokrat Provinsi Sulawesi Selatan.

"Posisi dan peran ideal para politisi ini akan menjadi nyata jika partai politik tempat seharusnya politisi dididik dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin politik yang memiliki visi dan nilai demokrasi, menguasai pengetahuan dasar tentang politik, dan terampil mengartikulasi dan mengorganisasikan kepentingan rakyat, benar-benar memiliki kesungguhan untuk melaksanakan amanat undang-undang dalam melakukan rekrutmen dan pengkaderan politik," kata dia lagi.

Ia mengingatkan, rekrutmen politik dan pengkaderan yang lemah mengakibatkan adanya politisi-politisi instan yang miskin nilai, minim pengetahuan, dan kurang memiliki keterampilan.

"Tidak heran kemudian jika politik kita disesaki oleh para politisi yang nir-integritas dan nir-kapasitas," ujar Insan Kamil lagi.

Lebih jauh, menurutnya, kondisi ini mengakibatkan hilang makna ideal politik. Politik untuk mencapai kebaikan bersama menjadi tereduksi semata-mata sebagai arena kontestasi antarelit politisi melalui mekanisme pemilihan yang terbuka dan pembagian kekuasaan di antara mereka sendiri.

"Kondisi ini tidak boleh berlangsung terus-menerus, tanpa ada yang mengupayakan sesuatu. Meski kecil, kita harus berikhtiar, mengembalikan politik pada cita-cita awalnya. Politik harus memberi manfaat pada semuanya tak terkecuali," ujar dia pula.

Dia merincikan pelaksanaan pendidikan Sekolah Politisi Muda ini, akan ditempuh selama delapan bulan berturut-turut, dengan kegiatan meliputi sekolah I selama enam hari di Yogyakarta (Mei 2015), penyusunan rencana program oleh peserta sekolah (tiga bulan) di wilayah masing-masing, dilanjutkan sekolah II selama empat hari di Yogyakarta (September 2015), pelaksanaan program di wilayah masing-masing selama tiga bulan, dan sekolah III selama tiga hari di Yogyakarta (Januari 2016).

Sekolah I bagi politisi muda selama enam hari ini, akan dilaksanakan dengan fasilitator sejumlah tokoh andal di bidangnya masing-masing, antara lain Dr Haryatmoko, Dr Refly Harun, Prof Dr Purwo Santoso, Dr Emmanuel Subangun, Prof Dr Syamsuddin Haris, Dr Mada Sukmajati, Wiyandjono SH, Dr Indra J Piliang, Dr Gun Gun Heryanto, Prof Dr Hamdi Muluk, Prof Dr Siti Zuhro, Dr Djayadi Hanan, Budiman Sudjatmiko, Dr Ummi Salamah, dan Mochamad Ridwan Kamil ST MUD.

"Sekolah Politisi Muda ini didesain untuk melahirkan kader-kader politisi muda yang memiliki visi dan komitmen yang kuat pada pengembangan kultur politik yang demokratis atau democratic and civilized political life, dan memiliki kapasitas politik untuk membangun representasi dan linkage politik dengan konstituen, sehingga mampu mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan-kepentingan spesifik dan hak-hak rakyat secara bertanggungjawab," demikian Insan Kamil.