Melbourne (Antara/Xinhua-OANA) - Warga Victoria enam kali lebih mungkin untuk meninggal akibat konsumsi garam dalam jumlah sangat banyak dibandingkan dengan kecelakaan lalu-lintas, demikian hasil satu studi.
VicHealth pada Rabu (13/5) melaporkan warga Victoria mengkonsumsi 15.000 ton garam per tahun, lebih dari dua kali lipat jumlah yang disarankan.
Secara rata-rata, setiap warga Victoria mengkonsumsi 2,5 kilogram garam setiap tahun dan para ahli kesehatan prihatin. Mereka mengatakan jika konsumsi garam diturunkan secara drastis ke tingkat yang lebih bisa ditangani, itu dapat menyelamatkan sebanyak 800 nyawa dan memangkas lebih dari 40 juta dolar AS dalam biaya perawatan kesehatan setiap tahun.
Guna membantu memerangi masalah tersebut, VicHealth pada Rabu mengumumkan lembaga itu akan bermitra dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengurangi jumlah konsumsi garam oleh warga Australia sampai 30 persen selama dasawarsa mendatang.
"Australia telah berkomitmen untuk mengurangi 30 pesen asupan garam sampai 2025 sebagai bagian dari sasaran global WHO guna mencegah dan mengendalikan penyakit yang tidak menular," kata CEO VicHealth Jerril Rechter, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang.
Wanita pejabat tersebut mengatakan warga Victoria beresiko menderita tekanan darah tinggi dan gangguan kesehatan jauh lebih dini dalam hidup mereka jika kecenderungan itu berlangsung terus.
"Terutama anak-anak, yang pada umumnya perlu mengurangi garam dibandingkan dengan orang dewasa, mengkonsumsi jauh lebih banyak garam, dan ini dapat mengakibatkan munculnya resiko kesehatan," kata Jeril Rechter.
"Hampir satu dalam 20 kematian di Victoria disebabkan oleh konsumsi garan dalam jumlah banyak --itu enam kali lipat daripada korban jiwa di jalan," tambahnya.
Rechter menyatakan mengurangi konsumsi garam oleh warga Australia 200 kali lebih murah dibandingkan dengan pengobatan tekanan darah tinggi.
Data Australia tersebut dikeluarkan sehubungan dengan studi di seluruh dunia yang dilakukan tahun lalu, saat WHO menyimpulkan konsumsi garam dalam jumlah banyak berkaitan dengan lebih dari 1,6 juta kematian di seluruh dunia.
Studi itu menyatakan konsumsi garam dalam jumlah banyak adalah masalah global, dan mengatakan "tak ada bagian dunia dan segelintir negara terbebas".
Rechter mengatakan kebanyakan warga Victoria tak menyadari berapa banyak garam yang sebenarnya mereka konsumsi, akibat banyaknya tingkat garam yang ditambahkan di banyak makanan pra-saji dan kemasan.
"Kebanyakan garam di dalam makanan di Australia berasal dari garam tambahan di dalam makanan hasil proses seperti roti, sereal sarapan, daging prosesan dan saus siap-saji," kata wanita pejabat itu.
Penerjemah/Redaktur : Chaidar/Hisar Sitanggang
Berita Terkait
Rama mahasiwa prodi MMT angkatan pertama selesaikan studi S-2
Minggu, 17 Maret 2024 1:05 Wib
Motivasi siswa lanjut studi, SMAN 1 Tanjung Bintang sambangi Unila
Kamis, 22 Februari 2024 15:03 Wib
Sekolah formal di Bekasi sudah terapkan pendidikan antikorupsi
Rabu, 7 Februari 2024 6:15 Wib
Universitas Trisakti lakukan studi banding ke IIB Darmajaya
Jumat, 15 Desember 2023 7:56 Wib
Fakultas DHP IIB Darmajaya studi banding ke-6 perguruan tinggi di Pulau Jawa
Sabtu, 18 November 2023 9:42 Wib
Survei UMM sebut Mahfud MD bacawapres favorit di Jatim
Rabu, 18 Oktober 2023 18:45 Wib
Studi kampus ke Itera, siswa MAN 1 Metro mengenal prodi hingga jalur masuk
Senin, 11 September 2023 8:47 Wib
UPT PKLI Unila gelar monev studi mahasiswa asing semester genap tahun 2023
Selasa, 29 Agustus 2023 6:19 Wib