Bandarlampung Teridentifikasi Sebagai Daerah Rawan Bencana

id antaralampung.com, berita lampung terkini, bandarlampug teridentifikasi daerah rawan bencana

Dampak perubahan iklim seperti ini menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat Bandarlampung, terutama penduduk miskin, orang lanjut usia, wanita, anak-anak, dan kelompok rentan yang kurang memiliki pengetahuan mengenai perubahan iklim."
Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Kota Bandarlampung teridentifikasi sebagai daerah rawan bencana dan terdampak fenomena perubahan iklim, ujar Communications Officer Mercy Corps Indonesia, Stella Yovita Arya Puteri, di Bandarlampung, Rabu.

Hal tersebut, katanya, berdasarkan kajian kerentanan yang dilakukan oleh Badan Pembangunan Perencanaan Daerah (Bappeda) Bandarlampung bersama dengan Centre for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia Pacific Institute Pertanian Bogor (CCROM-SEAP IPB) tahun 2010.

"Dampak perubahan iklim seperti ini menjadi tantangan bagi seluruh masyarakat Bandarlampung, terutama penduduk miskin, orang lanjut usia, wanita, anak-anak, dan kelompok rentan yang kurang memiliki pengetahuan mengenai perubahan iklim," paparnya.

Tanpa pengetahuan yang cukup terkait perubahan iklim dan upaya beradaptasi dengan dampaknya, kerentanan kota dan masyarakat Bandarlampung akan semakin tinggi.

"Dalam hal ini, Tim Koordinasi Ketahanan Perubahan Iklim Kota Bandarlampung (tim kota) meyakini bahwa peningkatan kapasitas masyarakat melalui pendidikan merupakan salah satu strategi yang paling efektif untuk menurunkan tingkat kerentanan dan menginisiasi perubahan perilaku di tengah masyarakat untuk dapat lebih adaptif terhadap dampak perubahan iklim," ujarnya.

Mulai tahun 2012, pemetaan materi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Nasional dibentuk dan mulai dikembangkan menjadi bahan ajar sisipan bertemakan adaptasi perubahan iklim, melalui Program Pendidikan Perubahan Iklim di Bandarlampung.

"Materi diterapkan di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP),disesuaikan dengan kategori pengguna, kelas, dan mata pelajaran," katanya.

Selain itu, untuk mendukung pemahaman guru dan siswa, dibentuk pula kelompok-kelompok kerja (pokja) di sekolah-sekolah yang beranggotakan siswa di bawah bimbingan para guru.

Pokja yang sudah dikembangkan antara lain, pokja biopori, pokja kompos, pokja kebersihan, dan pokja energi.

Program ini dikembangkan oleh Mercy Corps Indonesia (MCI) melalui Program Jejaring Kota-Kota Asia terhadap Perubahan Iklim yang dikenal dengan nama Asian Cities Climate Change Resilience Network (ACCCRN), demikian Stella Yovita Arya Puteri.